METODOLOGI PENELITIAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pesisir Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan)
c. Potensi Ekosistem Mangrove
Metode potensi ekosistem mangrove diharapkan dapat memetakan potensi ekosistem mangrove yang ada di daerah ini, dengan cara pengumpulan data spesies,
jumlah individu dan diameter batang yang ada di lokasi penelitian yang di catat dalam form mangrove. Adapun pengambilan data dan metode analisis secara
ringkas dapat di lihat pada Tabel 2.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data sosial ekonomi masyarakat digunakan dengan metode survey yang bertujuan untuk mendapatkan data dari berbagai narasumber di suatu
kelompok masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan eksploratif yang bertujuan mencari dan memahami fakta yang ada di lapangan.
Arah penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang dapat menunjang pengembangan pengelolaan hutan mangrove secara terpadu dengan melibatkan
partisipasi masyarakat setempat. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari
data-data hasil penelitian sebelumnya dan data tentang peraturan pemerintah tentang pengelolaan mangrove serta data pendukung lainnya yang berkaitan dengan
mangrove. Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah:
1. Data fisik wilayah
2. Sosial ekonomi masyarakat: tingkat pendidikan, mata pencaharian,
pendapatan, tingkat pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat, sarana dan prasarana.
3. Kebijakan dan program-program pemerintah daerah yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan mangrove wilayah tersebut. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan dengan pengukuran dan mengidentifikasi potensi hutan mangrove serta wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Untuk
melengkapi data hasil wawancara digunakan kuisioner yang bertujuan untuk mengetahui presepsi masyarakat tentang pengembangan pemanfaatan hutan
mangrove secara terpadu. Adapun data primer yang dibutuhkan adalah:
1. Biofisik wilayah meliputi: kepadatan dan indeks ekologi dan potensi
ekosistem mangrove. 2.
Identitas responden umur, pendapatan, lama tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelembagaan yang ada, manfaat kegiatan dan
keberadaan mangrove bagi masyarakat serta aktivitas masyarakat dalam pengelolaan mangrove.
Pemelihan Responden Analisis PCA
Responden berupa penduduk dewasa yang berdomisili di sekitar lokasi penelitian yang terkait dengan hutan mangrove ditetapkan secara sengaja
purposive sampling Singarimbun, 1995 yaitu meliputi. Penduduk dewasa dalam hal ini dimaksudkan bahwa yang bersangkutan telah cukup matang dalam
mengambil keputusan dan berpikir secara positif dalam mengambil tindakan dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Responden
terpilih terdiri dari 20 orang yaitu 10 orang merupakan responden yang pernah ikut
dalam rehabilitasi hutan mangrove yang pernah diselenggarakan LSM maupun oleh pemerintah setempat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Analisis AHP
Penentuan responden dalam rangka mengenali informasi dan pengetahuan pakar adalah metode expert judgement. Pakar ditentukan secara sengaja purposive
sampling . Dasar penentuan pakar disaajikan responden menggunakan kriteria: a
keberadaan, keterjangkauan dan kesediaan responden untuk diwawancarai; b mempunyai reputasi, kedudukan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai
pakar pada bidang yang diteliti; dan c telah berpengalaman dibidangnya.
Responden pakar berjumlah 15 orang yang mewakili stakeholders seperti DLH, DKP, Bapeda, dosen, Dishutbun, LSM, dan masyarakat. Pakar yang terpilih
diharapkan dapat mewakili setiap unsur birokrasi, akademisi, pelaku usaha dan organisasi yang peduli dengan pengelolaan ekosistem mangrove berbasis
masyarakat yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.
Variabel Yang Diamati
Pengumpulan sampel untuk data vegetasi terbagi atas jalur-jalur di sepanjang garis pantai dan kondisi sungai besar yang ditentukan secara sengaja
sesuai dengan tujuan penelitian dan kondisi dilapangan purposive sampling, dan dianggap representatif mewakili tegakan mangrove di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. penentuan sampel untuk data ekobiologi vegetasi digunakan metode transek garis 10x10 m dengan tiga kali ulangan yang berjarak interval 10 m dari
setiap ulangan.
Adapun tujuan menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui kerapatan tegakan mangrove, keseragaman, keragaman dan dominansi mangrove
yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung dan mencatat jumlah masing-masing spesies yang ada dalam
setiap petak dan mengukur diameter pohon. Data vegetasi yang dicatat terdiri dari jumlah pohon, pancang, semai dan jenis pohon, serta data diameter pohon. Selain
itu dilakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di lapangan tipe substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir berlumpur, lempung dan pasir.
Data yang dibutuhkan berupa data sosial ekonomi ditetapkan secara sengaja purposive sampling. Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini
meliputi: a sikap, persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove; b keadaan sosial masyarakat meliputi: umur, tingkat pendidikan, lama
tinggal, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga; c pemahaman masyarakat tentang pengelolaan berbasis masyarakat yaitu antara lain meliputi pengetahuan
masyarakat tentang batas-batas wilayah pengelolaan yang jelas terdefinisi, modal sosial yanag dikeluarkan oleh masyarakat serta sosialisasi desa yang yang mengatur
tentang pengelolaan hutan mangrove.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat meliputi faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal. Faktor-faktor internal tersebut meliputi faktor tingkat partisipasi masyarakat, dimana seperti yang dikemukakan oleh Sastropoetro 1988, faktor-
faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan pengelolaan yang berbasis masyarakat adalah: a keadaan sosial masyarakat yang meliputi umur, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan lama tinggal
seseorang dalam komunitasnya; dan b keadaan alam sekitar yang meliputi sikap, persepsi dan partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor-faktor eksternal meliputi a
batas-batas wilayah yang jelas terdefinisi; b modal sosial; dan c sosialisasi pengelolaan berbasis masyarakat.
Nilai dari variabel-variabel tersebut diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan kuisioner yang diajukan peneliti kepada responden. Adapun pengkuran peubah-
peubah tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Umur adalah usia responden yang dihitung dari tanggal lahir sampai dengan saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun.
2. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh
responden saat penelitian ini dilakukan, dinyatakan dalam tahun. 3.
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima responden selama satu bulan, dinyatakan dalam rupiah.
4. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang
masih menjadi tanggungan kepala keluarga yaitu meliputi bapakibu dan anak.
5. Lama tinggal adalah lamanya responden tinggal di wilayah penelitian yang
dihitung sejak menetap sampai dengan saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun.
6. Sikap adalah proses sosialisasi seseorang yang bereaksi sesuai dengan
rangsang yang diterima. Dalam hal ini adalah sikap responden terhadap pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya.
7. Persepsi adalah proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen
kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam hal ini adalah persepsi responden dalam pengelolaan mangrove berbasis
masyarakat.
8. Tingkat partisipasi adalah keterlibatan responden dalam kegiatan
pengelolaan hutan mangrove. 9.
Tingkat pengelolaan berbasis masyarakat adalah pengetahuaan dan pemahaman masyarakat terhadap pengelolan mangrove berbasis
masyarakat. Data yang digunakan dalam penentuan strategi pengelolaan ekosistem
mangrove dilakukan dengan penentuan responden dalam rangka mengenali informasi dan pengetahuan pakar adalah metode expert judgement. Pakar
ditentukan secara sengaja purposive sampling. Dasar penentuan pakar disaajikan responden menggunakan kriteria: a keberadaan, keterjangkauan dan kesediaan
responden untuk diwawancarai; b mempunyai reputasi, kedudukan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar pada bidang yang diteliti; dan c telah
berpengalaman di bidangnya.
Metode Analisis Data Kepadatan dan Indeks Ekologi
a. Kepadatan
Kepadatan ekosistem mangrove dihitung dengan menggunakan rumus Broweret et al. 1990:
�
�
=
�
Keterangan: D
i
: Kepadatan dan jenis indm
2
n
i
: Jumlah individu yang ditemukan dalam transek A
: Luas transek 10x10 m Analisis kepadatan yang diperoleh berdasarkan stasiun pada masing-masing
stasiun disajikan secara deskriptif.
Indeks Ekologi
a. Indeks Keragaman
Indeks keragaman H
’
menggambarkan keadaan populasi ekosistem mangrove jumlah individu masing-masing jenis dalam komunitas. Rumus indeks
keragaman menurut Shanon-Wiener dalam Krebs 1972 adalah sebagai berikut:
�
′
= ∑
�
� � �
� =
Keterangan: H
’
: Indeks keragaman Shanoon-Wiener p
i
: Proporsi bentuk hidup ke-i terhadap jumlah total penutupan S
: Jumlah jenis Nilai indeks keragaman H
’
berkisar antara 0- ∞, kategori keragaman menurut
Shanon-Wiener dalam Krebs 1972 adalah sebagai berikut: H
’
1 : Keragaman kecil
1 ≤ H
’
3 : Keragaman sedang
H
’
≥ 3 : Keragaman tinggi
b. Indeks Keseragaman
Perbandingan antara keragaman dengan keragaman maksimal dinyatakan sebagai keseragaman populasi E. Rumus indeks keseragaman Krebs, 1972
adalah: =
�′ �′ ��
S : Jumlah jenis
Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1 dengan: E 0.4
: Keseragaman kecil 0.4 ≤ E 0.6 : Keseragaman sedang
E ≥ 0.6 : Keseragaman tinggi
Dalam artian penyebaran individu jenis tidak sama dan kecenderungan satu jenis dominan. Sebaliknya semakin besar nilai E maka tidak ada jenis yang
dominan. c.
Indek Dominansi Dominasi suatu jenis diukur dengan menggunakan indeks dominasi
menurut Simpson dalam Krebs 1972 dengan menggunakan rumus sebegai berikut:
� = ∑ �
� =
Keterangan: C
: Indeks dominasi p
i
: Proporsi jenis ke-i terhadap jumlah total penutupan biota Kreteria indeks dominasi sebagai berikut :
0 C ≤ 0.5 : Dominasi rendah 0.5 C ≤ 0.75 : Dominasi sedang
0.75 C ≤ 1 : Dominasi tinggi Indeks ekologi yang diperoleh selanjutnya disajikan menurut stasiun dan
dianalisis secara deskriptif dan tabel.
Potensi Ekosistem Mangove
Data yang telah dikumpulkan seperti data spesies, jumlah individu dan diameter batang mangrove, selanjutnya akan diolah untuk melihat kerapatan
spesies, frekuensi, luas area tutupan, nilai penting, luas area tutupan dan keanekaragaman spesies Bengen, 2002.
a. Kerapatan spesies K
i
Kerapatan spesies i adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut:
�
�
=
�
Keterangan: K
i
: Kerapatan spesies i n
i
: Jumlah total individu dari spesies A
: Luas area total pengambilan contoh b.
Kerapatan Relatif Spesies KR
i
Kerapatan relatif spesies Kri adalah perbandingan antara jumlah individu spesies i n
i
dan jumlah total individu seluruh spesies ∑
n
dengan formula sebagai berikut:
��
�
=
�
∑
n
x 100
c. Frekuensi Spesies F
i
Frekuensi spesies F
i
adalah peluang ditemukannya spesies i dalam petak contoh yang diamati:
�
= �
�
∑
p
Keterangan: F
i
: Frekuensi spesies i p
i
: Jumlah petak ∑
p
: Jumlah total petak contoh d.
Frekuensi Relatif Spesies FR
i
Frekuensi relatif spesies Fri adalah perbandingan antara frekuensi Fi dan jumlah frekuensi untuk seluruh spesies ∑F:
�
�
= �
�
∑� �
e. Penutupan Spesies C
i
Penutupan spesies C
i
adalah luas penutupan spesies i dalam suatu unit area:
�
�
= ∑ Keterangan:
C
i
: Penutupan jenis i ∑BA : Jumlah luas penutupan pohon
A : Luas area total pengambilan contoh
Dimana BA= πDBH
2
4, π nilai konstanta 3,14, dan DBH= diameter dari pohon jenis i, DBH= CBHπ, CBH= Lingkar Pohon setinggi dada.
f. Penutupan Relatif Spesies RC
i
Penutupan relatif spesies RC
i
adalah perbandingan antara luas area penutupan spesies i C
i
dan luas total area penu tupan untuk seluruh spesies ∑C
i
: ��
�
=
�
∑
�
x 100
g. Nilai Penting Spesies NP
i
Spesies Jumlah nilai kerapatan relatif spesies RD
i
, frekuensi relatif spesies RF
i
dan penutupan relatif spesies RC
i
menunjukkan nilai penting spesies NP
i
: ��
�
= �
�
+ ��
�
+ �
�
Nilai penting suatu spesies berkisar antara 0-300. Nilai penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu spesies
tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.
Data Sosial Ekonomi
Prosedur yang pertama dalam analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dari lapangan, dalam hal ini yang dilakukan antara lain
memeriksa kelengkapan dalam pengisian kuisioner oleh responden, dilanjutkan memeriksa kesesuaian jawaban satu dengan jawaban lainnya, kemudian
memeriksa relevansi jawaban dan terakhir menyeragamkan satuan data. Data sosial ekonomi yang diperoleh dalam penelitian ditabulasi dan dimasukkan
dalam tabel, kemudian dideskripsi.
Data Fisik Wilayah
Data sekunder hasil pengumpulan dari pustaka – pustaka dan instansi
terkait akan dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi.
Hubungan Antara Karakteristik Masyarakat dan Tingkat Partisipasi
Guna melihat besarnya kontribusi faktor-faktor karakteristik masyarakat umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, persepsi terhadap partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove digunakan metode analisis statistik multivariabel yaitu analisis komponen utama principal component
analysis
. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskripsi koresional yaitu
memberikan gambaran mengenai situasi atau kejadian, kemudian mencari hubungan antara peubah. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dimasukkan
dalam tabel, dihitung frekuensi dan persentasenya kemudian dianalisis.
Metode analisis faktorial memungkinkan suatu representasi yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan pada struktur data demikian dengan hanya
menarik informasi esensial Bengen, 2000. Analisis komponen utama merupakan metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk menampilkan data dalam bentuk
grafik dan informasi maksimum yang terdapat dalam satu matriks data. Matriks data yang dimaksud terdiri dari variabel sebagai kolom dan observasiresponden
sebagai baris. Analisis ini juga digunakan untuk mereduksi suatu gugus variabel yang berukuran besar dan saling berkorelasi.
Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove
Penentuan strategi pengelolaan ekosistem mangrove dilakukan dengan menggunakan analytical hierarchy process AHP. Analisis AHP merupakan salah
satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria multicriteria. Pada prinsipnya, analisis
AHP pada penelitian ini digunakan untuk menentukan prioritas alternatif kegiatan pengelolaan yang akan dilakukan untuk kelestarian dan berkelanjutan pemanfaatan
sumberdaya mangrove Kabupaten Pangkep. Dalam hal ini, alternatif ditentukan secara sengaja yang merupakan justifikasi peneliti yang didasarkan pada hasil
wawancara dan pengamatan serta pengukuran langsung terdapat kondisi ekologi, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Adapun alternatif kegiatan
pengelolaan adalah rehabilitasi, konservasi dan ekowisata.
Tujuan dari prioritas pengelolaan ekosistem mangrove di Kabupaten Pangkep yang lestari dan berkelanjutan sustainable development dibangun oleh
beberapa kriteria, yang merupakan tiga pilar dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu pilar ekonomi, pilar sosial budaya, dan pilar kelestarian lingkungan ekologi
yang tercermin dalam faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap ekosistem mangrove yang akan dikembangkan.
Proses hierarki analitikAHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan
tertentu melalui suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif. Analisis ini ditujukan untuk membuat
suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur. Analisis ini biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah yang terukur kuantitatif maupun masalah-
masalah yang memerlukan pendapat judgement maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka pada situasi dimana data kuantitatif yang didasari
oleh persepsi, pengalaman, atau intuisi. AHP ini banyak digunakan pada pengambilan keputusan pada banyak kreteria, perencanaan, alokasi sumberdaya,
dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki dalam situasi konflik Saaty, 1993.
Pada dasarnya metode dari AHP ini adalah; a memecah-mecah suatu situasi yang kompleks dan tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya; b
menata bagian-bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki; c memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap
variabel; d mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut Saaty, 1993.
Menurut Permadi 1992, kelebihan proses hierarki analitik lebih disebabkan oleh fleksibelitasnya yang tingi terutama dalam pembuatan hierarki.
Sifat fleksibelitas tersebut membuat model AHP dapat menangkap beberapa tujuan
dan beberapa kreteria sekaligus dalam sebuah model atau sebuah hierarki. Bahkan model tersebut dapat memecahkan masalah yang mempunyai tujuan-tujuan yang
saling berlawanan, kriteria-kriteria yang saling berlawanan dan tujuan serta kriteria yang saling berlawanan dalam sebuah model. Karenanya, keputusan yang
dilahirkan dari model AHP tersebut sudah memperhitungkan berbagai tujuan dan berbagai kriteria yang berbeda-beda atau bahkan saling bertentangan satu dengan
yang lainnya.
Adapun prosesprinsip kerja AHP adalah sebagai berikut: 1.
Penyususnan hierarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu
kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi suatu struktur hierarki. Dalam penelitian ini persoalan yang akan diselesaikan adalah pengelolaan ekosistem
mangrove Kabupaten Pangkep yang berbasis masyarakat dengan kriteria adalah faktor internal dan eksternal ekosistem mangrove di daerah tersebut, dan alternatif
kegiatan pengelolaan adalah rehabilitasi, konservasi dan ekowisata Gambar 3.
2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan pairwise comparison
. Menurut Saaty 1983 dalam Marimin 2004, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
Nilai dana definisi pendapat kuantitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 1. Skala perbandingan secara berpasangan pairwise comparison menurut Saaty 1993.
Nilai Katerangan
1 Kedua faktor sama pentingnya
3 Faktor yang satu sedikit lebih penting dari pada faktor yang lainnya.
5 Faktor satu esensial atau lebih penting dari faktor yang lainnya.
7 Faktor yang satu jelas lebih penting dari faktor yang lainnya
9 Faktor yang satu mutlak lebih penting dari faktor yang lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara
, diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. 3.
Menetukan prioritas Setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
pairwise comparison. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan prioritas peringkat relatif dari seluruh kriteria dan alternatif. Baik
kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement
yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. 4.
Konsitensi logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara
konsistensi sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
Gambar 3. Hierarki strategi pengelolaan ekosistem mangrove Strategi Pengelolaan Ekosistem
Mangrove
Lingkungan Sosial
Ekonomi Level 1
Focusgoal
Level 2 Aktor
Sosekling
Level 4 Alternatif Strategi
Infrastruktur
Konservasi Rehabilitasi
Ekowisata Pemerintahpemda
Investor LSM
Masyarakat Level 3
Kriteria 26
No Tujuan
Variabel Sumber Data
Analisis Output
Diukur Ditera
Primer Sekunder
1 Menganalisis ekobiologi
mangrove dilokasi penelitian 1.
Jenis 2.
Jumlah tegakan
3. Jumlah anakan
4. Diamater
pohon 1.
Kepadatan 2.
Keragaman 3.
Keseragaman 4.
Dominansi 5.
Penutupan 6.
Nilai penting Primer
1. Di =
��
2. H
′
= ∑ pi log ��
=
3. E =
�
′
�
′
��
4. C = ∑
��
=
1. Ki =
�
2. ��� = ��∑
n
x 100 3.
�� = ��∑
p
4. ��� =
�� ∑�
� 5.
� =
∑
6. � � = �∑ i x 100
7. ��� = � � + ��� + � �
Kondisi ekosistem
mangrove
Tabel 2. Matriks analisis berdasarkan tujuan penelitian
27
23
-
Menganalisis tingkat
keterkaitan dan partisipasi masyarakat Kab. Pangkep
dalam pelestarian
hutan mangrove
-
Menganalisis faktor-faktor yang berperan penting dalam
pelestarian hutan mangrove di Kab. Pangkep
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pendapatan
4. Jumlah
tanggungan 5.
Lama tinggal 6.
Sikap 7.
Persepsi 8.
Tingkat partisipasi
9. Tingkat
pengelolaan berbasis
masyarakat Primer
Sekunder PCA
Tingkat partisipasi
masyarakat dalam
pelestarian ekosistem
mangrove
4 Menganalisis kondisi sosial
ekonomi masyarakat di Kab. Pangkep
1. Pekerjaan
2. Pendapatan
3. Tabungan
4. Jumlah
tanggunga Primer
Sekunder Deskriptif
Kondisi sosial
ekonomi masyarakat
5 Memberikan
rekomendasi atau strategi pengelolaan
ekosistem mangrove yang efektif kepada Pemerintah
setempat yang
berbasis masyarakat
Primer Sekunder
AHP Strategi
pengelolaan
28