PENDAHULUAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pesisir Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan)

masyarakat di Kabupaten Paangkep masih minim, maka perlu dilakukan penelitian ini. Perumusan Masalah Luas kawasan ekosistem mangrove yang ada di Sulawesi Selatan pada tahun 1982 ±66.000 Ha, kemudian pada tahun 1993 mengalami penambahan ± 57.6 ± 104.030 Ha. Hasil pemantauan Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1994 bahwa hutan mangrove di Sulawesi Selatan 78.022 Ha umumnya mengabaikan kelestarian lingkungan dan kondisi ekologis hutan mangrove. Dari 78.022 Ha luas hutan mangrove yang dieksploitasi, ± 40.000 Ha atau sekitar 38 dikonversi menjadi tambak, sedangkan sisanya di manfaatkan di sektor lain seperti: pembuatan arang, kayu bakar, bahan bangunan dan keperluan lainnya. Pada daerah yang produktif hanya 30 sedangkan sisanya dibiarkan begitu saja tanpa ada pengelolaan yang baik. Luas hutan mangrove yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tersisa 74.149 Ha BAKOSURTANAL, 2009. Oleh karena itu maka harus dilakukan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan sehingga bukan saja akan melestarikan mangrove tetapi juga akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat pesisir serta menjaga keseimbangan ekosistem mangrove. Pemanfaatan lahan di daerah ekosistem mangrove khususnya di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan menimbulkan dampak yang makin berkurangnya lahan hutan mangrove. Meningkatnya pemanfaatan lahan pada daerah pesisir berdampak pada kerusakan ekosistem yang ada di daerah pesisir salah satunya hutan mangrove. Pemanfaatan hutan mangrove pada daerah ini menimbulkan dampak yang positif dan negatif. Dampat positif dari kegiatan masyarakat pesisir yaitu dapat menambah penghasilan bagi masyarakat itu sendiri, misalnya hasil dari pemanfaatan batang mangrove untuk kayu bakar, pembuatan arang serta hasil tangkap dari udang dan ikan yang dapat dijual. Dampak negatif yaitu hasil dari kegiatan masyarakat yang mengeksploitasi hutan mangrove secara berlebihan yang tidak dikelolah secara baik. Agar dampak dari pemanfaatan yang bersifat baik dapat dioptimalkan dengan baik dan berkelanjutan serta dampak yang dapat merusak dapat diminimalkan maka perlu adanya pendekatan yang strategis dalam pelestarian ekosistem mangrove serta pengelolaan secara benar dan berkelanjutan dengan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan ekosistem secara terpadu. Dalam hal masalah kerusakan hutan mangrove yang paling berperan dalam kerusakan tersebut adalah masyarakat disekitar. Salah satu unsur penting dalam mencapai kelestarian hutan mangrove adalah perlu adanya peran serta masyarakat, sehingga masyarakat yang hanya memanfaatkan sumberdaya alam hutan mangrove tanpa memperhatikan kelestariannya dapat dikendalikan. Sejalan dengan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan adalah: 1. Bagaimana kondisi hutan mangrove yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan? 2. Sejauh mana partisipasi masyarakat dalam upaya melestarikan hutan mangrove? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi dalam pelestarian hutan mangrove? 4. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan? 5. Seperti apa pengelolaan yang baik dalam pelestarian ekosistem mangrove berbasis masyarakat? Tujuan dan Manfaat Tujuan Penelitian 1. Menganalisis ekobiologi mangrove di lokasi penelitian. 2. Menganalisis tingkat keterkaitan dan partisipasi masyarakat Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam pelestarian hutan mangrove. 3. Menganalisis faktor-faktor yang berperan penting dalam pelestarian hutan mangrove di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. 4. Menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. 5. Memberikan rekomendasi atau strategi pengelolaan ekosistem mangrove yang efektif kepada Pemerintah setempat yang berbasis masyarakat. Manfaat Penelitian 1. Bahan informasi dalam strategi pengelolaan yang berkelanjutan dan benar dengan melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. 2. Bahan informasi dan gambaran kepada berbagai pihak tentang kegiatan masyarakat yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam pemanfaatan hutan mangrove. Kerangka Pemikiran Masyarakat yang bermukim di daerah ekosistem mangrove umumnya berprofesi sebagai nelayan dan petani dengan penghasilan yang relatif rendah. Masyarakat pesisir pada umumnya memanfaatkan mangrove secara langsung dan maupun tidak langsung, sehingga mengakibatkan ekosistem mangrove terancam kelestariannya. Namun partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove secara terpadu dan berkelanjutan masih belum terkait secara nyata. Ekosistem mangrove akan terjaga lebih baik jika masyarakat pesisir yang tinggal di sekitar hutan mangrove merasa memiliki dan yakin bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu pihak tentang pengembangan ekosistem mangrove dalam bentuk pengelolaan secara terpadu dan benar dapat memberikan manfaat dan keuntungan karena ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial dan kaya yang akan memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Faktor-faktor pembatas untuk pengelolaan hutan mangrove terdiri dari faktor internal dan eksternal berkaitan erat dengan kemampuan dan pengetahuaan masyarakat dalam berpartisipasi pada suatu kelestariaan hutan mangrove. Faktor- internal berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat sedangakan faktor eksternal meliputi keterlibatan suatu instansi tertentu dalam pelestarian ekosistem mangrove, manfaat dari hutan mangrove, pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan fungsi ekosistem mangrove itu sendiri dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang berkelanjutan. Masyarakat yang ada di sekitar hutan mangrove diharapkan dapat berpartisipasi dalam pengelolaan dan pengembangan hutan mangrove yang benar dan berkelanjutan sehingga kelestarian hutan mangrove yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tetap terjaga. Nantinya diharapkan masyarakat di sekitar hutan mangrove dapat memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari hutan mangrove. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada pemerintah setempat dalam program pelestarian hutan mangrove di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, sehingga dapat mengembangkan strategi yang tepat dalam pengembangan pengelolaan hutan mangrove yang benar dan berkelanjutan sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar hutan mangrove dan sebaliknya hutan mangrove dapat terjaga dan lestari dengan baik. Diagram kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Hutan Mangrove Manfaat Hutan Mangrove Hasil Analisis Deskriftif Faktor Pembatas Kondisi Sosial Masyarakat Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Partisipasi Masyarakat Strategi Pengembangan Pengelolaan Secara Terpadu

2. TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Mangrove Pengertian Ekosistem Mangrove Mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting dan produktif serta ditemukan di sepanjang pesisir dan garis pantai Hong dan San, 1993. Ekosistem mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari deburan ombak dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur. Di wilayah pesisir yang tidak terdapat muara sungai, pertumbuhan mangrove tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya Nontji, 2005. Hal ini terbukti dari daerah penyebaran mangrove di Indonesia, yang umumnya terdapat di Pantai Timur Sumatera, Kalimantan, Pantai Utara Jawa dan Papua. Penyebaran ekosistem mangrove juga dibatasi oleh letak lintang karena mangrove sangat sensitif terhadap suhu dingin. Bengen 2004 menambahkan, hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu berkembang pada daerah pasang surut terutama pantai berlumpur seperti jenis Rhizophora, Avicennia, Bruguiera dan Sonneratia. Di lain pihak jenis-jenis ini berasosiasi dengan jenis lain seperti nipah, anggrek dan tumbuhan bukan mangrove lainnya. Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas yang tahan terhadap kadar garamsalinitas tinggi pasang surut air laut, dan kedua sebagai individu spesies Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000. Masyarakat kita, sering menerjemahkan mangrove sebagai komunitas hutan bakau, sedangkan tumbuhan bakau merupakan salah satu jenis dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di hutan pasang surut tersebut. Hutan mangrove atau hutan bakau adalah hutan yang terdapat di muara sungai atau pantai tropika. Mangrove adalah vegetasi yang terdiri atas pohon atau perdu yang tumbuh di daerah pantai di antara batas-batas permukaan air pasang tertinggi dan di atas rata-rata permukaan air laut. Mangrove dapat tumbuh di daerah tropis yang memiliki pantai terlindung, di muara sungai dan lingkungan dimana air laut dapat masuk, di sepanjang pantai berpasir atau berbatu maupun karang yang telah tertutup oleh lapisan pasir berlumpur. Selanjutnya Van Balen 1989 menambahkan bahwa hutan mangrove memiliki jenis pohon yang relatif sedikit, dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut, memiliki physiognomi yang sederhana dan tanpa stratifikasi yang jelas. Tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove di Indonesia, meliputi: 89 jenis pohon, lima jenis palmae, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan satu jenis paku Noor et al., 1999. Menurut Soemodihardjo Soerianegara 1989, terdapat 89 jenis tumbuhan mangrove yang ditemukan di Indonesia, yang terdiri dari 35 jenis pohon, lima jenis terna, sembilan jenis perdu, sembilan jenis liana dan, 29 jenis epifit, dan dua jenis parasit. Sementara itu Bengen 2001, mengatakan bahwa vegetasi mangrove terdiri dari 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegilitas, Snaeda , dan Conocarpus, yang termasuk ke dalam delapan famili. Melana et al. 2000 menambahkan bahwa tumbuhan mangrove terdiri dari 47 jenis tumbuhan mangrove sejati dan jenis asosiasi yang termasuk ke dalam 26 famili. Mangrove sejati tumbuh di ekosistem mangrove, sedangkan mangrove asosiasi kemungkinan dapat tumbuh di habitat yang lain seperti di hutan pantai dan daerah dataran rendah. Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang memiliki banyak manfaat, baik aspek ekologi maupun aspek sosial ekonomi. Peranan penting ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya makhluk hidup, baik yang hidup di perairan, di atas lahan maupun tajuk-tajuk pohon mangrove serta ketergantungan manusia terhadap ekosistem tersebut. Menurut Liyanage 2004, nilai keuntungan manfaat tidak langsung dari ekosistem mangrove lebih tinggi jika dibandingkan manfaat langsungnya. Nilai penting ekosistem mangrove antara lain menurunkan tingkat erosi di pantai dan sungai, mencegah banjir, mencegah intrusi air laut, menurunkan tingkat polusi pencemaran produksi bahan organik sebagai sumber makanan, sebagai wilayahdaerah asuhan, pemijahan, dan mencari makan untuk berbagai jenis biota laut. Mangrove juga akan menjadi sumberdaya penting dalam ekowisata di banyak negara. Hong dan San 1993, menambahkan pada kenyataannya ekosistem ini menjaga kestabilan garis pantai, menyediakan penghalang alami dari badai, topan, pasang surut yang tidak menentu dan bencana alam lainnya. Untuk beberapa kasus, ekosistem mangrove juga telah berkontribusi secara signifikan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Melana et al . 2000 menambahkan bahwa terdapat enam fungsi ekosistem mangrove ditinjau dari ekologi dan ekonomi, yaitu: 1 Mangrove menyediakan daerah asuhan untuk ikan, udang dan kepiting, dan mendukung produksi perikanan di wilayah pesisir. 2 Mangrove menghasilkan serasah daun dan bahan-bahan pengurai, yang berguna sebagai bahan makanan hewan-hewan estuari dan perairan pesisir. 3 Mangrove melindungi lingkungan sekitar dengan melindungi daerah pesisir dan masyarakat di dalamnya dari badai, ombak, pasang surut dan topan. 4 Mangrove menghasilkan bahan organik organic biomass yaitu karbon dan menurunkan polusi bahan organik di daerah tepi dengan menjebak dan menyerap berbagai polutan yang masuk ke dalam perairan. 5 Dari segi estetika, mangrove menyediakan daerah wisata untuk pengamatan burung, dan pengamatan jenis-jenis satwa lainnya. 6 Mangrove merupakan sumber bahan baku kayu dan atap dari nipah untuk bahan bangunan, kayu api dan bahan bakar, serta tambak untuk budidaya perikanan. Benih mangrove dapat dipanen dan dijual. Ikan, udang-udangan dan kerang juga dapat dipanen dari ekosistem