METODOLOGI PENELITIAN Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pesisir Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan)

c. Potensi Ekosistem Mangrove Metode potensi ekosistem mangrove diharapkan dapat memetakan potensi ekosistem mangrove yang ada di daerah ini, dengan cara pengumpulan data spesies, jumlah individu dan diameter batang yang ada di lokasi penelitian yang di catat dalam form mangrove. Adapun pengambilan data dan metode analisis secara ringkas dapat di lihat pada Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data sosial ekonomi masyarakat digunakan dengan metode survey yang bertujuan untuk mendapatkan data dari berbagai narasumber di suatu kelompok masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan eksploratif yang bertujuan mencari dan memahami fakta yang ada di lapangan. Arah penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang dapat menunjang pengembangan pengelolaan hutan mangrove secara terpadu dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari data-data hasil penelitian sebelumnya dan data tentang peraturan pemerintah tentang pengelolaan mangrove serta data pendukung lainnya yang berkaitan dengan mangrove. Adapun data sekunder yang dibutuhkan adalah: 1. Data fisik wilayah 2. Sosial ekonomi masyarakat: tingkat pendidikan, mata pencaharian, pendapatan, tingkat pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat, sarana dan prasarana. 3. Kebijakan dan program-program pemerintah daerah yang berhubungan dengan pengelolaan hutan mangrove wilayah tersebut. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan dengan pengukuran dan mengidentifikasi potensi hutan mangrove serta wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Untuk melengkapi data hasil wawancara digunakan kuisioner yang bertujuan untuk mengetahui presepsi masyarakat tentang pengembangan pemanfaatan hutan mangrove secara terpadu. Adapun data primer yang dibutuhkan adalah: 1. Biofisik wilayah meliputi: kepadatan dan indeks ekologi dan potensi ekosistem mangrove. 2. Identitas responden umur, pendapatan, lama tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelembagaan yang ada, manfaat kegiatan dan keberadaan mangrove bagi masyarakat serta aktivitas masyarakat dalam pengelolaan mangrove. Pemelihan Responden Analisis PCA Responden berupa penduduk dewasa yang berdomisili di sekitar lokasi penelitian yang terkait dengan hutan mangrove ditetapkan secara sengaja purposive sampling Singarimbun, 1995 yaitu meliputi. Penduduk dewasa dalam hal ini dimaksudkan bahwa yang bersangkutan telah cukup matang dalam mengambil keputusan dan berpikir secara positif dalam mengambil tindakan dan diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Responden terpilih terdiri dari 20 orang yaitu 10 orang merupakan responden yang pernah ikut dalam rehabilitasi hutan mangrove yang pernah diselenggarakan LSM maupun oleh pemerintah setempat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Analisis AHP Penentuan responden dalam rangka mengenali informasi dan pengetahuan pakar adalah metode expert judgement. Pakar ditentukan secara sengaja purposive sampling . Dasar penentuan pakar disaajikan responden menggunakan kriteria: a keberadaan, keterjangkauan dan kesediaan responden untuk diwawancarai; b mempunyai reputasi, kedudukan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar pada bidang yang diteliti; dan c telah berpengalaman dibidangnya. Responden pakar berjumlah 15 orang yang mewakili stakeholders seperti DLH, DKP, Bapeda, dosen, Dishutbun, LSM, dan masyarakat. Pakar yang terpilih diharapkan dapat mewakili setiap unsur birokrasi, akademisi, pelaku usaha dan organisasi yang peduli dengan pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Variabel Yang Diamati Pengumpulan sampel untuk data vegetasi terbagi atas jalur-jalur di sepanjang garis pantai dan kondisi sungai besar yang ditentukan secara sengaja sesuai dengan tujuan penelitian dan kondisi dilapangan purposive sampling, dan dianggap representatif mewakili tegakan mangrove di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. penentuan sampel untuk data ekobiologi vegetasi digunakan metode transek garis 10x10 m dengan tiga kali ulangan yang berjarak interval 10 m dari setiap ulangan. Adapun tujuan menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui kerapatan tegakan mangrove, keseragaman, keragaman dan dominansi mangrove yang ada di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Perhitungan dilakukan dengan cara menghitung dan mencatat jumlah masing-masing spesies yang ada dalam setiap petak dan mengukur diameter pohon. Data vegetasi yang dicatat terdiri dari jumlah pohon, pancang, semai dan jenis pohon, serta data diameter pohon. Selain itu dilakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung di lapangan tipe substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir berlumpur, lempung dan pasir. Data yang dibutuhkan berupa data sosial ekonomi ditetapkan secara sengaja purposive sampling. Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: a sikap, persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove; b keadaan sosial masyarakat meliputi: umur, tingkat pendidikan, lama tinggal, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga; c pemahaman masyarakat tentang pengelolaan berbasis masyarakat yaitu antara lain meliputi pengetahuan masyarakat tentang batas-batas wilayah pengelolaan yang jelas terdefinisi, modal sosial yanag dikeluarkan oleh masyarakat serta sosialisasi desa yang yang mengatur tentang pengelolaan hutan mangrove. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat meliputi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor internal tersebut meliputi faktor tingkat partisipasi masyarakat, dimana seperti yang dikemukakan oleh Sastropoetro 1988, faktor- faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan pengelolaan yang berbasis masyarakat adalah: a keadaan sosial masyarakat yang meliputi umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan lama tinggal seseorang dalam komunitasnya; dan b keadaan alam sekitar yang meliputi sikap, persepsi dan partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor-faktor eksternal meliputi a batas-batas wilayah yang jelas terdefinisi; b modal sosial; dan c sosialisasi pengelolaan berbasis masyarakat. Nilai dari variabel-variabel tersebut diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan kuisioner yang diajukan peneliti kepada responden. Adapun pengkuran peubah- peubah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Umur adalah usia responden yang dihitung dari tanggal lahir sampai dengan saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun. 2. Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh responden saat penelitian ini dilakukan, dinyatakan dalam tahun. 3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima responden selama satu bulan, dinyatakan dalam rupiah. 4. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan kepala keluarga yaitu meliputi bapakibu dan anak. 5. Lama tinggal adalah lamanya responden tinggal di wilayah penelitian yang dihitung sejak menetap sampai dengan saat penelitian dilakukan, dinyatakan dalam tahun. 6. Sikap adalah proses sosialisasi seseorang yang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterima. Dalam hal ini adalah sikap responden terhadap pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 7. Persepsi adalah proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam hal ini adalah persepsi responden dalam pengelolaan mangrove berbasis masyarakat. 8. Tingkat partisipasi adalah keterlibatan responden dalam kegiatan pengelolaan hutan mangrove. 9. Tingkat pengelolaan berbasis masyarakat adalah pengetahuaan dan pemahaman masyarakat terhadap pengelolan mangrove berbasis masyarakat. Data yang digunakan dalam penentuan strategi pengelolaan ekosistem mangrove dilakukan dengan penentuan responden dalam rangka mengenali informasi dan pengetahuan pakar adalah metode expert judgement. Pakar ditentukan secara sengaja purposive sampling. Dasar penentuan pakar disaajikan responden menggunakan kriteria: a keberadaan, keterjangkauan dan kesediaan responden untuk diwawancarai; b mempunyai reputasi, kedudukan dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar pada bidang yang diteliti; dan c telah berpengalaman di bidangnya. Metode Analisis Data Kepadatan dan Indeks Ekologi a. Kepadatan Kepadatan ekosistem mangrove dihitung dengan menggunakan rumus Broweret et al. 1990: � � = � Keterangan: D i : Kepadatan dan jenis indm 2 n i : Jumlah individu yang ditemukan dalam transek A : Luas transek 10x10 m Analisis kepadatan yang diperoleh berdasarkan stasiun pada masing-masing stasiun disajikan secara deskriptif. Indeks Ekologi a. Indeks Keragaman Indeks keragaman H ’ menggambarkan keadaan populasi ekosistem mangrove jumlah individu masing-masing jenis dalam komunitas. Rumus indeks keragaman menurut Shanon-Wiener dalam Krebs 1972 adalah sebagai berikut: � ′ = ∑ � � � � � = Keterangan: H ’ : Indeks keragaman Shanoon-Wiener p i : Proporsi bentuk hidup ke-i terhadap jumlah total penutupan S : Jumlah jenis Nilai indeks keragaman H ’ berkisar antara 0- ∞, kategori keragaman menurut Shanon-Wiener dalam Krebs 1972 adalah sebagai berikut: H ’ 1 : Keragaman kecil 1 ≤ H ’ 3 : Keragaman sedang H ’ ≥ 3 : Keragaman tinggi b. Indeks Keseragaman Perbandingan antara keragaman dengan keragaman maksimal dinyatakan sebagai keseragaman populasi E. Rumus indeks keseragaman Krebs, 1972 adalah: = �′ �′ �� S : Jumlah jenis Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1 dengan: E 0.4 : Keseragaman kecil 0.4 ≤ E 0.6 : Keseragaman sedang E ≥ 0.6 : Keseragaman tinggi Dalam artian penyebaran individu jenis tidak sama dan kecenderungan satu jenis dominan. Sebaliknya semakin besar nilai E maka tidak ada jenis yang dominan. c. Indek Dominansi Dominasi suatu jenis diukur dengan menggunakan indeks dominasi menurut Simpson dalam Krebs 1972 dengan menggunakan rumus sebegai berikut: � = ∑ � � = Keterangan: C : Indeks dominasi p i : Proporsi jenis ke-i terhadap jumlah total penutupan biota Kreteria indeks dominasi sebagai berikut : 0 C ≤ 0.5 : Dominasi rendah 0.5 C ≤ 0.75 : Dominasi sedang 0.75 C ≤ 1 : Dominasi tinggi Indeks ekologi yang diperoleh selanjutnya disajikan menurut stasiun dan dianalisis secara deskriptif dan tabel. Potensi Ekosistem Mangove Data yang telah dikumpulkan seperti data spesies, jumlah individu dan diameter batang mangrove, selanjutnya akan diolah untuk melihat kerapatan spesies, frekuensi, luas area tutupan, nilai penting, luas area tutupan dan keanekaragaman spesies Bengen, 2002. a. Kerapatan spesies K i Kerapatan spesies i adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang dinyatakan sebagai berikut: � � = � Keterangan: K i : Kerapatan spesies i n i : Jumlah total individu dari spesies A : Luas area total pengambilan contoh b. Kerapatan Relatif Spesies KR i Kerapatan relatif spesies Kri adalah perbandingan antara jumlah individu spesies i n i dan jumlah total individu seluruh spesies ∑ n dengan formula sebagai berikut: �� � = � ∑ n x 100 c. Frekuensi Spesies F i Frekuensi spesies F i adalah peluang ditemukannya spesies i dalam petak contoh yang diamati: � = � � ∑ p Keterangan: F i : Frekuensi spesies i p i : Jumlah petak ∑ p : Jumlah total petak contoh d. Frekuensi Relatif Spesies FR i Frekuensi relatif spesies Fri adalah perbandingan antara frekuensi Fi dan jumlah frekuensi untuk seluruh spesies ∑F: � � = � � ∑� � e. Penutupan Spesies C i Penutupan spesies C i adalah luas penutupan spesies i dalam suatu unit area: � � = ∑ Keterangan: C i : Penutupan jenis i ∑BA : Jumlah luas penutupan pohon A : Luas area total pengambilan contoh Dimana BA= πDBH 2 4, π nilai konstanta 3,14, dan DBH= diameter dari pohon jenis i, DBH= CBHπ, CBH= Lingkar Pohon setinggi dada. f. Penutupan Relatif Spesies RC i Penutupan relatif spesies RC i adalah perbandingan antara luas area penutupan spesies i C i dan luas total area penu tupan untuk seluruh spesies ∑C i : �� � = � ∑ � x 100 g. Nilai Penting Spesies NP i Spesies Jumlah nilai kerapatan relatif spesies RD i , frekuensi relatif spesies RF i dan penutupan relatif spesies RC i menunjukkan nilai penting spesies NP i : �� � = � � + �� � + � � Nilai penting suatu spesies berkisar antara 0-300. Nilai penting ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu spesies tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove. Data Sosial Ekonomi Prosedur yang pertama dalam analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dari lapangan, dalam hal ini yang dilakukan antara lain memeriksa kelengkapan dalam pengisian kuisioner oleh responden, dilanjutkan memeriksa kesesuaian jawaban satu dengan jawaban lainnya, kemudian memeriksa relevansi jawaban dan terakhir menyeragamkan satuan data. Data sosial ekonomi yang diperoleh dalam penelitian ditabulasi dan dimasukkan dalam tabel, kemudian dideskripsi. Data Fisik Wilayah Data sekunder hasil pengumpulan dari pustaka – pustaka dan instansi terkait akan dianalisis secara deskriptif dengan tabulasi. Hubungan Antara Karakteristik Masyarakat dan Tingkat Partisipasi Guna melihat besarnya kontribusi faktor-faktor karakteristik masyarakat umur, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, persepsi terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove digunakan metode analisis statistik multivariabel yaitu analisis komponen utama principal component analysis . Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskripsi koresional yaitu memberikan gambaran mengenai situasi atau kejadian, kemudian mencari hubungan antara peubah. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dimasukkan dalam tabel, dihitung frekuensi dan persentasenya kemudian dianalisis. Metode analisis faktorial memungkinkan suatu representasi yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan pada struktur data demikian dengan hanya menarik informasi esensial Bengen, 2000. Analisis komponen utama merupakan metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk menampilkan data dalam bentuk grafik dan informasi maksimum yang terdapat dalam satu matriks data. Matriks data yang dimaksud terdiri dari variabel sebagai kolom dan observasiresponden sebagai baris. Analisis ini juga digunakan untuk mereduksi suatu gugus variabel yang berukuran besar dan saling berkorelasi. Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Penentuan strategi pengelolaan ekosistem mangrove dilakukan dengan menggunakan analytical hierarchy process AHP. Analisis AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria multicriteria. Pada prinsipnya, analisis AHP pada penelitian ini digunakan untuk menentukan prioritas alternatif kegiatan pengelolaan yang akan dilakukan untuk kelestarian dan berkelanjutan pemanfaatan sumberdaya mangrove Kabupaten Pangkep. Dalam hal ini, alternatif ditentukan secara sengaja yang merupakan justifikasi peneliti yang didasarkan pada hasil wawancara dan pengamatan serta pengukuran langsung terdapat kondisi ekologi, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Adapun alternatif kegiatan pengelolaan adalah rehabilitasi, konservasi dan ekowisata. Tujuan dari prioritas pengelolaan ekosistem mangrove di Kabupaten Pangkep yang lestari dan berkelanjutan sustainable development dibangun oleh beberapa kriteria, yang merupakan tiga pilar dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu pilar ekonomi, pilar sosial budaya, dan pilar kelestarian lingkungan ekologi yang tercermin dalam faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap ekosistem mangrove yang akan dikembangkan. Proses hierarki analitikAHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif. Analisis ini ditujukan untuk membuat suatu model permasalahan yang tidak mempunyai struktur. Analisis ini biasanya diterapkan untuk memecahkan masalah yang terukur kuantitatif maupun masalah- masalah yang memerlukan pendapat judgement maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka pada situasi dimana data kuantitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman, atau intuisi. AHP ini banyak digunakan pada pengambilan keputusan pada banyak kreteria, perencanaan, alokasi sumberdaya, dan penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki dalam situasi konflik Saaty, 1993. Pada dasarnya metode dari AHP ini adalah; a memecah-mecah suatu situasi yang kompleks dan tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya; b menata bagian-bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hierarki; c memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel; d mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut Saaty, 1993. Menurut Permadi 1992, kelebihan proses hierarki analitik lebih disebabkan oleh fleksibelitasnya yang tingi terutama dalam pembuatan hierarki. Sifat fleksibelitas tersebut membuat model AHP dapat menangkap beberapa tujuan dan beberapa kreteria sekaligus dalam sebuah model atau sebuah hierarki. Bahkan model tersebut dapat memecahkan masalah yang mempunyai tujuan-tujuan yang saling berlawanan, kriteria-kriteria yang saling berlawanan dan tujuan serta kriteria yang saling berlawanan dalam sebuah model. Karenanya, keputusan yang dilahirkan dari model AHP tersebut sudah memperhitungkan berbagai tujuan dan berbagai kriteria yang berbeda-beda atau bahkan saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Adapun prosesprinsip kerja AHP adalah sebagai berikut: 1. Penyususnan hierarki Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi suatu struktur hierarki. Dalam penelitian ini persoalan yang akan diselesaikan adalah pengelolaan ekosistem mangrove Kabupaten Pangkep yang berbasis masyarakat dengan kriteria adalah faktor internal dan eksternal ekosistem mangrove di daerah tersebut, dan alternatif kegiatan pengelolaan adalah rehabilitasi, konservasi dan ekowisata Gambar 3. 2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan pairwise comparison . Menurut Saaty 1983 dalam Marimin 2004, untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dana definisi pendapat kuantitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 1. Skala perbandingan secara berpasangan pairwise comparison menurut Saaty 1993. Nilai Katerangan 1 Kedua faktor sama pentingnya 3 Faktor yang satu sedikit lebih penting dari pada faktor yang lainnya. 5 Faktor satu esensial atau lebih penting dari faktor yang lainnya. 7 Faktor yang satu jelas lebih penting dari faktor yang lainnya 9 Faktor yang satu mutlak lebih penting dari faktor yang lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara , diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. 3. Menetukan prioritas Setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan pairwise comparison. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan prioritas peringkat relatif dari seluruh kriteria dan alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. 4. Konsitensi logis Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsistensi sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Gambar 3. Hierarki strategi pengelolaan ekosistem mangrove Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Lingkungan Sosial Ekonomi Level 1 Focusgoal Level 2 Aktor Sosekling Level 4 Alternatif Strategi Infrastruktur Konservasi Rehabilitasi Ekowisata Pemerintahpemda Investor LSM Masyarakat Level 3 Kriteria 26 No Tujuan Variabel Sumber Data Analisis Output Diukur Ditera Primer Sekunder 1 Menganalisis ekobiologi mangrove dilokasi penelitian 1. Jenis 2. Jumlah tegakan 3. Jumlah anakan 4. Diamater pohon 1. Kepadatan 2. Keragaman 3. Keseragaman 4. Dominansi 5. Penutupan 6. Nilai penting Primer 1. Di = �� 2. H ′ = ∑ pi log �� = 3. E = � ′ � ′ �� 4. C = ∑ �� = 1. Ki = � 2. ��� = ��∑ n x 100 3. �� = ��∑ p 4. ��� = �� ∑� � 5. � = ∑ 6. � � = �∑ i x 100 7. ��� = � � + ��� + � � Kondisi ekosistem mangrove Tabel 2. Matriks analisis berdasarkan tujuan penelitian 27 23 - Menganalisis tingkat keterkaitan dan partisipasi masyarakat Kab. Pangkep dalam pelestarian hutan mangrove - Menganalisis faktor-faktor yang berperan penting dalam pelestarian hutan mangrove di Kab. Pangkep 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pendapatan 4. Jumlah tanggungan 5. Lama tinggal 6. Sikap 7. Persepsi 8. Tingkat partisipasi 9. Tingkat pengelolaan berbasis masyarakat Primer Sekunder PCA Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian ekosistem mangrove 4 Menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kab. Pangkep 1. Pekerjaan 2. Pendapatan 3. Tabungan 4. Jumlah tanggunga Primer Sekunder Deskriptif Kondisi sosial ekonomi masyarakat 5 Memberikan rekomendasi atau strategi pengelolaan ekosistem mangrove yang efektif kepada Pemerintah setempat yang berbasis masyarakat Primer Sekunder AHP Strategi pengelolaan 28

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Kabupaten Pangkep Letak Geografis, Batas Administrasi dan Kondisi Fisik Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan luas Wilayah 1.112,29 km 2 atau 111.229 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata 8 meter di atas permukaan laut. Secara Geografis Kebupaten Pangkajene dan Kepulauan terletak diantara 4 40’ LS – 8 00’ LS dan diatara 110 BT - 119 48’67 BT. Adapun batas-batas wilayah administrasi Pangkajene dan Kepulauan adalah: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten Maros Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Madura, serta Pulau Bali Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki 13 kecamatan. Kecamatan terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Liukang Tangaya yaitu sejauh 291,29 km. Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis basah type B dengan musim kemarau. Curah hujan disuatu wilayah dipengaruhi oleh keadaan iklim geografis dan perputaranpertemuan arus udara. Oleh karena itu, jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pada tahun 2012 rata-rata curah hujan perbulan ± 201,33 mm. Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ditandai dengan bentang alam wilayah dari daerah dataran rendah sampai pegunungan, potensi cukup besar juga terdapat pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu ditandai dengan terdapatnya sumber daya alam berupa hasil tambang, seperti batu bara, marmer, dan semen. Disamping itu potensi pariwisata alam yang mampu menambah pendapatan daerah. Potensi lahan di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan digunakan untuk berbagai kepentingan seperti; hutan produksi, hutan lindung, kebun campuran, kawasan galian, sawah, pemukiman, tambak serta peruntukan lainnya. Hasil analisis, menunjukkan berdasarkan peta citra geotif alos tahun 2010, worldview tahun 2009 dan peta satuan lahan tahun 2006, menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan untuk keperluan pertaniansawah 13,3, sedangkan pemnfaatan lahan terbesar selanjutnya adalah untuk keperluan tambak baik tambak yang masih operasional maupun tambak yang sudah tidak operasional merupakan pemanfaatan dominan 19,0, dan untuk keperluan perkebunankebun campuran 12,9 Rencana Zonasi 2013. Kecamatan yang terletak pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu terdiri dari: Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci, Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Ma’rang, Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Te’ne, Kecamatan Tondong Tallasa dan Kecamatan Mandalle. Letak geografi setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan wilayah yang memiliki kompleksitas wilayah yang sangat urgent untuk dibahas, wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki potensi wilayah yang sangat besar untuk dikembangkan secara optimal, untuk mendukung perkembangan wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Kecamatan yang terletak di wilayah Kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu: Kecamatan Liukang Tupabiring, Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, Kecamatan Liukang Kalmas, dan Kecamatan Liukang Tangaya. Secara administrasi jumlah desa tiap kecamatan dapat di lihat pada Tabel 3. Dalam RT RW dijelaskan bahwa pada wilayah Kabupaten Pankajene dan Kepulauan terdapat beberapa sungai besar yang melintasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu Sungai Tabo-tabo, Sungai Segeri, Sungai Leang Londrong, Sungai Binti Mala, Sungai Kali Bone. Tabel 3. Letak geografis Kabupaten Pagkajene dan Kepulauan. Kecamatan Lintang Selatan Bujur Timur Likukang Tangaya 7 5’3,8400” 118 10’3,000” Liukang Kalmas 5 12’19,00” 117 39’38,00” Liukang Tupabbiring 4 56’41,24” 119 23’56,09” Liukang Tupabbiring Utara 4 46’0,840” 119 26’3,840” Pangkajene 4 50’20,36” 119 33’12,22” Minasatene 4 50’1,280” 119 34’23,81 Balocci 4 54’3,030” 119 41’1,490” Tondong Tallasa 4 51’3,030” 119 43’10,02” Bungoror 4 48’38,14” 119 32’33,44” Labakkang 4 46’36,00” 119 32’39,07” Ma’rang 4 41’58,48” 119 33’7,590” Sigeri 4 38’35,24” 119 35’7,510” Mandalle 4 34’19,62” 119 36’5,530” Kabupaten Pangkajene 4 50’24,99” 119 33’9,420” Sumber: BPS Kabupaten Pangkajene 2014 Tabel 4. Jumlah desa, kelurahan, lingkungan, dusun, RW, dan RT tahun 2013 Kecamatan Desa Kelurahan Lingkungan Dusun RW RT Likukang Tangaya 8 1 2 24 35 74 Liukang Kalmas 6 1 2 16 23 53 Liukang Tupabbiring 7 2 - 18 32 92 Liukang Tupabbiring Utara 7 - - 21 32 75 Pangkajene - 9 11 - 48 119 Minasatene 2 6 10 4 57 140 Balocci 1 4 8 2 25 77 Tondong Tallasa 6 - - 14 30 75 Bungoror 5 3 10 15 54 149 Labakkang 9 4 9 26 97 136 Ma’rang 6 4 10 18 19 171 Sigeri 2 4 8 5 6 117 Mandalle 6 - - 16 31 80 Jumlah 65 38 70 179 489 1.358 Sumber: BPS Kabupaten Pangkajene 2014