29
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG
Nilai  viskositas  adalah  nilai  yang  menunjukan  kekentalan  suatu  fluida.  semakin  kental  suatu fuida  maka  nilai  viskositasnya  semakin  besar,  begitu  juga  sebaliknya  semakin  rendah  kekentalan
fluida maka nilai viskositasnya semakin kecil. Grafik hasil pengukuran viskositas minyak nyamplung pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 15.
a b
c d
Gambar 15. Grafik pengukuran viskositas minyak a N1, b N2, c N3, d N4 Dari  Gambar  15a,  dapat  dilihat  pengukuran  viskositas  minyak  N1,  yaitu  minyak  nyamplung
hasil ekstrasi dari biji nyamplung tanpa diberi perlakuan tidak ada penambahan zat kimia. Viskositas awal  dari  minyak  N1  ini  adalah  sebesar  63  cSt  kemudian  dipanaskan  hingga  110
o
C  sehingga viskositas  minyak  menjadi  5  cSt.  Dari  hasil  pengukuran  viskositas  biosolar  yang  merupakan  bahan
bakar  untuk  motor  diesel  diperoleh  nilai  viskositas  sebesar  5-7  cSt  sedangkan  solar  3-5  cSt.  Jadi minyak N1 sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar  motor diesel ketika dipanaskan hingga suhu
optimum yaitu 110
o
C. Sedangkan dari Gambar 15b, menunjukkan hasil pengukuran viskositas minyak N2,  yaitu  minyak  nyamplung  yang  telah  mengalami  proses  pemurnian  dengan  menambahkan  asam
30
fosfat  dengan  tujuan  untuk  menghilangkan  gum  yang  ada  pada  minyak  degumming.  Setelah dilakukan  degumming,  nilai  viskositas  dari  minyak  nyamplung  mengalami  penurunan  7  cSt  dari
minyak  N1,  yaitu  menjadi  56  Cst.  Kemudian  setelah  dipanaskan  dengan  suhu  mencapai  110
o
C  nilai viskositas  dari  minyak  N2  menjadi  5  cSt,  sehingga  minyak  nyamplung  hasil  degumming  N2  dapat
digunakan sebagai bahan bakar motor diesel setelah dipanaskan 110
o
C. Selanjutnya Gambar 15c menunjukkan hasil pengukuran viskositas minyak nyamplung dengan
perlakuan  netralisasi  N3,  dimana  nilai  viskositas  dari  minyak  mengalami  penurunan  20  cSt  dari minyak  N1.  Menurut  Hendrix  1990,  proses  netralisasi  merupakan  proses  pemisahan  asam  lemak
dalam  minyak  dengan  cara  menambahkan  NaOH  yang  bertujuan  menghilangkan  kotoranzat  berupa asam lemak bebas, fosfatida, zat warna, karbohidrat, protein, ion logam, zat padat, dan hasil samping
oksidasi.  Setelah dipanaskan  dengan suhu  110
o
C, nilai viskositas  minyak  nyamplung  N3  mengalami penurunan menjadi 3 cSt hampir sama dengan nilai viskositas dari bahan bakar solar. Oleh karena itu,
minyak  hasil  netralisasi  juga  dapat  digunakan  sebagai  bahan  bakar  motor  diesel  setelah  dipanaskan dengan  suhu  110
o
C.  Gambar  15d,  menunjukan  viskositas  dari  minyak  nyamplung  dengan  perlakuan degumming  dan  netralisasi  N4.  Viskositas  minyak  nyamplung  N4  lebih  rendah  dibanding  minyak
nyamplung yang lainnya N1, N2, N3. Pada suhu ruangan 30
o
C viskositas minyak nyamplung  N4 adalah  30  cSt.  Setelah  dipanaskan  110
o
C,  viskositas  minyak  menjadi  4  cSt  dan  sudah  dapat  di gunakan untuk motor diesel.
Berdasarkan  hasil  pengukuran  viskositas  minyak  nyamplung  pada  setiap  perlakuan  tersebut maka  dapat  diketahui  bahwa  minyak  nyamplung  dapat  digunakan  sebagai  bahan  bakar  motor  diesel
dengan  dilakukan  pemanasan  hingga  mencapai  suhu  110
o
C  suhu  optimum,  sehingga  dibutuhkan elemen pemanas yang dapat memanaskan minyak nyamplung hingga mencapai suhu 110
o
C.
6.2 HASIL RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS HEAT EXCHANGER