13
dengan  lengan  penyapu  yang  masing-masing  terdiri  dari  paddle.  Alat  ini  berfungsi  untuk Vmendorong cairan ke arah atas selama pengadukan. Kecepatan pengadukan yang digunakan
pada  agitator  sebesar  8-10  rpm  sampai  dengan  30-35  rpm.  Pemecahan  emulsi  dapat  terjadi pada  suhu  sekitar  60
o
C  dan  sabun  terpisah  dari  minyak  jernih  dengan  membentuk  flokulan kecil  O`Brien,  2004.  Reaksi  antara  asam  lemak  bebas  dengan  NaOH  dapat  dilihat  pada
Gambar 4.
Gambar 4. Reaksi netralisasi asam lemak bebas Kotoran yang terpisah pada proses netralisasi adalah asam lemak bebas, fosfatida, zat
warna,  karbohidrat,  protein,  ion  logam,  zat  padat,  dan  hasil  samping  oksidasi  Hendrix, 1990.  Netralisasi  dapat  dilakukan  dengan  dua  cara  yaitu  cara  kering  dan  cara  basah.  Cara
kering  dilakukan  dengan  mereaksikan  basa  tanpa  pencucian.  Sedangkan  cara  basah dilakukan pada suhu 60-65
o
C, dengan larutan basa encer dan dilanjutkan dengan pencucian. Jumlah  NaOH  yang  digunakan  merupakan  jumlah  stoikhiometri  ditambah  ekses
sebanyak  0,1  -  0,5  tergantung  pada  minyak  yang  akan  dinetralkan  Bernardini,  1983. Menurut Sonntag 1982, untuk minyak nabati dan lemak hewan dengan kandungan gum dan
pigmen  rendah  dapat  digunakan  ekses  0,1 –  0,2  bb  minyak.  Satuan  konsentrasi  NaOH
dalam larutan adalah derajat Baume
o
Be.
2.6 VISKOSITAS
Viskositas  atau  kekentalan  adalah  ukuran  tahanan  alir  dari  suatu  cairan.  Viskositas  menjadi pertimbangan penting untuk bahan bakar minyak. Berdasarkan pengujian, nilai kekentalan berkisar
antara  43,5 – 29 centipoise. Dengan pemurnian, mampu menurunkan kekentalan minyak awal yang
sebesar 63 menjadi 43,5 – 29 centipoise. Fathiyah. 2010
Hal ini dikarenakan zat – zat pengotor serta senyawa polimer hasil dari kerusakan minyak telah
dihilangkan.  Menurut  Ketaren  1986  tingginya  kekentalan  minyak  dapat  disebabkan  oleh  tingginya kandungan  senyawa
–  senyawa  polimer  didalam  minyak.  Senyawa  ini  terbentuk  dari  proses pemanasan pada suhu tinggi yang menyebabkan terjadinya polimerisasi thermal, maupun polimerisasi
oksidasi yang akan menghasilkan senyawa dengan bobot molekul yang tinggi dan cenderung memiliki viskositas  yang  tinggi.  Selain  itu  didalam  minyak  nyamplung  ini  terdapat  senyawa  resin  yang
mempengaruhi kekentalan minyak.
2.7 PINDAH PANAS HEAT TRANSFER
Perpindahan  panas  dapat  didefinisikan  sebagai  berpindahnya  energi  dari  suatu  daerah  ke daerah  lainya  sebagai  akibat  dari  perbedaan  suhu  antara  daerah-daerah  tersebut.  Perpindahan  panas
dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.
O O
R – C – OH      +      NaOH           R
– C – ONa    +    H
2
O
14
2.7.1 Konduksi
Jika  pada  suatu  benda  terdapat  gradien  suhu,  maka  akan  terjadi perpindahan  energi  dari bagian  bersuhu  tinggi  ke  bagian  bersuhu  rendah.  Konduksi  adalah  cara  perpindahan  panas
melalui  suatu  zat,  dimana  molekul-molekul  zat  tersebut  tidak  ikut  berpindah.  Karena  molekul- molekul zat yang dilewati energi panas secara konduksi tidak ikut berpindah, maka perpindahan
energi  panas  secara  konduksi  hanya  terjadi  pada  zat  padat.  Besarnya  energi  panas  per  satuan waktu  yang  melewati  penampang  benda  yang  dilewatinya  disebut  laju  aliran  panas  Kreith,
1973; Kamil; 1983. Laju aliran panas dapat diketahui melalui persamaan berikut:
Q = kA T1-T2  L 1
Dimana :    Q = Laju aliran panas Watt
K = Konduktivitas termal bahan Wm
o
C A     = Luas penampang bahan, diukur tegak lurus terhadap arah aliran
panas m
2
T1-T2   = Perbedaan Suhu
o
C L
= Panjang bahan m Dari  persamaan  tersebut  dapat  dilihat  bahwa  laju  aliran  panas  bertambah  apabila  nilai
konduktivitas suhu, luas penampang, angka  konduktivitas termal bahan bertambah dan panjang bahan berkurang.
Nilai  konduktivitas  termal  menunjukan  tingkat  kemudahn  suatu  bahan  dilewati  oleh energi panas. Bila nilai konduktivitas termal besar, bahan tersebut semakin mudah dilewati oleh
panas. Nilai konduktivitas termal juga dipengaruhi oleh suhu Kamil, 1983.
2.7.2 Konveksi
Konveksi  adalah  perpindahan  panas  yang  disertai  dengan  perpindahan  masaa  atau molekul  zat  yang  dipanaskan.  Umumnya  konveksi  hanya  terjadi  pada  zat  cair  ataupun  gas
fluida. Bila  perpindahan  massa  fluida  disebabkan  oleh  perbedaan  berat  jenis  fluida  karena
adanya perbedaan suhu, maka perpindahan panas ini dapat disebut konveksi alami. Namun bila perpindahan  massa  fluida  terjadi  karena  bantuan  suatu  alat  seperti  kipas,  blower,  kompresor,
ataupun pompa, maka perpindahan panas ini dinamakan konveksi paksa Kamil, 1983. Besarnya laju aliran panas konveksi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
Q = h A T1-T2 2
Dimana :   Q = Lajuran aliran panas Watt
H = Koefisien pindah panas konveksi Wm
o
C A
= Luas permukaan perpindahan panas konveksi m
2
T1-T2      =  Perbedaan  suhu  antara  permukaan  yang  dipanasi  dengan  suhu  fluida  di lokasi yang ditentukan, umumnya jauh dari permukaan
o
C
15
Nilai  koefisien  pindah  panas  konveksi  selalu  berbeda  untuk  setiap  titik  pada  fluida, namun  biasanya  digunakan  nilai  konveksi  pindah  panas  rata-rata  untuk  mempermudah
perhitungan. Karena perpindahan panas secara konveksi juga menyangkut gerakan massa fluida, maka konveksi tidak hanya tergantung pada sifat zatnya saja, namun juga tergantung pada sifat-
sifat aliran fluida Kamil, 1983.
2.7.3 Radiasi
Berbeda  dengan  perpindahan  panas  secara  konduksi  dan  konveksi,  dimana  perpindahan panas terjadi melalui perantara, perpindahan panas secara radiasi sama sekali tidak memerlukan
zat  perantara.  Sifat-sifat  perpindahan  panas  secara  radiasi  sama  dengan  sifat-sifat  gelombang elektromagnetik. Sebagai contoh adalah perpindahan panas dari matahari ke bumi Kamil, 1983.
Besarnya  laju  airan  panas  radiasi  yang  dipancarkan  oleh  suatu  permukaan  dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Q = Є σ A T
4
3 Dimana: Q
= laju aliran panas Watt Є
= Angka emisi permukaan yang meradiasikan panas dan merupakan ukuran kemampuan meradiasikan energi panas
Σ = Angka tetapan Stefan-Boltzman 5.67x10
-8
Wm
2
K
4
A = Luas Permukaan m
2
T = Suhu Permukaan yang bersangkutan
o
C
2.8 ALAT PENUKAR PANAS HEAT EXCHANGER
Heat Exchanger adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari suatu fluida ke fluida lainnya. Pada dasarnya alat penukar panas dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu
regenerator, alat penukar panas terbuka, dan alat penukar panas tertutup Kamil, 1983. Regenerator  adalah  alat  penukar  panas  dimana  terdapat  salah  satu  bagian  dari  alat  tersebut
yang berada dalam arus fluida pemanas dan fluida yang dipanaskan. Pada waktu bagian alat tersebut berada  dalam  arus  fluida  pemanas,  bagian  alat  tersebut  menyerap  energi  panas  dan  melepaskannya
sewaktu berada dalam arus fluida yang dipanaskan. Jenis  alat  penukar  panas  terbuka  merupakan  jenis  yang  paling  sederhana.  Alat  ini  memiliki
sebuah  wadah  dimana  fluida  yang  memiliki  suhu  lebih  tinggi  dan  fluida  yang  memiliki  suhu  lebih rendah  dicampur  secara  langsung.  Dalam  sistem  demikian  kedua  fluida  akan  mencapai  suhu  akhir
yang sama yang disebut suhu kesetimbangan sehingga jumlah panas yang berpindah dapat ditentukan dari  jumlah  panas  yang  hilang  dan  jumlah  panas  yang  diterima  oleh  fluida-fluida  tersebut  Kreith,
1973. Alat  penukar  panas  yang  umum  digunakan  adalah  alat  penukar  panas  tertutup,  dimana  suatu
fluida  terpisah  dari  fluida  lainnya  dipisahkan  oleh  suatu  dinding  atau  sekat  yang  dilalui  oleh  panas. Heat Exchanger jenis ini disebut rekuperator recuperator Holman, 1993.
Berdasarkan  konstruksinya,  alat  penukar  panas  dapat  dibedakan  menjadi  dua  jenis,  yaitu  tipe selubung  dengan  pipa  Shell  and  tube  Heat  Exchanger  dan  tipe  plat  plat  Heat  Exchanger.  Dari
kedua  tipe  ini,  alat  penukar  panas  dapat  digolongkan  lagi  berdasarkan  arah  alirannya.  Ketiga  jenis aliran  tersebut  adalah  aliran  searah  parallel  flow,  aliran  berlawanan  counter  flow,  dan  aliran
melintang cross flow Cengel, 2003.
16
Menurut  Cengel  2003,  dalam  analisis  pindah  panas  elemen  pemanas,  ada  beberapa  kondisi yang diasumsikan dan selalu dianggap seragam sepanjang waktu, yaitu:
1. Elemen  pemanas  beroperasi  dalam  jangka  waktu  yang  panjang  tanpa  ada  perubahan  kondisi
fisik. 2.
Laju aliran massa kedua fluida selalu konstan. 3.
Tidak ada perubahan dari sifat-sifat fluida. 4.
Permukaan luar elemen pemanas terinsulasi sempurna. Untuk  memudahkan  perhitungan,  kondisi  sebuah  sistem  biasanya  dianggap  ideal,  namun
karena  hal  itu  nilai  keakuratan  dalam  analisis  sederhana  elemen  pemanas  menjadi  berkurang. Berdasarkan  asumsi-asumsi  di  atas,  hukum  termodinamika  pertama  dapat  diterapkan  dalam
perhitungan ini: Q = m C T
out
-T
in
4 Dimana:
Q = Laju pindah panas Watt
m = Laju aliran massa kgs
C = Panas jenis kJkg °C
T = Suhu °C
Menurut Cengel 2003, laju pindah panas dalam elemen pemanas dapat mengacu pada hukum pendinginan Newton Newton
’s law of cooling: Q = U A ∆T
m
5 Dimana:
Q = Laju pindah panas Watt
U = Koefisien pindah panas keseluruhan
A = Luas area pindah panas mm
2
ΔTm   = Perbedaan suhu rata-rata antara kedua fluida °C Besarnya suhu antara kedua fluida bervariasi sepanjang elemen pemanas, maka untuk analisis
pindah  panas  ini  digunakan  perbedaan  suhu  rata-rata  logaritmik  Logarithmic  Mean  Temperature Difference
atau LMTD ΔT
lm
.
6
Dimana: ΔT
1
= T
in gas buang
– T
out minyak nyamplung
ΔT
2
= T
out gas buang
– T
in minyak nyamplung
17
Kebutuhan Analisis masalah, spesifikasi
produk, dan perancangan proyek
Perancangan konsep produk Perancangan Produk
Evaluasi produk hasil rancangan Dokumen untuk pembuatan produk
2.9 DESAIN PERANCANGAN