TANAMAN NYAMPLUNG TINJAUAN PUSTAKA

7 7menentukan mudahnya penyalaan ketika mesin dalam keadaan dingin tetapi juga menentukan jenis pembakaran yang diperoleh dari bahan bakar. Bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan memberikan mutu operasi mesin yang lebih halus, tidak bising, terutama akan lebih terlihat pada tingkat beban kerja yang ringan. j. Bilangan Centana Centane Number Mutu penyalaan diukur dengan indeks yang disebut Cetana. Mesin Diesel memerlukan bilangan centana sekitar 50. Bilangan centana bahan bakar adalah persentase volume dari cetana dalam campuran cetana dengan alpha-methyl naphthslene. Centana mempunyai mutu penyalaan yang sangat baik dan alpha-methyl naphthslene mempunyai mutu penyalaan yang kurang baik. Bilangan cetana 48 berarti bahan bakar cetana dengan campuran yang terdiri atas 48 cetana dan 52 alpha-metyl naphthalene.

2.2 TANAMAN NYAMPLUNG

Tanaman nyamplung Gambar 1 dapat ditemukan di Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Tumbuhan ini memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, seperti ‘bintangor’ di Malaysia, ‘hitaulo’ di Maluku, ‘nyamplung’ di Jawa, ‘bintangur’ di Sumatera, ‘poon’ di India, dan di Inggris dikenal dengan nama ‘Alexandrian lzaurel ’, ‘tamanu’, ‘pannay tree’, serta ‘sweet scented calophyllum’ Dweek dan Meadows, 2002. Taksonomi tanaman nyamplung menururt Hyene 1987 adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Bangsa : Guttiferales Suku : Guttiferae Marga : Calophyllum Jenis : Calophyllum inophyllum L. Nama umum : Nyamplung Gambar 2. Tanaman nyamplung Di Indonesia, nyamplung dapat ditemui hampir di seluruh daerah, terutama di daerah pesisir pantai, antara lain : Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Ujung kulon, Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Kawasan Wisata Batu Karas, Pantai Carita Banten, Pulau Yapen Jayapura, Biak, Nabire, Manokwari, Sorong, Fakfak wilayah Papua, Halmahera dan Ternate Maluku Utara, dan Taman Nasional Berbak Pantai Barat Sumatera. Luas areal tegakan tanaman nyamplung mencapai 528 ribu ha yang tersebar dari Sumatera sampai Papua Balitbang Kehutanan, 2008. Daerah penyebaran nyamplung diantaranya adalah 8 Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku dan NTT Tabel 3. Tabel 3. Potensi tegakan alami nyamplung di Indonesia No. Wilayah Luasan Lahan Potensial Budidaya Nyamplung ha Bertegakan Nyamplung Tanah Kosong dan Belukar Total 1 Sumatera 7 400 16 800 24 200 2 Jawa 2 200 3 400 5 600 3 Bali dan Nusa Tenggara 15 700 4 700 20 400 4 Kalimantan 10 100 19 200 29 300 5 Sulawesi 3 100 5 900 9 000 6 Maluku 8 400 9 700 18 100 7 Irian Jaya Barat 28 000 34 900 62 900 8 Papua 79 800 16 400 96 200 9 Seluruh Wilayah 177 100 107 100 284 200 Total 528.000 Sumber : Balitbang Kehutanan, 2008 Hutan nyamplung dikelola secara profesional oleh Perum Perhutani Unit I KPH Kedu Selatan Jawa Tengah dengan luas mencapai 196 ha. Nyamplung juga dikembangkan oleh masyarakat Cilacap khususnya di sekitar kecamatan Patimuan dan daerah Gunung Selok kecamatan KroyaAdipala. Mereka memanfaatkan kayu nyamplung untuk pembuatan perahu nelayan. Sejak tahun 2007, Dinas Kehutanan Perkebunan Kabupaten Cilacap telah menanam 135 ha di lahan TNI Angkatan Darat sepanjang pantai laut selatan, dan pada tahun 2008 direncanakan menanam tanaman nyamplung seluas 300 ha. Gambar 3. Buah A dan biji B nyamplung Buah nyamplung Gambar 3 memiliki biji yang berpotensi menghasilkan minyak nyamplung, terutama biji yang sudah tua. Kandungan minyaknya mencapai 50-70 basis kering dan mempunyai daya kerja dua kali lipat lebih lama dibandingkan minyak tanah. A B 9 Tabel 4. Kandungan biji nyamplung Kandungan Nilai Minyak 50-70 Abu 1,7 Protein kasar 6,2 Pati 0,34 Air 10,8 Hemiselulosa 19,4 Selulosa 6,1 Sumber : Kilham, 2003

2.3 MANFAAT NYAMPLUNG