Analisi Regresi Sederhana Koefisien Determinasi Pengujian Hipotesis a. Uji T Uji F

banyak. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. • Uji Heterogenitas Uji heterogenitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan yang lain. Jika variasi residual dari satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.

I.4 Analisi Regresi Sederhana

Analisi regresi sederhana dilakukan dengan bantuan Sofware SPSS dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 38 38 Op.Cit. hal.163. Model regresi linear sederhana yaitu: Y= a + bx Keterangan: Y = Variabel Partisipasi politik perempuan X = Variabel Budaya patriarki a = Konstanta b = Koefisien regresi

I.5 Koefisien Determinasi

Korelasi determinasi atau digunakan untuk mengetahui bagaimana variasi nilai variabel terikat dipengaruhi oleh variasi nilai variabel bebas.Besarnya koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 0 R 2 1.Analisis digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas Budaya patriarki terhadap variabel terikat Partisipasi Politik perempuan di DPRD. 39 Uji T uji parsial dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas variabel yaitu X terhadap variabel terikat dependen yaitu Y dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan, dengan tingkat keyakinan 90 � = 0,1.

I.6 Pengujian Hipotesis a. Uji T

40 Terima HO Jika n ilai probabilitas sig α 0,1 Kriteria penilaian: Tolak HO jika nilai probabilitas sig ≤ α 0,1 39 Op.Cit. Hal. 73. 40 Cornelius Trihendradi. 2005. Step by Step Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset. Hal. 134

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.Atau untuk menguji apakah model regresi telah baik signifikan atau tidak baiknonsignifikan. 41 a. Tolak HO jika probabilitas yang dihitung ≤ probabilitas yang ditetapkan sebesar 0,1 sig. ≤ α 0.1 Kriteria penerimaan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut: b. Terima HO jika nilai probabilitas yang dihitung probabilitas yang ditetapkan sebesar 0,1 sig. α 0,1

J. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: PROFIL KABUPATEN NIAS,DPRD DAN BUDAYA PATRIARKI 41 Ibid. Hal. 135 Bab ini menjelaskan deskripsi singkat mengenai Profil kabupaten Nias,Profil DPRD dan budaya patriarki. BAB III: PENGARUH BUDAYA PATRIARKI TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DI DPRD KABUPATEN NIAS TAHUN 2014 Bab ini berisi penyajian data dan analisis data-data yang diperoleh yang diperoleh dari lapangan mengenai Budaya patriarki dan pengaruhnya terhadap partisipasi politik perempuan di DPRD BAB IV: PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data, dan memberikan saran atas hasil penelitian yang telah diperoleh. BAB II PROFIL KABUPATEN NIAS,GAMBARAN UMUM PEMILIH, GAMBARAN UMUM DPRD DAN BUDAYA PATRIARKI A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN NIAS Kabupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang berada dalam satu pulau yang disebut pulau Nias. Pulau Nias mempunyai jarak ± 85 mil laut dari sibolga daerah Propinsi Sumatera Utara.Daerah Kabupaten Nias memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 4 buah. Luas wilayah kabupaten Nias adalah sebesar 980,30 km, 4,88 dari luas wilayah provinsi sumatera utara. Menurut letak geografis, kabupaten nias terletak pada garis 0 12` - 1 32` Lintang Utara LU dan 97 – 98 Bujur Timur BT dekat dengan garis khatulistiwa dengan batas-batas wilayah : Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Nias Sumber : BPS Kabupaten Nias2014 Keterangan : Warna Merah Jambu merupakan wilayah kabupaten Nias. • Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Nias Utara • Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan, • Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kota Gunungsitoli • Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Nias Barat 42 A.1 Keadaan Topografi Pulau Nias mempunyai kondisi alamtopografi berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 - 800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24 , dari tanah bergelombang sampai tanah berbukit-bukit 28,8 dan dari tanah berbukit sampai pegunungan 51,2 dari keseluruhan luas daratan. Mengakibatkan adanya 103 sungai yang ditemui hampir diseluruh kecamatan. Dari 165 desakelurahan yang ada di Kabupaten Nias, sebanyak 30 desakelurahan 18 terletak didaerah pantai, dan 135desakelurahan 82 berada didaerah bukan pantaipegunungan. 43 Akibat letak kabupaten Nias dekat dengan garis khatulistiwa, maka curah hujan setiap tahun cukup tinggi. Pada tahun 2013 rata-rata curah hujan mencapai A.2 Keadaan Iklim 42 Data BPS Kabupaten Nias Tahun 2014. 43 Ibid. 246 mm per bulan dengan banyaknya hari hujan mencapai 262 hari dalam setahun atau rata-rata 22 hari per bulan. Curah hujan yang tinggi setiap tahun mengakibatkan kondisi alam kabupaten Nias sangat lembab dan basah dengan rata-rata kelembaban 88 dalam setahun.Di samping itu struktur batuan dan susunan tanah di Kabupaten Nias pada umumnya bersifat labil, mengakibabtkan sering terjadinya patahan pada jalan aspal dan longsor, demikian juga sering ditemui daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.Keadaan iklim kabupaten Nias dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara dalam satu tahun rata-rata 26,3 C bulan. 44 No A.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk kabupaten Nias tahun 2014 adalah 133.388 jiwa dengan kepadatan penduduk 133.07 jiwakm 2 .Sex ratio Kabupaten Nias adalah sebesar 95,05 artinya jika ada 10.000 perempuan maka ada 9.505 laki-laki di Kabupaten Nias. Penduduk Kabupaten Nias yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan baik anak-anak maupun orang dewasa. Dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Persentase 1 2 Laki-Laki Perempuan 64.885 68.503 48,64 51,36 Total 133.388 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias2014 44 Ibid. Pada tabel 2.1 dijelaskan bahwa penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 68.503 jiwa 51,36 lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 64.885 jiwa 48,64. A.4 Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Penduduk Kabupaten Nias berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2014 menurut suku bangsa dapat kita lihat pada tabel 2.2 dibawah ini : Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa No Suku Bangsa Jumlah Jiwa Persentase 1 2 3 4 Suku Nias Suku Minang Suku Batak Suku Lainya 128.719 3.201 1.066 402 96.5 2,4 0.8 0.3 Total 133.388 100 Sumber: BPS Kabupaten Nias 2014 Dari tabel 2.2 jelas bahwa penduduk mayoritas kabupaten Nias berasal dari suku Nias yaitu sebesar 128.719 jiwa 96,5 diikuti oleh suku lainnya seperti suku Minang sebanyak 3.201 2.4 jiwa suku Batak sebanyak 1.066 jiwa 0.8 Karo, Simalungun, Toba, Madina, dan Pakpak; dan 402 jiwa 0,3 dari suku-suku lainnya. A.4 Penduduk Berdasarkan Pendidikan Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian.Baik secara formal maupun informal. Kabupaten Nias yang memiliki jumlah penduduk sekitar 133.388 jiwa dapat dilihat pada tabel 2.2 berdasarkan tingkat pendidikan berikut ini : Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlahjiwa Persentase 1 Tidak Tamat SD 19.074 14.3 2 SD 34.281 25.7 3 SMP 43.885 32.9 4 SLTASMK 24.810 18.6 5 AkademiD3 6.269 4.7 6 Sarjana 5.069 3.8 Total 133.388 100 Sumber:BPS Kabupaten Nias 2014 Pada tabel 2.3 terlihat bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Nias telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama sebanyak 38.148 jiwa 28.6, disusul tamat SD sebanyak jiwa 34.281 25.7, Kemudian tamat SLTA sebanyak 24.810 jiwa 18.6, dan diikuti setara Akademi DID3 sebanyak 6.269 jiwa 4.7 dan terakhir adalah Sarjana sebanyak 5.069 jiwa 3.8 . A.5 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian adalah sumber utama dalam menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk melihat mata pencaharian penduduk di kabupaten Nias dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut: Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Persentase 1 2 3 4 5 Karyawan swastaBuruh Tani Wiraswastapedagang PNS Sekolah Tidakbelum Bekerja 58.290 4.546 3.014 10.338 57.200 43.7 3.4 2.2 7.8 42. 9 Total 133.388 100 Sumber: BPS Kabupaten Nias Tahun 2014 A.5 Penduduk berdasarkan Agama Penduduk kabupaten Nias berdasarkan agama yang dianutnya dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini. Tabel.2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama No Agama Jumlah Jiwa Persentase 1 2 3 Protestan Katolik Islam 108.711 21.475 3.202 81. 5 16.1 2.4 Total 133.388 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Dari tabel 2.5 di atas dijelaskan bahwa mayoritas penduduk di kabupaten Nias memeluk agama Kristen Protestan dengan jumlah 108.711 jiwa dengan persentase 81.5 kemudian disusul dengan Katolik sebesar 21.457 jiwa dengan persentase 16.1 dan terakhir adalah Islam sebesar 3.202 jiwa dengan persentase 2.2. Adapun data dari BPS kabupaten Nias tentang jumlah jumlah rumah ibadah pada tahun 2013 adalah sebanyak 740 unit, dengan rincian yaitu mesjid 9 unit, gereja protestan 625 unit, dan 105 unit gereja katolik yang tersebar diseluruh kecamatan di kabupaten Nias.

B. Gambaran Umum Pemilih pada Pemilihan legislatif 2014

Pemilihan umum legislatif di kabupaten nias dilaksanakan pada 9 april 2014, pemilihan legislatif tersebut dilaksanakan di 376 Tempat Pemungutan Suara TPS yang tersebar pada 10 kecamatan di kabupaten nias. B.1 Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap DPT Per kecamatan Rekapitulasi DPT berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah : Tabel 2.6 Daftar Pemilih Tetap Kecamatan No. Urut KECAMATAN JUMLAH DESA JUMLAH TPS DAFTAR PEMILIH Lk Pr Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 BAWOLATO BOTOMUZOI GIDO HILIDUHO HILISERANGKAI IDANOGAWO MA’U SOGAE’ADU SOMOLO-MOLO ULUGAWO 25 18 21 16 15 28 11 11 11 14 57 35 50 23 32 65 32 27 16 39 7.351 2.545 6.246 2.932 4.043 8.265 2.835 3.436 1.850 3.256 7.868 2.987 6.876 3.249 4.727 8.822 3.531 3.580 2.118 3.464 15.219 5.532 13.122 6.181 8.770 17.087 6.366 7.016 3.968 6.720 Total 170 376 42.759 47.222 89.981 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Tabel 2.6mengambarkan bahwa jumlah pemilih terbanyak terdapat pada kecamatan Idanogawo dengan jumlah pemilih sebanyak 15.219 Jiwa dan jumlah pemilih terendah terdapat di kecamatan Somolo-molo dengan pemilih sebanyak 3.968 jiwa. B.2 Tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan legislatif 2014 Partisipasi masyarakat kabupaten Nias pada pemilihan umum legislatif tahun 2014 di bedakan berdasarkan laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 2.7 Partisipasi Pemilih L dan P No Periode Pemilu Pemilih Terdaftar Pengguna Hak Pilih L P JLH L P JLH 1 Pemilu Legislatif 2014 42.759 47.222 89.981 32.899 37.839 70.738 2 Persentase 47.6 52.4 100 77.06 80.29 78.75 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Data pada tabel 2.7 sangat jelas mengambarkan bahwa partisipasi politik masyarakat nias dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum legislatif cukup besar dengan angka partisipasi mencapai 70.738 jiwa dengan persentase 78.75 . Partisipasi perempuan juga masih lebih besar dari partisipasi perempuan pada pemilihan legislatif tahun 2014 di kabupaten Nias. C. Gambaran Perolehan Suara Partai Politik, Calon legislatif, dan Penetapan Anggota Terpilih DPRD Kabupaten Nias Hasil pemilihan umum legislatif yang dilaksanakan pada 09 April 2014 menghasilkan beberapa keputusan diantaranya adalah Keputusan KPU Kabupaten Nias tentang penetapan daftar calon tetap anggota DPRD kabupaten Nias Nomor :81KptsKPU-Kab.002.4347132013 dan Berita Acara Penetapan perolehan suara dan kursi partai politik serta penetapan calon terpilih anggota DPRD kabupaten Nias tahun 2014 Nomor: 148BAV2014 keputusan dan berita acara yang dimaksud dapat dilihat pada uraian dibawah ini dengan rincian sebagai berikut: C.1.1 Rekapitulasi Jumlah perolehan Suara Sah Partai Politik pada Pemilihan Legislatif 2014 Rekapitulasi jumlah perolehan dan persentase suara sah dari semua partai politik dan dari tiga dapil yang tersebar di 10 kecamatan di kabupaten Nias pada pemilihan umum Legislatif 2014 dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut ini : Tabel 2.8 Rekapitulasi Jumlah perolehan Suara Sah Partai Politik No. PARTAI POLITIK PEROLEHAN SUARA SAH JLH DAPIL1 DAPIL2 DAPIL3 1 Partai NasDem 3.670 1.715 1.562 6.947 10.8 2 Partai Kebangkitan Bangsa 1.830 487 762 3.079 4.9 3 Partai Keadilan Sejahtera 56 1.141 49 1.246 1.9 4 PDI Perjuangan 1.772 3.125 2.831 7.728 11.4 5 Partai Golongan Karya 3.646 3.398 2.012 9.053 13.4 6 Partai Gerindra 1.880 2.233 1.718 5.831 8 7 Partai Demokrat 6.687 7.995 3713 1839 27.1 8 Partai Amanat Nasional 115 1.030 25 1170 1.7 9 Partai Persatuan Pembangunan 199 878 9 1086 1.6 10 Partai Hati Nurani Rakyat 1.229 3.821 1364 6411 9.3 11 Partai Bulan Bintang 174 89 9 272 0.4 12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 1.781 2.472 2233 6.486 9.5 JUMLAH 23.033 28,384 16.287 67.704 100 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Data pada tabel 2.8 mengambarkan bahwa partai yang mendapatkan suara terbanyak dari 3 daerah pemilihan di kabupaten nias yaitu Partai Demokrat dengan jumlah suara sebanyak 18.395 suara dengan persentase sebesar 27.1 dan Partai yang mendapatkan suara terendah adalah partai Bulan Bintang dengan jumlah suara sebanyak 272 suara dengan persentase 0.4 C.1. 2 Daftar Calon DPRD Terpilih Periode 2014-2019 Daftar nama-nama seluruh calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari seluruh partai politik yang ikut berpartisipasi pada pemiliham umum legislatif di Kabupaten Nias yang berhasil terpilih menjadi anggota DPRD dapat kita lihat pada tabel 2.5 berikut ini : Tabel 2.9 DPRD Terpilih No Nama Partai Politik Jenis Kelamin Dapil Persentase 1. 2. Maspena Gulo Ronal Zai NasDem LK LK 1 2 8 3. Yaredi Gulo PKB LK 1 4 4. 5. 6. Berian Laoli Rahmat Nduru Yulius Lase PDIP LK LK LK 1 2 3 12 7. 8. 9. Talizamuala Lawolo Alfrin Zebua Otoni Gea GOLKAR LK LK LK 1 2 3 12 10. 11. 12. Augustinus Waruwu Bazisokhi Gori Dafati Mendrofa GERINDRA LK LK LK 1 2 3 12 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Fatou’osa Waruwu Alinuru Laoli Fo’arota Gulo Sadarman Nduru Elianus Gea Elamaisi Lafau Yaredi Laoli DEMOKRAT LK LK LK LK LK LK 1 1 2 2 2 3 28 20. 21. Bowoli Sandroto Badurani Waruwu PKPI LK LK 1 2 12 22. Notarius Mendrofa LK 3 23. 24. Faigiasa bawamenewi Elizama Zai HANURA LK LK 2 2 8 25. Amran Zai PKS LK 2 4 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Berdasarkan data pada tabel 2.9 daftar calon DPRD terpilih, menggambarkan bahwa 100 anggota DPRD yang berhasil memenangkan pemilihan umum berjenis kelamin laki-laki. Tidak ada satupun yang mewakili perempuan untuk duduk di DPRD Kabupaten Nias periode 2014-2019. Partai politik yang mendapatkan kursi terbanyak adalah partai Demokrat sebanyak 7 kursi dengan persentase 28 persen, kemudian disusul partai PDIP, GOLKAR, GERINDRA dan PKPI yang memperoleh jumlah kursi yang sama yaitu 3 kursi dengan persentase 12, kemudian Partai NasDem dan HANURA memperoleh masing-masing 2 kursi 8, dan terakhir adalah PKS dengan memperoleh 1 kursi 4. C.1..3 Rincian Daftar Calon dan Perolehan Suara Sah calon anggota DPRD Perempuan Rekapitulasi dan persentase perolehan suara calon legislatif perempuan pada semua partai politik di semua dearah pemilihan di kabupaten Nias pada pemilu legislatif tahun 2014 dapat di lihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.10 Partai Nasdem No. Nama Calon No. urut Dapil Suara Sah Persentase suara Dapil Perin gkat Jlh Caleg L dan P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Roswita Laia Yusniar Halawa Olinia Lombu Yusmina Lawolo Meriana Halawa Gestrina Waruwu Yani Murni Gulo Metiani Mendrofa Junita Mendrofa 3 6 8 3 6 9 11 1 3 1 1 1 2 2 2 2 3 3 18 5 20 9 2 7 7 59 5 0.5 0.1 0.5 0.5 0.1 0.4 0.4 3.8 0.3 7 9 6 5 11 6 6 3 5 9 11 5 Total 132 2 25 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai NasDem di semua daerah pemilihan masih sangat rendah, dengan hanya mendapat 132 suara dengan persentase 2 dari total suara yang didapat oleh partai NasDem di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 59 suara dengan persentase 3.8 dan perolehan terendah sebanyak 2 suara dengan persentase 0.02 Tabel 2.11 Partai KebangkitanBangsa No Nama Calon No Urut Dapil Suara Sah Persentase suara Dapil Perin gkat Jlh Caleg L P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Yarlina Laoli Nurlina Harefa Erna Mendrofa Yamisia Lawolo Efenia Gulo Siti Tafonao Soniati Warasi Novi Mendrofa Yuniati Mendrofa 3 6 9 3 6 9 11 3 4 1 1 1 55 11 8 6 4 1 164 1 3 3 0.6 0.4 1 0.1 0.8 33 0.1 0.4 4 6 7 8 9 11 1 5 4 9 2 2 2 2 11 3 3 5 Total 253

8.2 29

Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Kebangkitan Bangsa di semua daerah pemilihan mendapat 253 suara dengan persentase 8.2 dari total suara yang didapat oleh partai Kebangkitan Bangsa di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 164 suara dengan persentase 33 dan perolehan terendah sebanyak 1 suara dengan persentase 0.1 Tabel 2.12 Partai Keadilan Sejahtera No Nama Calon No urut Dapil Suara Sah Persentase suara Dapil Perin gkat Jlh Caleg L P 1 Ramadhani Laoli 3 2 62 5 2 3 Total 62 5 3 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Keadilan Sejahtera di semua daerah pemilihan mendapat 62 suara dengan persentase 5 dari total suara yang didapat oleh partai Keadilan Sejahtera di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Dengan hanya mempunyai satu calon perempuan disemua Dapil dengan perolehan suara sebesar 62 dengan persentase 5. Tabel 2.13 PDI Perjuangan No Nama Calon No Urut Dapil Suara Sah Persentase suara Dapil Perin gkat Jlh Caleg L P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Junita Sri Zebua Meniati Waruwu Marwati Zebua Dika Zai Murni Lafau Animawarti Zai Sadarmawati Zebua Senimawati Laoli Karyani Mendrofa 3 6 8 3 6 9 10 3 5 1 1 1 7 85 8 17 8 7 1 10 26 0.4 5 0.4 0.5 0.2 0.2 0.03 0.3 0.9 9 4 8 7 8 9 11 5 4 9 2 2 2 2 11 3 3 5 Total 169 2,1 25 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di semua daerah pemilihan mendapat 169 suara dengan persentase 2.1 dari total suara yang didapat oleh partai Partai Demokrasi Indonesi Perjuangandi semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 85 suara dengan persentase 5 dan perolehan terendah sebanyak 1 suara dengan persentase 0.03 Tabel 2.14 Partai Golongan Karya No Nama Calon No Urut Dapil Suara Sah Persentase suara Dapil Perin gkat Jlh Caleg LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rosfirman Zebua Sepleti Halawa Crosmeri Waruwu Hilda Waruwu Seniwati Zai Yuniman Lawolo Sariati Giawa Angela Lase Biarawati Halawa 2 6 8 3 6 8 11 1 4 1 1 1 47 19 49 40 6 38 8 488 19 1 0.5 1 1 0.1 1 0.2 24 0.9 8 9 7 6 9 7 8 3 5 9 2 2 2 2 11 3 3 5 Total 714 7,9 25 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Golkar di semua daerah pemilihan mendapat 714 suara dengan persentase 7.9 dari total suara yang didapat oleh partai Partai Golkar di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 488 suara dengan persentase 24 dan perolehan terendah sebanyak 6 suara dengan persentase 0.1 Tabel 2.15 Partai Gerakan Indonesia Raya No Nama Calon No urut Dapil Suara Sah Persentase suaraDapil Perin gkat Jlh Caleg LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Merianus Gori Evi Cristianti Lisbet Zebua Rohmanwati Draha Dewiman Hura Seimanhati Gulo Meliana Larosa Yuniria Zendrato Simine Gea 3 5 8 3 6 8 10 3 4 1 1 1 25 7 11 88 12 11 22 19 13 1 0.3 0.5 4 0.5 0.5 1 1 0.7 5 8 7 4 9 11 7 4 5 9 2 2 2 2 11 3 3 5 Total 208 3,6 25 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Gerindra di semua daerah pemilihan mendapat 208 suara dengan persentase 3.6 dari total suara yang didapat oleh partai Partai Gerindra di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 88 suara dengan persentase 4 dan perolehan terendah sebanyak 11 suara dengan persentase 0.5 Tabel 2.16 Partai Demokrat No Nama Calon NO. Urut Dapil Suara Sah Persentase suaraDapil Perin gkat Jlh Caleg LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Binta Hulu Iberia Zandroto Evangelis Draha Wiwiek Hura Yaniman Gea Augusriang Zai Yulina Lase Mawartini Halawa Martiline Mendrofa 3 6 9 3 6 9 10 3 4 1 1 1 18 50 13 13 1.093 11 9 30 13 0.2 0.7 0.1 0.1 13 0.1 0.1 0.8 0.3 8 7 9 9 4 10 11 4 5 9 2 2 2 2 11 3 3 5 Total 1250 6,8 25 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Demokrat di semua daerah pemilihan mendapat 1.250 suara dengan persentase 6,8 dari total suara yang didapat oleh partai Partai Demokrat di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 1093 suara dengan persentase 13 dan perolehan terendah sebanyak 9 suara dengan persentase 0.1 Tabel 2.17 Partai Amanat Nasional No Nama Calon No. urut Dapil Suara Sah Persentase suaraDapil Perin gkat Jlh Caleg LP 1 2 3 Marnihati Laia Muliani Mendrofa Yalina Mendrofa 1 1 4 2 136 4 4 13 1.6 1.6 2 2 2 2 3 3 4 Total 144 12,3 6 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Amanat Nasional di semua daerah pemilihan mendapat 1.250 suara dengan persentase 12,3 dari total suara yang didapat oleh partai Partai Amanat Nasional di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 103 suara dengan persentase 13 dan perolehan terendah sebanyak 4 suara dengan persentase 1,6 Tabel 2.18 Partai Persatuan Pembangunan No Nama Calon No. Urut Dapil Suara Sah Persentase suaraDapil Perin gkat Jlh Caleg LP 1 Mikdar Almadany 2 2 19 0.09 2 2 Total 19

0.09 2

Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Persatuan Pembangunan di semua daerah pemilihan mendapat 19 suara dengan persentase 1.7 dari total suara yang didapat oleh partai Partai Persatuan Pembangunan di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias.Perolehan suara terbanyak sebesar 19 suara dengan persentase 0.09 dan hanya terdapat 1 calon legislatif perempuan. Tabel 2.19 Partai Hati Nurani Rakyat No Nama Calon No. Urut Dapil Suara Sah Persentase suaraDapil Perin gkat Jlh Caleg LP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Apriani Batee Yanti Zandroto Ernawati Nduru Dionisia Zebua Ernani Gulo Yarniwati Lase Nerwany Nduru Erisnawati Halawa Yanti Lase 3 6 9 3 6 9 11 2 4 1 1 1 9 12 82 9 6 9 35 13 4 0.7 1 9 0.2 0.1 0.2 0.9 1 0.3 9 7 4 9 10 9 7 4 5 9 2 2 2 2 11 3 3 5 Total 179 13,4 25 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Hati Nurani Rakyatdi semua daerah pemilihan mendapat 179 suara dengan persentase 2.78 dari total suara yang didapat oleh Partai Hati Nurani Rakyatdi semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 82 suara dengan persentase 9 dan perolehan terendah sebanyak 4 suara dengan persentase 0.3 Tabel 2.20 Partai Bulan Bintang No. urut Nama Calon Dapil Suara Sah Persentase suaraDapil Peringkat Jlh Caleg LP - - 1 - 1 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Tidak ada calon legislatif perempuan yang diusung oleh partai Bulan Bintang di semua daerah pemilihan di kabupaten Nias pada pemilihan legislatif 9 April 2014. Tabel 2.21 Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia No Nama Calon No. Urut Dapil Suara Sah Persentase suaraDapil Perin gkat Jlh Caleg LP 1 2 3 4 5 6 7 8 Meliana Draha Munida Gulo Oktaviani Lawolo Dewiman Lawolo Syahida Zai Timeria Lase Krisman Hulu Alfrin Halawa 3 5 7 3 6 7 3 5 1 1 1 4 28 7 5 6 4 45 692 0.2 1.6 0.4 0.2 0.2 0.1 2 31 9 6 7 6 5 7 4 2 9 2 2 2 7 3 3 5 Total 791 12.19 21 Sumber : Data KPU Kabupaten Nias Tahun 2014 Total perolehan suara untuk caleg perempuan Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesia di semua daerah pemilihan mendapat 791 suara dengan persentase 12.92 dari total suara yang didapat oleh Partai Keadilan Dan Persatuan Indonesiadi semua daerah pemilihan di kabupaten Nias. Perolehan suara terbanyak sebesar 692 suara dengan persentase 31 dan perolehan terendah sebanyak 4 suara dengan persentase 0.01 Persentase suara caleg perempuan terbesar dari seluruh partai politik di kabuapaten Nias jika dipersentasikan berdasarkan jumlah total perolehan suara dari tiga daerah pemilihan, berasal dari partai Partai Hati Nurani Rakyat sebesar 13 dan persentase terendah berasal dari partai Partai Persatuan Pembangunan0.09 . Hal ini menggambarkan bahwa perempuan masih kalah bersaing dan tertinggal jauh dari laki-laki, dalam urusan politik. D. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Nias periode 2014 – 2015 Sebagai implementasi dari Undang-Undang Dasar 1945, khususnya yang mengatur susunan kedudukan MPR, DPR dan DPRD, maka telah ditetapkan beberapa Undang-undang yang mengatur Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD yaitu Undang-undang No. 27 tahun 2009 yang mengatur tentang Susunan, Kedudukan, Keanggotaan dan Pimpinan MPR, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota. D.1 Kedudukan DPRD Adapun Susunan dan Kedudukan Anggota DPRD Kabupaten Nias sebagaimana di atur dalam UU No. 27 tahun 2009 pasal 341 dan 342 adalah : 1. DPRD kabupatenkota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. 2. DPRD kabupatenkota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah kabupatenkota. 45 45 UU No. 27 tahun 2009 pasal 341 dan 342 Tentang Kedudukan Anggota DPRD D.2. Fungsi DPRD Kabupaten Nias Ada tiga fungsi utama DPRD sebagaimana diatur dalam pasal 343 UU No. 27 tahun 2009 yaitu : 1. Legislasi; Legislasi adalah fungsi Dewan perwakilan rakyat dalam hal membuat suatu perundang-undangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan perundang-undangan di tingkat lokal atau daerah adalah berupa peraturan daerah. 2. Anggaran; Fungsi Anggaran adalah fungsi anggota legislatif untuk ikut serta dalam penentuan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, serta anggaran-anggaran lain. 3. Pengawasan; Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi jalannya kebijakan yang telah ditetapkan. Pengawasan dilakukan melalui sidang panitia-panitia legislatif, dan melalui hak-hak kontrol khusus, seperti hak bertanya,interprelasi, dan sebagainya. 46 D.3 Tugas dan Wewenang DPRD Adapun Tugas dan Wewenang anggota DPRD kabupatenkota dalam UU No.27 tahun 2009 Pasal 344 adalah: • Membentuk peraturan daerah kabupatenkota bersama bupatiwalikota; • Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupatenkota yang diajukan oleh bupatiwalikota; 46 UU No. 27 tahun 2009 pasal 343 fungsi utama DPRD • Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupatenkota; • Mengusulkan pengangkatan danatau pemberhentian bupatiwalikota danatau wakil bupatiwakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan danatau pemberhentian; • Memilih wakil bupatiwakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupatiwakil walikota; • Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah kabupatenkota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; • Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupatenkota; • Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupatiwalikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupatenkota; • Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; • Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan • Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 47 47 UU No.27 tahun 2009 Pasal 349,350 dan 351 tentang Hak dan Kewajiban anggota DPRD D.4 Hak-hak dan Kewajiban DPRD Kabupaten Nias Secara kelembagaan Hak dan Kewajibananggota DPRD kabupatenkota dalam UU No.27 tahun 2009 Pasal 349,350 dan 351 adalah sebagai berikut : a. Interpelasi; yaitu hak untuk meminta keterangan kepada bupatiwalikota mengenai kebijakan pemerintah kabupatenkota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara. b. Angket; yaitu hak DPRD kabupatenkota untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah kabupatenkota yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Menyatakan pendapat; yaitu hak DPRD kabupatenkota untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan bupatiwalikota atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket Secara Personal, Anggota DPRD Kabupaten mempunyai hak: a. Mengajukan rancangan peraturan daerah kabupatenkota; b. Mengajukan pertanyaan; c. Menyampaikan usul dan pendapat; d. Memilih dan dipilih; e. Membela diri; f. Imunitas; g. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas; h. Protokoler; dan i. Keuangan dan Administratif. Adapun kewajiban anggota DPRD adalah : a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan perundangundangan; c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; e. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; g. Menaati tata tertib dan kode etik; h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupatenkota; i. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan k. Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. D.5 Alat-alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Nias Alat-alat kelengkapan DPRD Kabupaten Nias berdasarkan UU No.27 tahun 2009 Pasal 353adalah : 1. Pimpinan DPRD, terdiri dari seorang ketua dan dua orang wakil ketua. 2. Badan Musyawarah; 3. Komisi; 4. Badan Legislasi Daerah; 5. Badan Anggaran; dan 6. Badan Kehormatan 48 D.6 Aggota DPRD Terpilih Kabupaten Nias Anggota DPRD Kabupaten Nias periode 2014 – 2019 berjumlah dua puluh lima orang, berasal dari perwakilan Sembilan partai politik dan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Seperti di gambarkan pada tabel 2.9 tentang DPRD Terpilih kabupaten Nias. D.7 Pembagian Komisi di DPRD Kabupaten Nias Komisi DPRD Kabupaten Nias periode 2014-2019 telah disepakati bahwa jumlahnya tetap sama seperti jumlah komisi pada DPRD Kabupaten Nias periode 2009-2014 sebelumnya sebanyak tiga komisi Yaitu: 48 UU No.27 tahun 2009 Pasal 353 tenang Alat-alat kelengkapan DPRD • Komisi A Ketua Komisi A adalah Alinuru Laoli Partai Demokrat Komisi A membidangi Pemerintahan, Hukum dan Hak Azassi Manusia. SKPD yang menjadi mitra kerja komisi I di Pemerintah Kota Gunungsitoli adalah Kesatuan Bangsa dan Politik Kesbangpol, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Disdukcapil, Badan Pemberdayaan Masyarakat BPM,Dinas Perhubungan Dishub, Lingkungan Hidup, Bagian Hubungan Masyarakat Humas, dan Bidang Ketenaga Kerjaan pada Dinas Sosial. Selain itu, komisi I juga bermitra dengan instansi vertikal seperti Polri, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pertahanan serta instansi yang membidangi Pertahanan dan Keamanan. • Komisi B Ketua Komisi B adalah Sadarman Nduru Partai Demokrat Komisi B membidangi Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Kesra. Mitra kerjanya adalah Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM Deperindakop dan UMKM, Dinas Pertanian, Perikanan, peternakan dan Kelautan, Dinas Pariwisata dan Olah Raga, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Bagian Perekonomian sekretariat daerah Kota Gunungsitoli. • Komisi C Sedangkan komisi C Ketuanya adalah Agustinus Waruwu Partai Gerindra.Komisi C membidangi Keuangan dan Pembangunan. Mitra kerjanya adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas tata Ruang dan Pemukiman Tarukim, Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah PPKAD, Badan Perencana Pembangunan Daerah Bappeda, dan Bagian Sumber Daya Alam SDA di sekretariat daerah Kota Gunungsitoli. 49 1. Fraksi Demokrat Ketua Fatou’osa Waruwu D.8 Pembagian Fraksi di DPRD Kabupaten Nias Fraksi di DPRD Kabupaten Nias terdiri dari 6 Fraksi Partai Politik yaitu : 2. Fraksi PDIP Ketua Rahmat Nduru 3. Fraksi GERINDRA Ketua Agustinus Waruwu 4. Fraksi GOLKAR Ketua Talizamuala Lawolo 5. Fraksi PKPI Ketua Bowoli Zandroto 6. Fraksi Gabungan NasDem, PKB Ketua Maspena Gulo 50

E. Gambaran Budaya Patriarki di Kabupaten Nias

Orang Nias berciri fisik mongoloid dengan kulit kuning cerah dan berambut lurus. Sistem silsilah keturunan Nias adalah sebuah keluarga besar yang di sebut Songambato yang terdiri dari keluarga senior dengan keluarga-keluarga anak-anak mereka. Songambato ini merupakan sebuah sebutan unik dalam kehidupan nias di susun berdasarkan garis Patrilineal yaitu mengikuti garis keturunan Laki-laki atau marga laki-laki. Sesama anggota marga tidak 49 Data DPRD Kabupaten Nias Tahun 2014 50 Data DPRD Kabupaten Nias Tahun 2014 diperbolehkan untuk saling menikah kecuali masing-masing pasangan dapat membuktikan bahwa secara silsilah keturunan mereka paling tidak sudah merupakan generasi ke -10 sampai ke – 15, sehingga orang-orang Nias mempunyai tradisi perkawinan eksogami antar marga. Pada zaman dulu tipe rumah tangga cenderung sebagai sebuah keluarga besar.Beberapa keluarga yang segaris keturunan atau sesame marga dimungkinkan tinggal disebuah rumah besar omo hada. Hal ini di sebabkan oleh beberapa hal yaitu :Pertama untuk menjaga status sosial mereka, misalnya kekerabatan keluarga bangsawan. Kedua Kebanggaan kelurga mereka merupakan sesuatu yang sangat esensial. Oleh karena itu marga harus ditambahkan dibelakang nama mereka karna hanya marga yang termasuk bangsaan yang dapat mengklaim sebagai penerus leluhur mereka. Ketiga tidak ada tuan tanah disetiap wilayah, kecuali masyarakat. Peraturan setempat menyatakan bahwa terkait dengan kepemilikan tanah, tidak mengacu pada kekayaan individu, tetapi merupakan milik kekerabatan.Dari beberapa alasan tersebut sangat jelas bahwa sistem kekerabatan dalam masyarakat Nias mempunyai peran utama dalam mengontrol kehidupan sosial mereka. 51 Masyarakat Nias umumnya mengenal sistem struktur sosial yaitu kelompok bangsawan si’ulu, si’ ila, salawa dan kelompok masyarakat biasa D.1 Struktur Sosial 51 Elkarya T wau. 2014. Profil kepulauan Nias. TherryGallery.. Hal. 9 sato. Struktur sosial ini selalu dalam konteks budaya patriarki atau konteks laki- laki, dimana yang menjadi pimpinan dalam masyarakat haruslah seorang laki-laki. Struktur sosial masyarakat Nias terdiri dari : • Kelompok bangsawan si’ulu, si’ila, salawa, • Kelompok masyarakat biasa sato dan • Kelompok budak sawuyu, harakana. Masyarakat Nias dalam melaksanakan sistem pemerintahan tradisionalnya membagi masyarakat atas empat bagian yaitu kelompok bangsawan si’ulu, salawa, kelompok bangsawan, penasehat si’ila, kelompok masyarakat biasa sato dan kelompok budak sawuyu, harakana. Sedangkan dalam kegiatan religi masyarakat Nias memiliki empat struktur pelapisan masyarakat yaitu: siulu bangsawan, ere pemuka agama, Ono mbanuasato rakyat biasa dan Sawuyu budak. Tingkatan kasta kekerabatan tersebut tidak berdasarkan marga, melainkan berdasarkan kemampuan melaksanakan upacara adat Owasa. Kelompok kekerabatan yang terkecil yang disebut keluarga batih di Nias paling tidak ada dua penyebutannya.Keluarga batih di Nias bagian Utara disebut fanganbaton sedangkan di Selatan disebut gagambato.Dalam masyarakat Nias kelompok yang terpenting adalah Sambun mohelo atau sambua faono keluarga luas yaitu keluarga batih senior beserta keluarga batih putera-puteranya yang tinggal bersama di dalam satu rumah, dan merupakan satu kesatuan ekonomis.Keluarga luas ini boleh berpisah jika keluarga anaknya dapat membangun sendiri rumah yang tentunya dibarengi dengan pesta adat.Kelompok kekerabatan yang lebih besar yang merupakan gabungan dari beberapa keluarga luas dari satu leluhur disebut Mado.Seperti halnya marga pada masyarakat Batak, Mado di Nias juga memiliki cabang-cabang.Dalam masyarakat Nias kelompok organisasi sosial yang terkecil disebut gana.Kelompok organisasi tradisional ini terdiri dari beberapa keluarga batih dari satu marga atau dapat juga dari beberapa marga yang di dalam desa itu tidak cukup banyak anggotanya dalam membentuk gana tersebut. Dalam kelompok gana itu terdapat seorang pemimpin yang tugas fungsinya sangat jelas pada upacara adat saja.Kumpulan dari pada beberapa gana disebut nafolu.Seperti halnya gana, nafolu juga dipimpin oleh seseorang yang tugas fungsinya sangat jelas hanya pada upacara adat saja.Kumpulan dari beberapa nafolu disebut banua, yang dapat diidentikkan dengan desa dengan pemimpinnya disebut salawa di utara dan siulu di Selatan. Selain pejabat tersebut di desa juga ada pejabat lain yang di sebut si’ ila yang diangkat oleh rakyat dan tidak didapatkan secara turun temurun. Si’ ila ini dalam sebuah kampung jumlahnya bisa banyak dan pemimpin si’ ila disebut balo si’ ila. Di Selatan pemimpin banua yang disebut siulu memiliki pemimpin lagi yang disebut balo siuluSedangkan kumpulan dari beberapa banua disebut öri negeri yang dipimpin oleh tuhenöri. Di Kabupaten Nias yang menjadi setingkat dengan camat adalah “Tuhenõri”, sedangkan yang menjadi pemimpin dalam masyarakat adalah “Balugu”. Syarat menjadi seorang kepala daerah balugutuhenõri.Tidaklah mudah, sangat banyak pengorbanan untuk mendapatkannya.Syarat-syarat itu antara lain : ` a. Mengadakan “OWASA” atau lebih di kenal dengan pesta besar-besaran, selama tiga hari dan tiga malam.Owasa adalah pesta adat tertinggi bagi orang Nias.Bagi orang yang sudah menjalankan Owasa, maka segala perkataannya menjadi hukum.Merekalah yang kemudian menduduki strata paling tinggi dalam masyarakat.Owasa adalah sebuah upacara adat pengukuhan.Upacara adat ini ditandai dengan adanya pesta dan pemotongan babi dalam jumlah yang banyak dan dilaksanankan dengan meriah.Owasa menjadi ciri khas ritualitas aktivitas adat orang Nias. b. Dalam pesta tersebut haruslah diikuti tiga orang kepala desa tetangga bersama warganya. c. Sebagai bukti harus memberikan “ simbi mbawi “ dagu babi yang sudah di potong kepada masing-masing orang yang di anggap mampu membantu dia di dalam kekerabatan, sedangkan untuk pihak dari pada perempuan di berikan “ ta’io mbawi bagian depan. d. Dalam waktu tiga hari tersebut, ketiga desa yang hadir di beri makan tiga kali sehari selama tiga hari lamanya. e. Mengangkat saudara dan orang terdekatnya untuk di jadikan sebagai pembantu, sekaligus yang memperkokoh dia dalam jabatannya. f. Mampu mengorganisir, cakap dalam mengambil keputusan, berasal dari keluarga yang berada ataupun merupakan keluarga balugu, serta tidak mudah terpengaruh denagn pendapat orang lain yang memang dianggap tak perlu. 52 a Menurut tradisi bahwa nenek moyang Ono Niha yang turun ke Tanõ Niha Daerah Nias adalah laki-laki, oleh karena itu yang meneruskan generasi adalah laki-laki. D.2 Kedudukan Laki-laki dalam Adat Berdasarkan system yang dimiliki oleh masyarakat Nias yaitu system Patrilineal dimana peranan yang sangat besar dan dominan adalah ditangan kaum laki-laki atau bergaris keturunan kaum Bapak. b Yang menaikkan status sosial Bosi dalam masyarakat Nias untuk mencapai kuasa, wibawa dan kedudukan yang lebih tinggi adalah laki-laki bukan perempuan. Laki-laki dengan nama keluargalah yang melaksanakan pesta adat yang disebut Owasa Pesta Adat Besar misalnya pemberian gelar Balugu, dan pendirian batu kebesaran Gowe Zalawa, perempuan hanya duduk sebagai pelengkap. 52 Ketut Wiradnyana.2007.kearifan lokal pembentuk karakter masyarakat nias. Balai Arkeologi Medan.Hal. 4-6 c Yang menjadi pemimpin dalam mengambil keputusan dalam masyarakat Nias mulai dari keluarga sampai pada kesatuan masyarakat Nias yang terbesar adalah laki-laki. 53 D.3 Perempuan Dalam Adat Nias 54 Kedudukan perempuan sebagai nomor dua membuka kesempatan kepada pihak laki-laki untuk berlaku secara sewenang-wenang terhadap perempuan.Perempuan bukan tidak diperlukan, tapi dikalahkan.Perempuan dilihat sebagai jenis kelamin kedua.Akan tetapi, dalam beberapa hal perempuan nias Perempuan dalam adat istiadat dan suku Nias adalah warga kelas dua.Tingkatan ini jelas, dan secara terang-terangan terjadi.Pertama, yang menjadi kepala keluarga adalah laki-laki.Kedua, perempuan tidak bisa mengambil keputusan apapun tanpa suaminya.Ketiga, perempuan sering disamakan dengan baranghartakekayaan laki-laki.Keempat, anak yang diharapkan dalam keluarga adalah laki-laki.Bila laki-laki belum ada, maka orang nias bisanya merasa belum memiliki anak.Anak laki-laki adalah penerus marga. Yang mampu mengantikan posisi keluarga dan meneruskan nama klan. Artinya lelaki adalah hidup itu sendiri. 53 Mariati Zendato, Sh, M.Hum. 2003. “Perkembangan Kedudukan Wanita Dalam System Partineal Terhadap Hak-Hak Pewarisan Tanah Di Daerah Kabupaten Nias.” Jurnal Ilmu Hukum Tahun 2003Hal.10. 54 P. Johannes Maria Harmmerle,OFMCap. 2001. Asal Usul Masyarakat Nias – suatu Interpretasi. Gunung Sitoli: Yayasan Pusaka Nias. Hlm. 42-46. memiliki peranan yang sangat sentral.Misalnya saat pesta perkawinan.Merekalah yang mamidi afo membuat sirih dan mamotu ono nihalő menasehati pengantin perempuan.Dan mereka juga yang pertama sekali menyambut ketika tamu rombongan dari pengantin laki-laki datang. Memperlakukan perempuan sebagai jenis kelamin kedua memang tidak adil.Akan tetapi perspektif budaya nias membuka kesempatan ke arah ketidakadilan ini.Dalam adat perkawian, perempuan secara tidak langsung itu dibeli oleh pihak laki-laki. Dengan membayar “ bowő ” jujuran yang besar, maka perempuan itu menjadi miliknya. Artinya perempuan adalah harta suaminya.Lelaki memiliki kuasa penuh kepada istrinya.Orang tua perempuan tidak boleh ikut campur lagi.Kedudukan laki-laki yang lebih tinggi dalam budaya Nias tampaknya tidak terlepas dari mitos asal-usul masyarakat Nias.Di mana Sirao, menurunkan anak-anaknya ke dunia, dan mereka semua adalah laki-laki. D.3.1 Kedudukan Wanita Nias Dalam Kelembagaan. Di dalam masyarakat Nias Perempuan dalam kelembagaan tidak dapat mengadakan pesta adat untuk menaikkan derajat atau statusnya, sebagaimana diuraikan diatas, nilai perempuan yang diskriminatif menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua, tidak produktif, malah kehadiran wanita di forum publik cenderung disepelekan, wanita itu dianggap melampaui kodrat wanitanya. Misalnya berkarya, berbisnis, berorganisasi dll. D.3.2 Kedudukan Wanita Dalam Hubungannya Dengan Keluarga. Hubungan keluarga dalam Hukum Adat Nias merupakan Hukum Adat yang mengatur kedudukuan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orang tuanya yang mengatur pertalian darah. 1. Kedudukan wanita sebagai anak. • Sebelum berkeluarga atau sebelum menikah dipelihara oleh orang tuanya, dan segala keperluannya ditanggung oleh orang tuanya sebagai anak yang sah. • Setelah berkeluarga tetap sebagai anak yang sah dari orang tuanya tetapi dalam tanggung jawab penuh adalah suaminya dan mertuanya Orang tua suaminya. 2. Kedudukan Wanita sebagai Anak Piatu • Apabila orang tuanya meninggal baik bapak atau ibunya jika masih dibawah umur atau sudah dewasa maka yang berhak memelihara dan melindunginya adalah pihak saudara bapaknya dan setelah berkeluarga adalah suami dan mertuanya. 3. Kedudukan Wanita sebagai Anak Angkat Mengangkat anak apabila yang sama sekali bukan keluarganya, anak tersebut dimasukkan dalam keluarga yang mengangkatnya sebagai anak sendiri dan berkedudukan sama sebagai anak kandung yang mengangkatnya. Dalarn hal ini orang tua yang mengangkatnya kurang memenuhi persyaratan-persyaratan misalnya menjamu makan semua masyrakat dan keluarga anak yang diangkat, orang tua, saudara pihak hapak dan ibu dan pengetua adat, juga dengan membayar dengan emas sebesar 3 fanulo 30 gram untuk berikan kepada pengetua adat dan pihak paman saudara laki-laki dari ibu sianak. Beberapa contoh kasus yang dihadapi oleh perempuan di Nias terutama di desa-desa antara lain: 1. Berpendidikan rendah Anak perempuan jarang bersekolah tinggi misalnya melanjutkan sekolah di SMPSMU, apalagi ke Perguruan Tinggi.Mereka hanya tamat Sekolah Dasar, setelah itu tinggal di rumah membantu orangtua membanting tulang mencari nafkah dan biaya pendidikan untuk saudara laki-laki.Salah satu penunjang biaya pendidikan anak laki-laki biasanya dalam keluaraga menurut kebiasaan mereka adalah memelihara babi.Dalam hal ini yang ditugaskan untuk itu adalah anak perempuan.Mereka harus mengurus dan memelihara sampai besar dan setelah besar, lalu dijual. Hasilnya akan diserahkan untuk biaya sekolah anak laki-laki. Hal ini paling menyakitkan, karena perempuan tidak menikmati hasil jerih payahnya.Akibat dari pendidikan yang rendah ini, perempuan semakin terpinggirkan dan tinggal dalam kebodohan dengan dalih kodrat. 2. Tidak boleh menentukan pasangan hidup atau jodohnya sendiri Peranan orangtua dalam menentukan jodoh anaknya sangatlah besar, terutama kepada anak perempuan.Banyak perempuan yang sudah menikah sejak umur 16 tahun, bahkan ada juga yang berumur di bawahnya.Dalam hal kesehatan, ini sangat mempengaruhi angka kematian ibu, sebab umur tersebut masih terlalu muda untuk memproduksi melahirkan. Akibat dari perkawinan ini, maka lahirlah keluarga baru yang tidak didasari cinta atau suka sama suka. Dan tidak sedikitnya banyak suami yang pergi merantau meninggalkan istri, bahkan ada juga yang tidak mau pulang.Hal ini terjadi akibat kurang matangnya pemikiran dan rasa tanggungjawab dalam berumah tangga. 3. Kawin paksa Ini juga sudah menjadi tradisi.Banyak alasan mengapa terjadi kawin paksa. Umpamanya, orangtua perempuan memaksa anaknya untuk kawin supaya ia mendapat penghormatan dari orang lain, segera mendapat cucu, merasa berutang budi kepada pihak laki-laki, meringankan beban keluarga, calon menantu kebetulan orang kaya sehingga derajatnya di tengah masyarakat akan meningkat, dan masih banyak alasan lain. 4. Tidak berhak mengemukakan pendapat Sesuai dengan kebiasaan di Nias, perempuan tidak boleh angkat bicara, sekalipun keputusan itu merugikan dirinya sendiri. Dalam hal suami-istri, seandainya suami tidak ada di rumah sementara ada satu hal penting yang harus diputuskan saat itu juga, maka istri tidak boleh mengambil keputusan sendiri, melainkan harus menunggu suami pulang atau bila ada ayah mertuanya, maka itulah yang bisa membantu memberi keputusan. Dalam musyawarah adat, perempuan tidak dilibatkan. Mereka hanya menunggu apa yang diputuskan oleh kaum lelaki. BAB III PENGARUH BUDAYA PATRIARKI TERHADAP PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DI DPRD KABUPATEN NIAS TAHUN 2014 Setiap kekuasaan dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki dikontrol oleh laki-laki.Perempuan secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi tergantung pada laki-laki.Sehingga dalam keluarga maupun masyarakat perempuan diletakkan pada posisi subordinat atau inferior.Peran perempuan sebagai pengasuhan, pendidik, dan penjaga moral.Sementara itu, peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga, pengambil keputusan, dan pencari nafkah. Dari berbagai peran yang dilekatkan pada perempuan tersebut membuat mereka terbatas dalam kegiatan bermasyarakat berpolitik sehingga arena politik identik dengan dunia laki-laki. Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah yang sangat kental dengan kehidupan budaya yang patriarki. Dalam adat Nias, terikat kuat oleh adanya sistem kekerabatan yang sering disebut dengan marga. Pengambilan garis keturunan ayah atau marga ayah yang akan menjadi marga anak, pembagian harta dan sampai pada adat istiadat pernikahan. Oleh karena itu peneliti menduga bahwa peran dan partisipasi perempuan dalam politik di kabupaten Nias di pengaruhi oleh Budaya Patriarki. Maka untuk mempermudah menganalisi Pengaruh budaya Patriarki tersebut, maka peneliti membuat hipotesis penelitian sebagai berikut: a Hipotesis Nol H0 : Pernyataan yang menyatakan tidak ada Pengaruh atau hubungan. Maka Hipotesis H0 Pada penelitian ini adalah Budaya patriarki tidak mempengaruhi rendahnya partisipasi politik perempuan di DPRD Kabupaten Nias. b Hipotesis alternative Ha : Pernyataan yang menyatakan terdapat Hubungan atau Pengaruh. Maka Hipotesis Ha pada penelitian ini adalah adanya pengaruh Budaya Patriarki dengan rendahnya partisipasi politik perempuan di DPRD Kabupaten Nias.

A. Analisis Tabel Frekuensi

Analisis tabel frekuensi merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagi variabel kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.Tabel-tabel frekuensi merupakan langkah awal atau bahan dasar untuk analisis selanjutnya.Tabel frekuensi biasanya memuat dua kolom, terdiri dari frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori.Data yang dalam tabel terdiri dari karakteristik responden, budaya patriarki variabel x dan Partisipasi Politik perempuan di DPRD Variabel Y. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 270 orang yang tersebar pada sepuluh kecamatan di kabupaten Nias dengan pembagian proporsional seperti diuraikan pada bab I dalam penelitian ini.

A. 1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden berupa tabel yang memuat data identitas responden mencakup pekerjaan, pendidikan terakhir, usia, dan status pernikahan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka identitas responden dapat di uraikan sebagai berikut: A.1.1 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Apabila responden dalam penelitian ini di kategorikan berdasarkan pekerjaan maka akan terlihat sebagaimana pada tabel 3.1 berikut Tabel 3.1 Karakteristik berdasarkan pekerjaan No Pekerjaan Jumlahjiwa Persentase 1 Pegawai Negeri Sipil 65 24 2 Wiraswasta 78 29 3 Petani 85 31 4 Mahasiswa 42 16 Total 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak berasal dari petani sebesar 85 orang31, kemudian Wiraswasta sebesar 78 orang 29, disusul Pegawai Negeri Sipil sebesar 65 orang 24 dan terakhir Mahasiswa sebanyak 42 orang 16. A.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Apabila responden dalam penelitian ini di kategorikan berdasarkan Pendidikan terakhir maka akan terlihat empat klasifikasi pendidikan sebagaimana pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Terakhir Jumlahjiwa Persentase 1 SD - 2 SMP 34 17 3 SMA 112 30 4 Sarjana 124 53 Total 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir mayoritas berasal dari sarjana sebesar 124 orang 53 , kemudian SMA sebanyak 112 orang 30, disusul Lulusan smp sebanyak 34 orang 17. A.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Apabila responden dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan klasifikasi interval Usia maka akan terlihat ada empat interval usia sebagaimana pada tabel 3.3 berikut : Tabel 3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia No Usia Jumlah Jiwa Persentase 1 17-25 Tahun 51 19 2 26-35 Tahun 76 28 3 36-45 Tahun 85 32 4  45 Tahun 58 21 Total 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan usia mayoritas berada pada interval 36-45 Tahun sebanyak 85 orang 32 , kemudian usia 26-35 Tahun sebanyak 76 orang 28, disusul usia besar dari 45 Tahun sebanyak 58 orang 21 dan terakhir usia 17-25 Tahun sebanyak 51 orang 19. A.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Apabila responden dalam penelitian ini di kategorikan berdasarkan Status Pernikahan maka akan terlihat sebaimana pada tabel 3.4 berikut Tabel 3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan No Status Jumlahjiwa Persentase 1 Menikah 155 57 2 Belum Menikah 115 43 Total 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan status pernikahan , mayoritas mempunyai status menikah sebanyak 155 orang 57 , kemudian belum menikah sebanyak 115 orang 43.

B. Budaya Patriarki dan Partisipasi Politik Perempuan di DPRD

B.1 Budaya Patriarki Variabel x Untuk melihat kuatnya pengaruh budaya patriarki yang ada di kabupaten nias maka peneliti mengajukan beberapa pertanyaan mengenai budaya patriarki. Untuk melihat pengaruh budaya patriarki yang mengutamakan seorang AyahLaki-laki yang mempunyai hak dalam mengambil sebuah keputusan dalam keluarga, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut: Tabel 3.5 Jawaban Responden Bahwa Seorang AyahLaki-Laki yang Berhak Menentukan dan Mengambil Keputusan Jawaban Frekuensi orang Persentase Setuju 238 88 Tidak Setuju 32 12 Total 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.5 Mengambarkan bahwa mayoritas jumlah responden menjawab setuju jika seorang Ayah atau laki-laki yang berhak mengambil keputusan, Setuju sebanyak 238 orang 88 kemudian tidak setuju sebanyak 32 orang 12. Selanjutnya untuk melihat jenis kelamin seorang pemimpin yang paling disukai untuk menjadi pemimpin pada masyarakat Kabupaten Nias dari persepsi perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.6 Jawaban responden tentang jenis kelamin pemimpin yang disukai Jawaban Frekuensi Orang Persentase Laki-laki 252 93 Perempuan 18 7 Total 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.6 Mengambarkan bahwa mayoritas responden menginginkan pemimpin yang berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 252 orang 93 dan yang menginginkan perempuan sebanyak 18 orang 7. Hal ini mengambarkan bahwa kurangnya kepercayaan diri perempuan Nias untuk menjadi serang pemimpin, mereka masih mengakui bahwa laki-laki lebih pantas menjadi pemimpin dari pada perenpuan.Padahal tidak ada perbedaan antara kemampuan laki-laki dan perempuan dalam menjadi pemimpin. Perempuan mempunyai kesempatan dan hak yang sama dengan laki-laki untuk menjadi pemimpin. Budaya patriarki yang membentuk persepsi masyarakat bahwa anak laki- laki harus berpedidikan tinggi, karna anak laki-laki yang berperan sebagai penerus keturunan dan anak perempuan boleh berpendidikan rendah karna pekerjaananya adalah mengurus rumah tangga.Unruk melihat persepsi perempuan nias terhadap kewajiban dalam pendidikan maka pada tabel dibawah ini dapat menggambarkan jawaban responden tentang persepsi tersebut. Tabel 3.7 Jawaban Responden bahwa Anak laki-laki harus berpendidikan tinggi dibanding perempuan, karena laki-laki sebagai tulang punggung keluarga Jawaban Frekuensi Orang Persentase Sangat Setuju 41 15 Setuju 201 75 Tidak Setuju 22 8 Sangat Tidak Setuju 5 2 Jumlah 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.7 Mengambarkan bahwa mayoritas responden sangat dipengaruhi oleh persepi budaya patriarki tersebut hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab setuju dan menginginkan laki-laki berpedidikan tinggi karna sebagai tulang punggung keluarga, Setuju sebanyak 201 orang 75 kemudian sengat setuju sebanyak 41 orang 15 dan tidak setuju sebanyak 22 orang 8 dan persentase jawaban terkecil adalah sangat tidak setuju sebanyak 5 orang 2. Tabel 3.8 Jawaban responden bahwa Budaya Nias Membuat Peran Laki-Laki Lebih Dominan dari Pada Perempuan Jawaban Frekuensi Orang Persentase Sangat Setuju 77 28 Setuju 170 63 Tidak Setuju 5 2 Sangat Tidak Setuju 18 7 Jumlah 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.8 Mengambarkan bahwa mayoritas responden menjawab setuju bahwa Budaya Nias yang tergolong patriarki Membuat Peran Laki-Laki Lebih Dominan dari Pada Perempuan, Setuju sebanyak 170 orang 63 kemudian sengat setuju sebanyak 77 orang 28 dan sangat tidak setuju sebanyak 18 orang 7 dan persentase jawaban terkecil adalah tidak setuju sebanyak 5 orang 2. B.2 Partisipasi Politik Perempuan Untuk melihat partisipasi politik perempuan di DPRD Kabupaten nias pada pemilihan umum legislatif tahun 2014 maka peneliti mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Tabel 3.9 Jawaban responden tentang minat mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Jawaban Frekuensi orang Persentase Berminat 94 35 Tidak berminat 176 65 Total 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.9 Mengambarkan bahwa mayoritas responden masih belum ingin ikut campur kedalam dunia politik,hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang tidak berminat mencalonkan diri menjadi anggota DPRD, tidak berminat sebanyak 176 orang 65 dan yang berminat sebanyak 94 orang 35. Padahal sewajarnya perempuan harus tau dan mampu bersaing dengan laki-laki dalam urusan politik.Karna dengan adanya perwakilan perempuan dalam Anggota DPRD tentunya lebih membantu untuk meningkatkan kualitas sumber daya perempuan Nias. Tabel 3.10 Jawaban responden bahwa Perempuan Harus berpartisipasi dalam politik Jawaban Frekuensi Orang Persentase Sangat Setuju 17 6 Setuju 6 2 Tidak Setuju 89 33 Sangat Tidak Setuju 158 59 Jumlah 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.10 mengambarkan bahwa mayoritas responden masih belum mempunyai kesadaran akan pentingnya berpatisipasi dalam dunia politik hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab mayoritas sangat tidak setuju jika Perempuan Harus berpartisipasi dalam politik, yang menjawab sangat tidak Setuju sebanyak 158 orang 59 kemudian tidak setuju sebanyak 89 orang 33 dan sangat setuju sebanyak 17 orang 6 dan persentase jawaban terkecil adalah setuju sebanyak 6 orang 2. Tabel 3.11 Jawaban responden tentang Calon Legislatif seorang perempuan Jawaban Frekuensi Orang Persentase Sangat Setuju 3 1 Setuju 20 8 Tidak Setuju 32 13 Sangat Tidak Setuju 184 68 Jumlah 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.11 mengambarkan bahwa mayoritas responden masih belum bisa mengakui kepemimpinan seorang perempuan, hal ini dapat terlihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab sangat tidak setuju jika Calon Legislatif seorang perempuan, padahal pada dasarnya tidak ada yang membedakan antara pemimpin seorang laki-laki dan perempuan.Yang menjawab sangat tidak Setuju sebanyak 184 orang 68 kemudian tidak setuju sebanyak 32 orang 13 dan setuju sebanyak 20 orang 8 dan persentase jawaban terkecil adalah sangat tidak setuju sebanyak 3 orang 1 Tabel 3.12 Jawaban responden bahwa Perempuan mempunyai kemampuan memimpin yang sama dengan laki-laki Jawaban Frekuensi Orang Persentase Sangat Setuju 24 9 Setuju 23 9 Tidak Setuju 165 61 Sangat Tidak Setuju 58 21 Jumlah 270 100 Sumber: Penelitian Tahun 2015 Tabel 3.12 mengambarkan bahwa mayoritas responden masih mengakui bahwa laki-laki mempunyai kemampuan memimpin yang lebih dari pada perempuan hal ini terlihat dari jawaban responden yang menjawab tidak setuju jika Calon Legislatif seorang perempuan, Padahal tidak ada yang membedakan antara kemampuan seorang perempuan dan laki-laki dalam memimpin. Yang menjawab tidak Setuju sebanyak 165 orang 61 kemudian sangat tidak setuju sebanyak 58 orang 21 dan sangat setuju sebanyak 24 orang 9 dan persentase jawaban terkecil adalah setuju sebanyak 23 orang 9

C. Korelasi Product Moment

Korelasi Pearson atau sering disebut Korelasi Product Moment KPM merupakan alat uji statisik yang digunakan untuk menguji hipotesa asosiatif uji hubungan dua variabel bila datanya berskala interval atau rasio.Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier searah bukan timbal balik antara dua variabel atau lebih.Untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel X Budaya Patriarkhi sebagai variabel bebas dengan variabel Y Partisipasi Politik Perempuan di Kabupaten Nias sebagai variabel terikat yang berskala interval scale.Korelasi dapat menghasilkan angka positif + atau negatif -.Jika korelasi menghasilkan angka positif maka hubungan kedua variabel bersifat searah jika variabel bebas maka variabel terikatnya juga besar.Jika korelasi menghasilkan angka negatif maka hubungan kedua variabel bersifat tidak searah, jika variabel bebas besar maka variabel terikatnya menjadi kecil. Angka korelasi ini berkisar antara 0 sd 1 dengan ketentuan jika angka mendekati satu atau negatif satu maka hubungan kedua variabel semakin kuat tetapi sebaliknya jika angka korelasi mendekat angka 0 maka hubungan kedua variabel semakin melemah. Teknik analisis korelasi product moment korelasi sederhana digunakan untuk menguji keeratan hubungan sekaligus menghitung besarnya pengaruh atau kontribusi daya penentu dari variabel bebas X secara terpisahsendiri-sendiri terhadap variabel terikat Y. Korelasi product moment dihitung dengan rumus : r xy = ∑ �� √� 2 � 2 Dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan SPSS 22 untuk mengetahui hipotesa asosiatif uji hubungan dua variabel hasil out put untuk korelasi penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Koefisien Korelasi Product Moment r Correlations Partisipasi Politik Perempuan Budaya Patriarkhi Pearson Correlation Partisipasi Politik Perempuan 1.000 -.841 Budaya Patriarkhi -.841 1.000 Sig. 1-tailed Partisipasi Politik Perempuan . .000 Budaya Patriarkhi .000 . N Partisipasi Politik Perempuan 270 270 Budaya Patriarkhi 270 270 Sumber : Data Penelitian Diolah, SPSS 2015 Hasil dari tabel 4.1 tentang korelasi product moment mempunyai makna: 1. Variabel Budaya Patriarkhi X dengan Partisipasi Politik Perempuan Y di Kabupaten Nias adalah sebesar -0,841 dengan arah negatif. Hal ini berarti perubahan yang dialami pada budaya patriarki akan diikuti secara negatif oleh partisipasi politik oleh kaum perempuan. Hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sangat kuat dan signifikan. Hubungan keduanya sebesar - 0,841 atau -8,41 yang artinya hubungan keduanya sangat kuat. Karena pada korelasi product moment ketika hasil dari korelasi kedua variabel itu dilakukan dan hasilnya mendekati angka satu +1 atau negatif satu -1 maka hubungan antar variabel adalah kuat dan besar. 2. Untuk Uji signifikan maka yang diperhatikan adalah nilai p value sig dimana : P value ≤ 0,1 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan P value ≥ 0,1 maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan Dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara Budaya Patriarkhi dengan Partisipasi Politik Perempuan di Kabupaten Nias, dengan hubungan antara kedua variabel tersebut sangat kuat dan signifikan. Pada penelitian ini korelasi Sig. 1-tailedantara kedua variabel adalah sebesar 0,000 yang kecil dari 0.1 0,000 ≤ 0,1 maka hal ini mengindikasikan hubungan antara kedua variabel singnifikan. 3. Angka 270 pada tabel korelasi menunjukan jumlah responden dalam penelitian ini.

D. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel independen dan dependennya memiliki distribusi normal atau tidak.Distribusi dikatakan normal jika Pertama, data yang mendekati nilai rata- rata mean jumlahnya terbanyak, setengah data memiliki nilai lebih kecil dan setengah data memiliki nilai lebih besar.Kedua, data yang memiliki nilai ekstrim terlalu besarterlalu kecil tidak terlalu banyak.Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Normalitas digunakan dengan analisis grafik dan dapat dilakukan dengan dua alat grafik yaitu histogram,PP Plot, dan Uji heterodegenitas. Karena data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. D.1 Uji Normalitas Grafik Histogram Pada grafik histogram data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk melengkung ke atas atau seperti lonceng. Adapun grafik histogram pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Grafik Histogram Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS Versi 22 2015 Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa data dengan bentuk melengkung keatas seperti lonceng menandakan data berdistribusi Normal D.2. Uji Normalitas P-P PLot Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal.Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik yaitu pada Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual. Gambar dari hasil uji normalitas tersebut dengan menggunakan software SPPSS 22 akan menunjukan apakah titik menyebar di sekitar garis diagonal, ada yang menyebar di atas garis diagonal dan ada yang menyebar di bawah garis diagonal maka data telah berdistribusi normal. Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual.Hasilnya dapat di lihat pada gambar 4.1 Penhujian Normalitas di bawah ini. Gambar 4.1 :Pegujian Normalitas. Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS Versi 22.00 2015 Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar mengikuti data di sepanjang garis diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal. D.3. Uji Heterodegenitas Uji heterodegenitas dapat dilakukan dengan grafik dan analisis statistik berupa Uji Glejser.Melalui analisis grafik, suatu model regresi dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas jika titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Gambar 4.2 : Pengujian Heterodegenitas. Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS Versi 22.00 2015 Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawahangka nol pada sumbu Y. Hal ini tidak terjadi heteroskedasitisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memperdiksi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik perempuan di DPRD Kabupaten Nias.

E. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian Hipotesis adalah analisis data yang paling penting karena berperan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan membuktikan Hipotesis penelitian. Dalam pengujian Hipotesis maka digunakan beberapa analisis diantaranya Analisis regresi, Uji Parsialuji T , Uji Serempakuji F, dan analisis hasil Koefisien determinasi. E.1 Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan pada variabel Y partisipasi politik perempuan jika terjadi perubahan pada variabel x Budaya patriarki tiap satuan. Persamaan umumnya adalah :Y= a + b X Tabel 4.2 Regresi Linier Sederhana Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 60.585 1.159 Budaya Patriarkhi -.913 .036 -.841 1.000 1.000 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 60.585 1.159 Budaya Patriarkhi -.913 .036 -.841 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Partisipasi Politik Perempuan Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS Versi 22.00 2014 Dari tabel 4.6 interpretasi dari persamaan di atas adalah; Y= a + Bx Y= 60.585 - 913X Koefisien b dinamakan koefisien arah regresi yang menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu unit.Perubahan ini merupakan pertambahan bila b bertanda positif dan merupakan pengurangan bila b bertanda negatif. Hasil dari persamaan regresi diatas mempunyai makna: 1. Hasil perhitungan pada tabel 4.6 diperoleh nilai konstanta a sebesar 60,584 dan nilai b -0,913 yang artinya jika variabel independen yaitu budaya patriarki tetap maka tetap X=0 maka penurunan partisipasi politik perempuan sebesar 60,584 atau 60 2. Koefisien regresi bernilai -0,913 negatif mengakibatkan budaya patriarki berpengaruh negatif terhadap partisipasi politik perempuan. Nilai ini menunjukan bahwa setiap adanya upaya penambahan satu satuan pada budaya patriarki atau variabel X maka partisipasi politik perempuan akan berkurang sebesar -0,913 sebaliknya jika budaya patriarki menurun maka aka nada pertambahan sebesar -0.903 pada partisipasi politik perempuan. E.2 Uji Parsial Uji- t Uji-t uji parsial dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positifnegatif dan signifikan dari variabel bebas X yaitu Budaya Patriarki terhadap Partisipasi Politik Perempuan di Kabupaten Nias sebagai variabel terikat Y. Tabel 4.3 Uji SecaraParsial Uji-t Coefficients a Model t Sig. Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant 52.263 .000 Budaya Patriarki -25.412 .000 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Partisipasi Politik Perempuan Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS Versi 22 2015 Berdasarkan Tabel 4.7 untuk melihat kriteria penerimaan dan penolakan terhadap hipotesis adalah: a Tolak H0 Jika nilai probabilitas hitungsig. ≤ probabilitas yang di tetapkan sebesar 0,05 sig. ≤ α 0.1 b Terima H0 Jika nilai probabilitas hitungsig. ≥ probabilitas yang di tetapkan sebesar 0,05 sig. ≥ α 0.1 Dari tabel diatas maka dapat ditarik kesimpulan Tolak H0 yang menyatakan tidak adanya hubungan, karena nilai sig. 0,000 ≤ 0.1.Maka kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara budaya patriarki terhadap partisipasi politik perempuan di kabupaten Nias. E.3. Uji SerempakUji- F Uji-F uji serempak dilakukan untuk melihat secara bersama-sama serempak pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas berupa Budaya Patriarkhi X terhadap variabel terikat Y berupa Partisipasi Politik Perempuan Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk prediksiperamalan, sebaliknya jika nontidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan. untuk melihat kriteria penerimaan dan penolakan terhadap hipotesis adalah: a Tolak H0 Jika nilai probabilitas hitungsig. ≤ probabilitas yang di tetapkan sebesar 0,1 sig. ≤ α 0.1 b Terima H0 Jika nilai probabilitas hitungsig. ≥ probabilitas yang di tetapkan sebesar 0,1 sig. ≥ α 0.1 Tabel 4.4 Uji SerempakSimultan Uji-F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3806.859 1 3806.859 645.785 .000 a Residual 1579.841 268 5.895 Total 5386.700 269 a. Predictors: Constant, Budaya Patriarkhi b. Dependent Variable: Partisipasi Politik Perempuan Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS Versi 22 2015 Pada Tabel 4.8, memperlihatkan bahwa nilai sig. 0,000 ≤ 0.1. Dengan demikian, secara serempak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Budaya Patriarkhi X terhadap Partisipasi Politik Perempuan di Kabupaten Nias. E.4. Uji Goodness of Fit R 2 . Pengujian koefisien determinasi adalah bertujuan untuk mengetahui koefisien korelasi determinan yakni berapa besar persentase variabel bebas X mempengaruhi variabel terikat Y. Adapun formula menghitung koefisiens determinasi adalah sebagai berikut : KD = r 2 x 100 dimana : KD = Koefisien Determinasi r = Nilai koefisien korelasi product moment Pengujian koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.Koefisien deteminasi berkisar antara nol sampai satu 0 R 2 1. Jika R 2 semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya jika R 2 semakin kecil menjauhi satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X adalah kecil terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kecil untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun nilai Koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Goodness of Fit R 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .841 a .707 .706 2.42795 1.947 a. Predictors: Constant, Budaya Patriarkhi b. Dependent Variable: Partisipasi Politik Perempuan Sumber : Data Primer Diolah Dengan SPSS Versi 22 2015 R = Korelasi product moment R Square = Koefisien determinasi Adjust R Square = Nilai rata-rata R 2 Constanta R 2 Dari tabel 4.9 diatas diperoleh nilai, dan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Untuk melihat besar pengaruh variabel bebas Budaya Patriarki terhadap variabel terikat Partisipasi Politik Perempuan maka akan digunakan rumus koefisien determinasi yaitu : R SquareKoefisien Determinasi KD = R 2 x 100 , sehingga diperoleh KD = 0.841 2 X 100, KD= 70.7 . Jumlah tersebut menjelaskan bahwa partisipasi politik perempuan dipengaruhi oleh Budaya patriarki sebesar 70.7 persen sedangkan sisanya 29.3 100 - 70.7 di pengaruhi oleh faktor lain diluar Budaya Patriarki. Seperti disampaikan Max weber bahwa terdapat empat alasan mengapa masyarakat ikut berpatisipasi dalam politik yaitu, Rasional nilai, Emosional afektif, Tradisional, dan Rasional instrumental. Dan hasil koefisien determinasi menyatakan bahwa 70.7 partisipasi perempuan Nias di pengaruhi oleh faktor tradisional budaya. Maka kemungkinan sisanya sebesar 29,3 dipengaruhi oleh faktor Rasional Nilai, Emosional Afektif dan Rasional instrumental.

F. Analisis Teoritis

Menurut Mansour Fakih implikasi dari Budaya patriarki terhadap perempuan adalah sebagai berikut: • Subordinasi perempuan Subordinasi ini berkaitan dengan politik terutama menyangkut soal proses pengambilan keputusan dan pengendalian kekuasaan. Pertanyaan dalam kuesioner tentang pengaruh budaya patriarki yang mengutamakan seorang AyahLaki-laki yang mempunyai hak dalam mengambil sebuah keputusan dalam keluarga dikabupaten Nias Pada Tabel 3.5 Mengambarkan bahwa mayoritas jumlah responden menjawab setuju jika seorang Ayah atau laki-laki yang berhak mengambil keputusan, Setuju sebanyak 238 orang 88 kemudian tidak setuju sebanyak 32 orang 12. Hal ini mengambarkan bahwa telah terjadi subordinasi pada mayoritas perempuan nias dalam kehidupan budaya patriarki sehingga laki- laki yang dominan mempunyai hak untuk mengambil keputusan. • Marginalisasi perempuan. Proses marginalisasi perempuan terjadi dalam kultur, birokrasi maupun program-program pembangunan. Sistem pemargaan Nias yang berasal dari laki- laki, kemudian sejarah raja-raja atau pemimpin adat di kabupaten Nias yang selalu dalam konteks laki-laki, Hal ini telah memarginalisasi kaum perempuan dalam kehidupan bermasyarakat.Marginalisasi berdampak negatif pada kaum masyarakat dimana pendapat perempuan tidak dihargai bahkan dalam adat perempuan dilarang berbicara. Pada lampiran persentase jawaban responden, mengambarkan bahwa mayoritas perempuan merasakan dan menyadari bahwa didalam masyarakat pendapat perempuan kurang dihargai, hal ini terlihat dari jawaban responden sebesar 236 orang menjawab positif bahwa dalam adat nias pendapat perempuan kurang dihargai dan hanya sebagian kecil responden yaitu 34 orang yang menjawab negatif. Hal ini semakin membuat perempuan nias terpuruk dan tidak mampu bersaing dengan laki-laki secara mentalitas dan psikologis.Karena ruang gerak perempuan nias sangat dibatasi oleh budaya dan adat istiadat yang berlaku di kabupaten Nias. • Membentuk Stereotip. Stereotip merupakan satu bentuk penindasan ideologi dan kultural, yakni pemberian label yang memojokan kaum perempuan sehingga berakibat kepada posisi dan kondisi kaum perempuan.Misalnya stereotip perempuan sebagai ibu rumah tangga.Akibatnya jika mereka hendak aktif dalam kegiatan yang dianggap sebagai bidang kegiatan laki-laki seperti kegiatan politik, bisnis ataupun di pemerintahan maka dianggap bertentangan atau tidak sesuai dengan kodrat perempuan.Stereotip ini terjadi dikabupaten nias, sebagai contoh budaya nias membuat anak laki-laki harus bependidikan tinggi karena laki-laki yang bertanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga oleh karena itu laki-laki harus sukses.Sedangkan perempuan boleh tidak berpendidikan tinggi karena dalam budaya nias, perempuan bekerja untuk mengurus rumah, suami dan keluarga. Hal ini diakui kebenaranya oleh mayoritas responden dimana pada tabel 3.7, ada sebanyak 241 orang 90 menjawab setuju bahwa budaya nias lebih mementingkan laki-laki untuk berpendidikan tinggi disbanding perempuan. • Peran ganda. Budaya patriarki Membuat kaum perempuan bekerja lebih keras karna mempunyai peran ganda yaitu mengurusi pekerjaan rumah dan pekerjaan nya di luar rumah. Peran perempuan nias sebagai pengurus keluarga pasti akan mendapatkan peran ganda yaitu mencari usaha sampingan untuk mendukung ekonomi keluarga. Laki-laki pantang untuk melakukan pekerjaan rumah dalam adat nias, seperti memasak, mencuci pakaian dan menjaga anak. Sehingga perempuan tetap mengerjakan pekerjaan mengurus rumah setelah ia selesai bekerja di luar rumah. Hal ini tampak pada pertanyaan kuesioner bahwa budaya Nias membuat laki-laki lebih dominan dari perempuan, tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa mayoritas responden perempuan 147 orang 91 mengakui bahwa budaya nias lebih mengutamakan laki-laki. • Melahirkan kekerasan. Kekerasan dan penyiksaan terhadap kaum perempuan baik secara fisik maupun mental sangat didukung dan dipengaruhi oleh budaya patriarki yang menjadikan laki-laki dalam posisi superior.Adat nias yang mensuperioritaskan laki-laki cenderung merendahkan kaum perempuan, karena perempuan diibaratkan barang yang dibeli pada saat pesta adat Owasa.Oleh karena itu perempuan harus tunduk terhadap suami.Posisi yang seperti itu cenderung membenarkan dan memberikan peluang kepada laki-laki untuk bersikap kasar terhadap perempuan jika keinginannya tidak terpenuhi. Max weber juga menjelaskan bahwa terdapat empat alasan mengapa masyarakat ikut berpatisipasi dalam politik yaitu: • Rasional nilai, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai-nilai suatu kelompok. • Emosional afektif, yaitu alasan yang didasarkan atas kebencian atau sukacita terhadap suatu ide,organisasi, partai atau individu. • Tradisional, yaitu alasan yang yang didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu atau tradisi tertentu dari suatu kelompok sosial. • Rasional instrumental, yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung rugi secara ekonomi Pada masyarakat Nias alasan Tradisional menjadi pengaruh yang sangat kuat sebagai alasan untuk berpartisipasi dalam berpolitik.Jika melihat tabel 4.9 maka hasil Koefisien Determinasinya adalah 70.7 . Jumlah tersebut menjelaskan bahwa partisipasi politik perempuan dipengaruhi oleh Budaya patriarki sebesar 70.7 persen sedangkan sisanya 29.3 100 - 70.7 di pengaruhi oleh faktor lain diluar Budaya Patriarki. Hal ini bisa disimpulkan bahwa Adat nias telah membuat kaum perempuan dikabupaten nias menganut Budaya Politik parokial,dimana kaum perempuan tidak merasakan bahwa mereka adalah bagian dari suatu sistem politik, mereka lebih mengidentifikasikan dirinya pada perasaan lokalitas. Tidak terdapat kebanggaan terhadap sistem politik tersebut. Mereka tidak memiliki perhatian terhadap apa yang terjadi dalam sistem politik, pengetahuannya sedikit tentang sistem politik, dan jarang membicarakan masalah- masalah politik.Budaya politik ini juga membuat perempuan tidak memiliki minat maupun kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik. Hasilnya perasaan kompetensi politik dan keberdayaan politik otomatis tidak muncul, ketika berhadapan dengan institusi-institusi politik. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Budaya patriarki yang sangat kuat di kabupaten Nias yang tampak dari kehidupan sosial budaya masyarakat nias seperti pada sistem pemargaan atau garis keturunan ayahlaki-laki, pesta adat yang selalu dalam konteks kebesaran laki-laki, pembagian warisan yang lebih mengutamakan laki-laki, dan peran perempuan yang hanya mengurus anak dan rumah tangga menjadikan perempuan sebagai kaum inferioritas dan mensuperioritaskan laki-laki berdampak besar terhadap perkembangan kualitas sumber daya manusia perempuan nias dan pola pikir mereka. Kehidupan patriarki tersebut membuat perempuan nias tidak berminat untuk menjadi seorang pemimpin dan merasa laki-laki lebih pantas dan mempunyai kemampuan lebih dibanding perempuan. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pada kasus pemilihan anggota legislatif pada tahun 2014 silam, dari 25 orang anggota DPRD terpilih tidak satu pun berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat dijawab karna pengaruh kuatnya sistem budaya patriarki dalam kehidupan sosial budaya masyarakat di Kabupaten Nias. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada perempuan di kabupaten Nias yaitu tentang pengaruh budaya patriarkhi terhadap rendahnya partisipasi politik perempuan di DPRD kabupaten Nias,maka setelah menganalisa data-data yang ada dari hasil penelitian dan pengolahan data dengan menggunakan bantuan software SPSS 22 dapat diambil suatu kesimpulan yang dirumuskan sebagai hasil dari penelitian yaitu: 1. Pada Pengujian normalitas dengan menggunakan alat grafik yaitu histogram, PP Plot dan uji heterodegenitas menunjukan bahwa data yang digunakan pada penelitian ini berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk memprediksi faktor-faktor variabel dependen. Hal ini dapat dilihat dari Pertama pada pengujian grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukan bahwa data pada grafik histogram melengkung ke atas atau membentuk seperti lonceng, hal ini menandakan bahwa data berdistribusi normal. Kedua, Pada pengujian Normal P-P Plot of Regression Standarizied Residual, seperti pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik- titik menyebar mengikuti data di sepanjang garis diagonal, hal ini menandakan data berdistribusi normal. Ketiga, pada pengujian Heterodegenitas Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini tidak terjadi heteroskedasitisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memperdiksi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi politik perempuan. 2. Hasil analisis korelasi product moment diperoleh nilai bahwa korelasi X terhadap Y adalah sebesar -0,841 dengan nilai p sig sebesar 0.000. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat kuat dan signifikan antara Budaya Patriarkhi dengan Partisipasi Politik Perempuan di Kabupaten Nias dimana nilai r mendekati angka -1. Angka signifikan dapat dilihat dari nilai p value sig jauh lebih kecil dari α = 0,05 sehingga menolak hipotesis nol H dalam penelitian ini dan menerima hipotesis awal Ha yaitu terdapat hubungan yang negatif antara Budaya Patriarkhi terhadap Partisipasi Politik Perempuan di Kabupaten Nias. 3. Pada analisis regresi Koefisien regresi bernilai -0,913 negatif mengakibatkan budaya patriarki berpengaruh negatif terhadap partisipasi politik perempuan. Nilai ini menunjukan bahwa setiap adanya upaya penambahan satu satuan pada budaya patriarki atau variabel X maka partisipasi politik perempuan akan berkurang sebesar -0,913 sebaliknya jika budaya patriarki menurun maka akan ada pertambahan sebesar -0.903 pada partisipasi politik perempuan. 4. Pada analisis Koefisien Determinasi R 2 Untuk melihat besar pengaruh variabel bebasBudaya Patrriarkhi terhadap variabel terikat Partisipasi Politik Perempuan maka akan digunakan rumus koefisien determinasi yaitu : Koefisien Determinasi KD = R 2 x 100 , sehingga diperoleh KD = 0.841 2 X 100, KD= 70.7 . Jumlah tersebut menjelaskan bahwa rendahnya partisipasi politik perempuan dipengaruhi oleh Budaya patriarki sebesar 70.7 persen sedangkan sisanya 29.3 100 - 70.7 di pengaruhi oleh faktor lain diluar Budaya Patriarkhi atau faktor-faktor lain yang tidak ikut diperhitungkan didalam penelitian ini. 5. Hasil Analisi uji T dan uji F mengambarkan bahwa pada uji T hasilnya adalah sig. 0,000 ≤ 0.1. dan pada uji F hasilnya menunjukan nilai sig. 0,000 Disimpulkan untuk Tolak H0 dan terima Ha yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara budaya patriarki dan rendahnya partisipasi politik perempuan di DPRD Kabupaten Nias pada pemilihan umum legislatif tahun 2014.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan kepada adalah : 1. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa variabel budaya patriarki memiliki pengaruh yang kuat terhadap rendahnya Partisipasi Politik Perempuandi DPRD Kabupaten Nias. Oleh sebab itu peneliti menyarankan agar jajaranpemerintah, lebih giat lagi dalam memberikan sosialisasi, pendidikan politik untuk meningkatkan pemahamanPerempuan dalam bidang politik dan dapat menumbuhkan minat untuk menjadi pemimpin. 2. Kuatnya budaya patriarki juga di pengaruh oleh budaya nias dan peran seorang laki-laki. Oleh karena itu Seorang ayah atau laki-laki perlu memberikan pemahaman kepada perempuan Pertama, tentang pentingnya berpartisipasi dalam dunia politik. Kedua, menanamkan sikap percaya diri untuk menjadi seorang pemimpin, karna pada dasarnya tidak ada perbedaan kemampuan memimpin antara laki-laki dan perempuan. Ketiga, memberikan izin kepada perempuan untuk berpartisipasi dalam politik.

C. Kelemahan

1. Pada penelitian yang lakukan, dengan menggunakan metode kuesioner maka yang menjadi kelemahan utamanya adalah tingkat kejujuran responden dalam mengisi kuesioner. Artinya peneliti tidak dapat menilai apakah responden menjawab dengan jujur sesuai dengan fakta yang dirasakan oleh responden tersebut. DAFTAR PUSTAKA Buku: Almond, Gabriel A. Sidney Verba. 1990. Budaya Politik. Jakarta: Bumi Aksara Budiardjo ,Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka. Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media. Daulay,Harmona. 2007. Perempuan dalam Kemelut Gender. Medan:USU Press Fakih, Mansour 2004. Analisis Gender Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Huntington, Samuel P Joan Nelson. 1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka MN, Nasruddin Eddy Marlianto. 2008. Statistika. Medan: USU Press Murniati P, Nunuk. 2004. Getar Gender. Magelang: Yayasan Indonesia Tera Prasetyo, Bambang Lina Miftahul Jannah. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada Sahid, Komarudin. 2011. Memahami Sosiologi Politik. Bogor: Ghalia Indonesia Setiadi M. Elly Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta:Prenada Media Group Sihite, Romany. 2007. Perempuan, Kesetaraan, keadilan : Suatu Tinjauan Berwawasan Gender. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiono.2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Suyanto, Bagong dan sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan: USU Press. Trihendradi, Cornelius. 2005. Step by Step Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset Undang-Undang: Undang-undang republik indonesia no.8 tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah. Undang-undang No. 27 tahun 2009 yang mengatur tentang Susunan, Kedudukan, Keanggotaan dan Pimpinan MPR, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota. Dokumen : Berita Acara nomor 156BAI2014 Tentang Rapat pleno rekapitulasi penentapan daftar pemilih tetap DPT Pemilu tahun 2014 Berita Acara Nomor : 148BAV2014 Tentang penetapan perolehan suara serta kursi partai politik serta penetapan calon terpilih anggota dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten Nias pemilihan umum tahun 2014. Data Anggota DPRD Kabupaten Nias Tahun 2014 Keputusan KPU Kabupaten Nias Nomor 81kptsKPU-Kab.002.434713 2013 Tentang penetapan daftar calon tetap anggota DPRD kabupaten Nias pemilihan umum tahun 2014 Situs internet: Ilhamzen09, 20 Maret 2013 Teknik sampling, https:freelearningji.wordpress.com 2013032088 Satriotomo, Rachmad. Keterwakilan perempuan di parlemen baru.02 oktober 2014. diakses 08 januari 2015. Pukul 20.00 wib https:www.selasar.compolitikketerwakilan-perempuan-di-parlemen- baru di akses 23 desember 2014 Statistik,Konsultan .Uji Asumsi Klasik. http:www.konsultanstatistik.com200903uji-asumsi- klasik.html. Diakses pada 14 Januari 2015 Pukul 15.00 Wib Lampiran 1 KuesionerPenelitian Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Partisipasi Politik Perempuan di DPRD pada Pemilu Legislatif Kabupaten Nias Tahun 2014 I.IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Usia : 3. Pekerjaan : 4. Agama : : 5. Status perkawinan : a. Menikah b. Belum Menikah 6. Pendidikan terakhir: a. SD b.SMP c.SMA d. Sarjana

II. Pertanyaan