Analisis Kadar β-Karoten Minyak Sawit Mentah dengan Metode Isolasi Limfosit Damayanthi et al. 2004

responden ini membuat mereka tidak mampu membeli sumber vitamin A yang beranekaragam selain buah-buahan dan sayuran yang harganya relatif murah seperti wortel, pepaya dan tomat. Gambar 13 Klasifikasi responden n = 34 berdasarkan pendapatan per keluarga bulan

4.1.6. Pengetahuan Responden tentang Sumber Vitamin A dan Minyak Sawit Mentah MSMn

Pengetahuan mengenai sumber dan penggunaan vitamin A perlu diketahui untuk dapat memperlihatkan bagaimana perilaku konsumsi responden terhadap sumber vitamin A sebelum program berjalan. Informasi mengenai hal tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner 1 Lampiran 6. Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebanyak 54 responden 77,1 mengetahui tentang sumber vitamin A. Secara umum sumber vitamin A yang responden ketahui adalah wortel. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang sumber vitamin A hanya berasal dari wortel saja, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian informasi mengenai sumber-sumber vitamin A alami lainnya, yaitu minyak sawit mentah, melalui sosialisasi dan diskusi pada saat monitoring dan pertemuan massal. Pengenalan dan pengetahuan responden tentang minyak sawit ditanyakan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah masa intervensi selama 2 bulan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan responden mengenai minyak sawit dan produk-produknya. , , , rb ‐ rb ‐ rb ‐ rb rb Jumlah Keluarga Gambar 14 Pengetahuan responden tentang minyak sawit sebelum dan sesudah penyuluhan pada masa intervensi Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengetahui tentang minyak sawit dan produknya semakin meningkat setelah dilakukan penyuluhan selama masa intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua responden mampu menyerap pengetahuan atau informasi yang diberikan tentang produk minyak sawit yang berupa MSMn dan MSM serta manfaat kesehatan yang dimiliki oleh produk tersebut. Penyuluhan yang dilakukan berhasil memperkenalkan minyak sawit mentah yang merupakan sumber provitamin A alami sehingga informasi tersebut dapat semakin dikenal oleh masyarakat.

4.1.7. Kondisi Kesehatan Responden

Kondisi kesehatan responden ditanyakan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah masa intervensi. Informasi mengenai kesehatan responden didapatkan berdasarkan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada di kuesioner 1 Lampiran 6 dan kuesioner 5 Lampiran 10. Berdasarkan hasil pengamatan secara subjektif di lapangan, tempat tinggal responden dekat dengan tempat pembuangan sampah serta kondisi sarana MCK mandi, cuci dan kakus yang mereka miliki masih memprihatinkan sehingga kemungkinan besar responden terpapar oleh cemaran yang dapat mengganggu kesehatan mereka. Namun berdasarkan hasil wawancara, responden mengakui bahwa kondisi kesehatan mereka cukup baik. Seluruh responden tidak ada yang menderita penyakit menahun dan penyakit berat lainnya. Penyakit yang paling 100 94,29 100 98,57 98,57 100 62,86 40 20 40 60 80 100 120 Melihat mengetahui pohon kelapa sawit Mengenal CPO Mengenal produk minyak sawit Mengetahui Minyak Sawit Merah MSM Mengetahui manfaat MSM Pernah mencoba MSM Sebelum penyuluhan Program SawitA Sesudah penyuluhan Program SawitA sering dialami oleh responden adalah gangguan ISPA batuk, pilek dan asma, yang diderita oleh 15 orang responden. Setelah masa intervensi dengan minyak sawit mentah selama 2 bulan, responden mengakui bahwa kondisi kesehatan yang mereka rasakan meningkat menjadi baik. Ada beberapa responden yang mengatakan pada awalnya mereka sering mengalami gangguan ISPA, dan setelah mengonsumsi minyak sawit mentah, responden merasakan frekuensi gangguan ISPAnya menjadi berkurang. Perbaikan kesehatan secara umum dapat dilihat dari perubahan nafsu makan, kesehatan tubuh dan penglihatan yang dirasakan oleh responden sesudah konsumsi minyak sawit mentah. Gambar 15 Perubahan status kesehatan responden n = 70 sesudah konsumsi minyak sawit mentah Sebanyak 90 responden menyatakan bahwa nafsu makan yang mereka rasakan meningkat, 88,6 responden menyatakan kesehatan tubuh terasa lebih baik dan 67,1 responden menyatakan penglihatan terasa lebih baik Gambar 15. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kesehatan responden meningkat menjadi lebih baik seiring dengan waktu pengkonsumsian minyak sawit mentah.

4.2. Kadar

β-karoten dalam Minyak Sawit Mentah Analisis kadar β-karoten minyak sawit mentah dilakukan dengan menggunakan metode HPLC High Performace Liquid Chromatography. Teknik HPLC merupakan suatu teknik kromatografi cair-cair yang dapat digunakan untuk keperluan pemisahan dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik , , , , Nafsu makan Kesehatan tubuh Penglihatan Jumlah Re sponde n Terasa lebih baik Tidak ada perubahan HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar. Kromatogram β–karoten standar hasil pembacaan dengan HPLC dapat dilihat pada Lampiran 15. Dari kurva standar β-karoten pada Lampiran 16 diperoleh persamaan y = 6144x + 19859 dengan koefisien korelasi R 2 = 0,9999. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan hasil yang mendekati nilai 1. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang proporsional antara luas area dengan konsentrasi larutan standar yang diukur. Nilai koefisien korelasi merupakan indikator kualitas dari parameter linieritas yang menggambarkan proporsionalitas respon analitik luas area terhadap konsentrasi yang diukur. Tabel 6 Perhitungan kadar β–karoten pada minyak sawit mentah Ulangan Berat Sampel g Faktor Pengenceran Luas area MAUS ppm dari kurva [ β-karoten] µgg sampel 1 1,0837 1 4444373 720,10 664,4828 2 1,1089 1 4409536 714,46 644,2961 3 1,0465 1 4416018 715,51 683,7171 Rata-Rata 664,1653 Pengukuran sampel diulang sebanyak 3 kali, dan didapatkan hasil analisis kadar β-karoten minyak sawit mentah sebesar 664,17 ppm Tabel 6. Hal ini sesuai dengan Stuijvenberg dan Benade 2000 yang menyatakan bahwa kandungan karotenoid minyak sawit mentah CPO antara 500-700 ppm, dimana kandungan terbesarnya merupakan β-karoten yang berperan sebagai provitamin A. Karoten dalam minyak sawit mentah terdapat dalam bentuk bebas, sedangkan di dalam sayuran dan buah-buahan, karoten biasanya membentuk kompleks dengan protein atau teresterifikasi dengan asam lemak sehingga karoten di dalam minyak sawit mentah lebih mudah diserap oleh tubuh Combs 1992.

4.3. Intervensi Responden dengan Minyak Sawit Mentah

Intervensi responden dilakukan selama 2 bulan 60 hari dengan membagikan minyak sawit mentah setiap seminggu satu kali. Untuk mendukung kegiatan program, dilakukan pertemuan massal sebanyak 3 kali, yaitu di awal program, setelah 1 bulan program berjalan dan di akhir program. Pertemuan massal pertama bertujuan untuk pengenalan dan sosialisasi program, pengetahuan umum tentang vitamin A dan minyak sawit mentah, pengenalan produk dan cara penggunaan produk. Pertemuan massal kedua bertujuan untuk mengetahui progress penggunaan produk oleh responden, pemberian materi yang lebih mendalam tentang vitamin A dan minyak sawit mentah. Pertemuan massal ketiga dilakukan untuk evaluasi program dan mengajak responden untuk terus mengonsumsi minyak sawit mentah serta diadakan lomba memasak dan pemberian kuis seputar pengetahuan vitamin A dan minyak sawit mentah sebagai apresiasi keikutsertaan responden selama masa intervensi. Pemakaian minyak sawit mentah oleh responden dikontrol dengan cara melakukan monitoring, yaitu mengunjungi rumah-rumah responden secara langsung setiap seminggu sekali dan melakukan pengecekan isi volume botol minyak sawit mentah. Peranan kader desa sangat penting terutama dalam membantu fasilitator untuk melakukan monitoring responden sehari-hari, karena tempat tinggal kader yang berdekatan dengan tempat tinggal responden sehingga kader dapat berinteraksi dan mengingatkan responden untuk terus mengonsumsi minyak sawit mentah setiap hari. Dari hasil monitoring selama masa intervensi, diperolah hasil bahwa 78,6 responden selalu mengonsumsi MSMn secara rutin, 20 responden pernah tidak mengonsumsi MSMn karena lupa dan 1,4 responden kadang-kadang tidak mengonsumsi MSMn. Responden yang kadang- kadang tidak mengonsumsi MSMn beralasan bahwa terkadang mereka tidak memasak sehingga tidak menggunakan MSMn. Frekuensi konsumsi MSMn oleh responden yang lupa lebih banyak bila dibandingkan dengan frekuensi konsumsi MSMn oleh responden yang kadang-kadang tidak mengonsumsi karena tidak memasak. Selama masa intervensi 2 bulan, jumlah total MSMn yang dibagikan kepada 70 orang responden adalah sebanyak 85 botol 140 ml. Jika dirata-rata maka masing-masing responden mendapatkan 1,21 botol MSMn, sehingga diperkirakan responden mengonsumsi MSMn sebanyak 2,83 ml hari atau setara dengan 1879,6 µg ekuivalen vitamin A per hari. Jumlah MSMn yang dikonsumsi tersebut dapat memenuhi kebutuhan vitamin A responden per harinya. Menurut Choo 1997, kandungan β-karoten di dalam minyak sawit mentah adalah 400 –