Lampiran 2. Brosur Program SawitA
Lampiran 3. Komik edukasi Program SawitA
Lampiran 4. Surat persetujuan informed consent Program SawitA
SURAT PERSETUJUAN INFORMED CONSENT
PROGRAM SawitA
PEMANFAATAN PROVITAMIN A MINYAK SAWIT MERAH UNTUK MENGATASI
KEKURANGAN VITAMIN A DI INDONESIA PROGRAM COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
AGRIBUSINESS FOOD PT SMART TBL DAN EKA TJIPTA FOUNDATION PELAKSANA
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR BEKERJASAMA DENGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR
Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama
: Umur
: Pekerjaan
: Asal Desa
: Menyatakan telah mendapatkan penjelasan dan informasi tentang Program SawitA
beserta produknya. Saya telah mengetahui dan mencoba produk tersebut. Oleh karenanya, saya BERSEDIA menjadi RESPONDEN dalam pelaksanaan Program SawitA sesuai
prosedur dan jadwal terlampir. Bogor,
2011 Responden,
................................................
Lampiran 5. Surat persetujuan informed consent pengambilan darah
SURAT PERSETUJUAN INFORMED CONSENT
PROGRAM SawitA PEMANFAATAN PROVITAMIN A MINYAK SAWIT MERAH UNTUK
MENGATASI KEKURANGAN VITAMIN A DI INDONESIA
PROGRAM COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY AGRIBUSINESS FOOD PT SMART TBK DAN EKA TJIPTA FOUNDATION
PELAKSANA FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BEKERJASAMA DENGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR
Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama :
Umur :
Pekerjaan : Asal desa
: menyatakan telah mendapatkan penjelasan dan informasi tentang Program SawitA
beserta produknya. Saya telah mengetahui dan mencoba produk tersebut, termasuk bersedia untuk diambil darah sebagai bagian dari prosedur Program
SawitA. Saya juga menyadari bahwa darah saya yang diambil hanya untuk digunakan sebagai bahan penelitian para mahasiswa dan untuk mengetahui
manfaat konsumsi produk SawitA terhadap kesehatan. Saya akan mendapat informasi seutuhnya dari hasil analisis darah saya tersebut. Oleh karenanya, saya
BERSEDIA menjadi RESPONDEN dalam pelaksanaan Program SawitA sesuai prosedur dan jadwal terlampir.
Bogor, 2011 Responden,
………………………………………………
Lampiran 6. Kuesioner 1 Biodata responden dan keluarga
Lampiran 7. Kuesioner 2 Respon awal setelah ± 4 hari konsumsi
Lampiran 8. Kuesioner 3 Respon setelah konsumsi 2 minggu
Lampiran 9. Kuesioner 4 Respon setelah konsumsi 1 bulan
Lampiran 10. Kuesioner 5 Respon setelah konsumsi 2 bulan
Lampiran 11. Data Responden
Kode Nama Umur Tekanan
Darah Berat
Badan Alamat
1 Tinah
38 Th 12080
59 RT 1, RW 2. Babakan
2 Nia
37 Th 12080
50 RT 3, Rw 2, babakan
3 Fatimah
40 Th 13080
56 RT 1, RW 2. Babakan
4 Atikah
42 Th 10070
65 RT 2, RW 6, Babakan
5 Cacih
40 Th 12080
45 RT 1, RW 2, Babakan
6 Sunarsih
40 Th 14080
70 RT 1, RW 2, Babakan
7 Yeni
32 Th 11070
48 RT 2, RW 6, Babakan
8 Yayah
39 Th 11070
62 RT 1, RW 2, Babakan
9 Sopiah
40 Th 13080
81 RT 1, RW 2, Babakan
10 Maryamah
40 Th 13080
51 RT 1, RW 2, Babakan
11 Santi
30 Th 12080
70 RT 2, RW 6, Babakan
12 Lilis
41 Th 13090
69 RT 1, RW 3, Dramaga
13 IkaAtikah
33 Th 11080
68 RT 1, RW 3, Dramaga
14 Zubaedah
43 Th 11070
60 RT 2, RW 3, Dramaga
15 Sri Mulyani
36 Th 10070
57 RT 2, RW 3, Dramaga
16 SumarniMarni
28 Th 10070
52 RT 2, RW 3, Dramaga
17 Titin
37 Th 13090
63 RT 1, RW 1, Dramaga
18 Susi
39 Th 11070
44 RT 1, RW 1, Dramaga
19 Nurjanah
41 Th 10070
65 RT 2, RW 2, Dramaga
20 Umiyana
44 Th 13090
62 RT 3, RW 1, Dramaga
21 Mintarsi
34 Th 12080
45 RT 3, RW 1, Dramaga
22 Ismayanti
41 Th 14090
42 RT 2, RW 2, Dramaga
23 Wanipah 32
Th RT 1, RW 3, Dramaga
24 Irfan Maulana
5 Th RT 1, RW 3, Dramaga
25 Adi Wikarya
42 Th RT 1, RW 3, Dramaga
26 Agus 34
Th RT 1, RW 3, Dramaga
27 Nurma 32
Th RT 1, RW 3, Dramaga
28 Nurbaiti
35 Th RT 1, RW 3, Dramaga
29 Dita Maudina
4 Th RT 1, RW 3, Dramaga
30 Putri Maudina
2,5 Th RT 1, RW 3, Dramaga
31 Sumarni
29 Th RT 1, RW 3, Dramaga
32 Raifan Septian
2,5 Th RT 1, RW 3, Dramaga
33 Iya S.
52 Th RT 1, RW 3, Dramaga
34 Ahyanah
52 Th RT 1, RW 3, Dramaga
35 Asep 37
Th RT 1, RW 3, Dramaga
36 Nani Suharti
30 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 37
Zulfa 4 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 38
Dede Engkan 32 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 39 Haerudin
49 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 40
Fristia Yunita 18 Th
RT 1, RW 3, Dramaga
Kode Nama Umur Tekanan
Darah Berat
Badan Alamat
41 Hera Widianti 21
Th RT 1, RW 3, Dramaga
42 Kiki 16
Th RT 1, RW 3, Dramaga
43 Warsih
42 Th RT 1, RW 3, Dramaga
44 Isrop
36 Th RT 1, RW 3, Dramaga
45 Nurjanah 37
Th RT 1, RW 3, Dramaga
46 Kaliri
56 Th RT 1, RW 3, Dramaga
47 Ade K.
17 Th RT 1, RW 3, Dramaga
48 Adi Zakaria
19 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 49
Lastini 49 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 50
M. Erik 28 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 51 Heni
26 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 52
M. Nur 58 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 53
Otih 54 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 54 Opik
24 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 55
Julianti 21 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 56
Suhendi 53 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 57
Umi Rohmah 44 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 58
Hesti S. 28 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 59
M. Dias S. 8 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 60
Tiara Lestari 3 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 61
Saepuloh 35 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 62
Wati 55 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 63 Obing
70 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 64
Martina 25 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 65
Ruskiawan 18 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 66 Een
45 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 67
Wina 28 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 68
Salma 5,7 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 69 Radit
2,5 Th
RT 1, RW 3, Dramaga 70
Udiana 40 Th
RT 1, RW 3, Dramaga
Keterangan: Responden ke-1 sampai 16 merupakan responden yang diambil darah
Lampiran 12. Perhitungan kadar protein limfosit
Desa Responden
ke- Absorban
sampel sebelum konsumsi
Kadar Protein
ppm Absorban
sampel sesudah konsumsi
Kadar protein
ppm
BABAKAN 1 0,195
278,29 0,208
296,86 2 0,386
551,14 0,101
144 3 0,569
812,57 0,686
979,71 4 0,728
1039,71 0,266
379,71 5 0,394
562,57 0,438
625,43 6 0,452
645,43 1,170
1671,14 7 0,744
1062,57 0,343
489,71 8 0,633
904 0,758
1082,57 9 0,659
941,14 0,760
1085,43 10 0,659
941,14 0,580
828,29 11 0,754
1076,86 0,350
499,71
DRAM AGA
12 0,297 424
0,126 179,71
13 0,099 141,14
0,070 99,71
14 0,050 71,143
0,382 345,43
15 0,063 89,71
0,149 212,57
16 0,147 209,71
0,139 198,29
Dari kurva standar protein diperoleh persamaan:
y = 0,0007x + 0,0002
, ,
Diketahui: y = absorban sampel yang terbaca pada spektrofotometri
x = kadar protein limfosit
Contoh perhitungan: untuk LB1
→
, ,
, ,
,
, ppm
untuk LY1 →
, ,
, ,
,
, ppm
untuk LD1 →
, ,
, ,
,
ppm
untuk LX1 →
, ,
, ,
,
, ppm
Lampiran 13. Perhitungan jumlah volume suspensi limfosit untuk coating Desa
Responden ke-
Volume yang diambil µl pada sampel
sebelum konsumsi Volume yang diambil µl
pada sampel sesudah konsumsi
BABAKAN
1 180 168
2 91 347
3 62 51
4 48 132
5 89 80
6 30 78
7 47 102
8 56 46
9 53 46
10 53 61
11 47 100
DRAMAG A
12 118 278
13 354 502
14 703 92
15 558 235
16 477 252
Konversi satuan →
Contoh perhitungan: untuk LB1
→ ,
→
,
, ml
μl untuk LY1
→ ,
→
,
, ml
μl untuk LD1
→ →
, ml
μl untuk LX1
→ ,
→
,
, ml
μl
Lampiran 14. Hasil pembacaan absorbansi protein CD4 dan CD8 pada ELISA reader
1. Kadar protein CD4
Desa Responden
ke- Absorban sampel
sebelum konsumsi Absorban sampel
sesudah konsumsi Keterangan
BABAKAN
1 0,078 0,105
Naik
2 0,098 0,081
Turun
3 0,109 0,179
Naik
4 0,113 0,096
Turun
5 0,086 0,131
Naik
6 0,099 0,106
Naik
7 0,101 0,123
Naik
8 0,081 0,109
Naik
9 0,103 0,218
Naik
10 0,109 0,087
Turun
11 0,115 0,146
Naik
DRAMAG A
12 0,088 0,100
Naik
13 0,087 0,095
Naik
14 0,084 0,091
Naik
15 0,100 0,119
Naik
16 0,079 0,094
Naik
2. Kadar protein CD8
Desa Responden
ke- Absorban sampel
sebelum konsumsi Absorban sampel
sesudah konsumsi Keterangan
BABAKAN
1 0,072 0,071
Tetap
2 0,076 0,070
Turun
3 0,080 0,085
Naik
4 0,083 0,074
Turun
5 0,070 0,070
Tetap
6 0,072 0,079
Naik
7 0,081 0,086
Naik
8 0,069 0,076
Naik
9 0,078 0,079
Tetap
10 0,076 0,077
Tetap
11 0,094 0,100
Naik
DRAMAG A
12 0,081 0,087
Naik
13 0,074 0,081
Naik
14 0,071 0,076
Naik
15 0,095 0,082
Turun
16 0,071 0,075
Naik
Lampiran 15. Kromatogram β–karoten standar
Lampiran 16. Kurva standar β–karoten
ABSTRACT
WARYATI. Crude Palm Oil Consumption Improved CD4 and CD8 Protein Level in Housewife Lymphocytes at Dramaga and Babakan Villages, Kecamatan
Dramaga Bogor.
Under direction of FRANSISKA R. ZAKARIA and ENDANG PRANGDIMURTI
Vitamin A deficiency is one of the most serious health problem in Indonesia. Crude palm oil CPO contains high carotenoid, such as β–carotene, as
a source of provitamin A. However, its use in Indonesia does not exist. Socialization and distribution can increase application of CPO. Palm oil has been
reported to improve health. β–carotene as a provitamin A can modulate immune functions, enhance cell proliferation and play role as an anticancer. CD4 is a
marker protein on T helper Th cells while CD8 is a marker protein on T cytotoxic Tc cells. Increasing level of CD4 and CD8 protein is expected to
increase immune responses. 70 respondents were given CPO freely for 2 months with one bottle of CPO containing 140 ml per week and then lymphocyte from 16
healthy housewife respondents were analyzed by using Bradford and ELISA method. Respondents acceptance to CPO was observed. Lymphocyte analyzed
showed that most of respondents had increasing level of CD4 protein from 0.095 to 0.117 and CD8 protein from 0.078 to 0.079. This research shows that CPO
consumption can increase the level of CD4 and CD8 proteins and also can be used as an alternative source of provitamin A for tackling vitamin A deficiency
problem. In addition, respondents can accept CPO as a new product very well because it can increase respondents’s health.
Keyword: CPO,
β-carotene, CD4, CD8
RINGKASAN
WARYATI. Konsumsi Minyak Sawit Mentah Meningkatkan Kadar Protein CD4 dan CD8 Limfosit Ibu Usia Produktif di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan
Dramaga Bogor. Dibimbing oleh FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA dan ENDANG PRANGDIMURTI
Kekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan
mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko mengkhawatirkan. Beta karoten merupakan sumber provitamin A. Sumber
β-karoten terutama ada pada sayuran dan buah-buahan, termasuk CPO crude palm oil atau minyak sawit mentah
MSMn. MSMn memiliki kandungan β-karoten yang sangat tinggi, yang ditandai
dengan warnanya yang sangat merah. Namun sayangnya dalam proses dekolorisasi bleaching untuk pembuatan minyak goreng,
β-karoten akan dihancurkan sehingga diperoleh minyak goreng berwarna kuning jernih.
Beta karoten merupakan prekursor dari vitamin A, diketahui dapat memberikan perlindungan untuk mencegah penyakit, berperan sebagai modulator
dalam fungsi selular, proliferasi sel serta fungsi imun lainnya. CD4 dan CD8 merupakan jenis protein imun. CD4 merupakan protein penanda yang dimiliki
oleh sel Th T helper, sedangkan CD8 merupakan protein penanda yang dimiliki oleh sel Tc T cytotoxic. Peningkatan jumlah protein CD4 dan CD8 akan
meningkatkan respon imun dalam tubuh.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dari serangkaian Program SawitA. Program SawitA merupakan suatu program bantuan yang berupaya untuk
mengatasi kekurangan vitamin A pada masyarakat prasejahtera di Kecamatan Dramaga Bogor dengan menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit mentah.
Program SawitA adalah program kerjasama antara PT. Smart Tbk dengan Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memonitoring dan mengevaluasi Program SawitA, mengetahui tingkat penerimaan responden
terhadap minyak sawit mentah dan pengaruh konsumsi minyak sawit mentah bagi kesehatan responden. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui
kadar protein CD4 dan CD8 dalam limfosit responden sebelum dan sesudah konsumsi minyak sawit mentah.
Penelitian ini dilakukan dalam 5 tahap, yaitu analisis kadar β–karoten minyak sawit mentah, intervensi responden dan pengambilan darah, isolasi
limfosit, analisis kadar protein limfosit, serta analisis kadar protein CD4 dan CD8 limfosit. Untuk tahapan intervensi responden meliputi sosialisasi, distribusi
MSMn, monitoring dan evaluasi. Sebanyak 70 orang responden yang berasal dari keluarga prasejahtera dianalisis tingkat penerimaannya terhadap minyak sawit
mentah dan sebanyak 16 orang responden diantaranya diambil darahnya untuk dianalisis protein CD4 dan CD8.
Responden terpilih sebanyak 70 orang yang berasal dari 34 keluarga prasejahtera di Desa Dramaga RW 01-03 dan Babakan RW 02 dan 06. Responden
terdiri dari pria sebanyak 22 orang dan wanita sebanyak 48 orang. Mayoritas
responden berusia dewasa, yaitu sebesar 77 dengan tingkat pendidikan SD 40, SMA 33 dan SMP 13. Sebagian besar responden mengelompok
pada jenis pekerjaan ibu rumah tangga IRT sebesar 47,14 dan tidak bekerja sebesar 21,43.
Kadar β-karoten minyak sawit mentah yang dibagikan kepada responden
adalah sebesar 664,17 ppm. Dari hasil intervensi pada 70 orang responden yang terlibat dalam penelitian ini, dapat menerima dengan baik produk minyak sawit
mentah. Pengetahuan responden mengenai sumber vitamin A dan minyak sawit meningkat selama program berlangsung. Responden bersedia untuk tetap
melanjutkan konsumsi minyak sawit mentah walaupun masa intervensi sudah berakhir, karena responden dapat merasakan manfaat kesehatan setelah
mengkonsumsi minyak sawit mentah
Konsumsi minyak sawit mentah selama 2 bulan dapat meningkatkan rata- rata kadar protein CD4 limfosit dari 0,095 menjadi 0,117 dan dapat meningkatkan
rata-rata kadar protein CD8 limfosit dari 0,078 menjadi 0,079. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit mentah dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan pangan yang dapat meningkatkan imunitas karena memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi, dan dapat dijadikan sebagai alternatif sumber
vitamin A alami selain buah-buahan dan sayuran.
. Kata kunci: MSMn, CPO,
β-karoten, CD4, CD8
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan
mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko mengkhawatirkan Siswanto 2007. Indonesia termasuk salah satu negara yang mempunyai prevalensi tertinggi
terhadap avitaminosis bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya Astuti 2008.
Beta-karoten merupakan sumber vitamin A. Di dalam tubuh, β-karoten
akan diubah menjadi 2 unit retinol atau vitamin A oleh enzim dioksigenase. Sumber
β-karoten terutama ada pada sayuran dan buah-buahan, termasuk CPO crude palm oil. Berdasarkan SNI 01-2901-2006 istilah CPO disebut sebagai
minyak kelapa sawit mentah atau minyak sawit mentah MSMn. MSMn merupakan hasil ekstraksi dari buah sawit. MSMn memiliki kandungan
β-karoten yang sangat tinggi, yaitu 15 kali kandungan
β-karoten pada wortel Scrimshaw 2000. MSMn mengandung pigmen karotenoid sebanyak 500-700 ppm, dimana
sekitar 50-nya adalah β-karoten Stuijvenberg dan Benade 2000. Namun
sayangnya dalam proses dekolorisasi bleaching untuk pembuatan minyak goreng,
β-karoten akan dihancurkan sehingga diperoleh minyak goreng yang berwarna kuning jernih.
Produksi MSMn di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 20 juta ton Kemenperin 2011. Jika kadar
β-karoten yang terkandung dalam MSMn sebesar 550 ppm, maka
β-karoten yang dihancurkan dalam proses dekolorisasi minyak sawit per tahunnya adalah sebanyak 11.000 ton. Jumlah tersebut dapat memenuhi
kebutuhan vitamin A orang dewasa sebanyak 33.485.540.330 orang hari selama setahun atau sebanyak 75.342.465.750 orang anak hari selama setahun. Di
Indonesia, pemanfaatan β-karoten yang terkandung dalam minyak sawit belum
dilakukan secara optimal, padahal di Malaysia sudah ada produk minyak sawit merah yang diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan vitamin A
masyarakatnya. Penggunaan minyak sawit merah untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A telah dilakukan di negara Afrika Selatan, sub-sahara
Afrika, Brazil, Malaysia, dan India Stuijvenberg et al. 2001; Zeba et al. 2006; Nestel dan Nalubola 2003
Penelitian yang mengkaji manfaat β-karoten sudah banyak dilakukan dan
secara umum memberikan hasil yang positif bagi kesehatan tubuh, terutama untuk meningkatkan kekebalan sistem imun tubuh. Menurut Petro et al. 1981,
β- karoten mempunyai peranan penting dalam mencegah kanker. Beberapa penelitian
yang telah dilakukan oleh Prabhala et al. 1991 menunjukkan bahwa β-karoten
mampu memodulasi fungsi imun pada hewan dan manusia, baik secara in vitro maupun in vivo. Pemberian
β-karoten dosis tinggi secara oral dapat meningkatkan jumlah limfosit penanda CD4 Alexander et al. 1985. Karotenoid seperti likopen
dan β-karoten telah terbukti dapat meningkatkan respon imun yang dimediasi oleh
sel cell-mediated immune response Hughes 1999. Garcia et al. 2003 telah melakukan penelitian tentang pemberian suplemen
β-karoten kepada beberapa responden, dan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan jumlah CD8 pada hari
ke-7 dan ke-8 bila dibandingkan dengan kontrolnya. β-karoten merupakan prekursor dari vitamin A, atau disebut dengan
provitamin A Sundram et al. 2003, diketahui dapat memberikan perlindungan untuk melawan penyakit, berperan sebagai modulator dalam proses fungsi selular
Rooyen et al. 2008. Suplementasi β-karoten dapat meningkatkan aktivitas imun
pada remaja dan dapat mereduksi resiko adenoma saat dikombinasikan dengan retinol palmitat sebagai vitamin A Scott et al. 2004.
CD4 merupakan protein penanda pada sel Th T helper, sedangkan CD8 merupakan protein penanda pada sel Tc T cytotoxic. Sel Th berfungsi untuk
aktivasi makrofag dan produksi antibodi sedangkan sel Tc berfungsi untuk membunuh sel-sel termutasi sel kanker dan tumor dan sel yang terinfeksi oleh
virus. Penelitian yang mengkaji tentang protein CD4 dan CD8 telah banyak dilakukan, namun lebih banyak menggunakan
β-karoten dalam bentuk suplemen, belum ada yang memanfaatkan konsumsi langsung
β-karoten yang terkandung dalam MSMn. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan memanfaatkan
β-karoten yang tersedia secara melimpah dalam MSMn yang selama ini disia-siakan.
Konsumsi MSMn akan dilihat pengaruhnya terhadap kadar CD4 dan CD 8 jenis protein imun dalam limfosit responden ibu usia produktif.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dari serangkaian Program SawitA. Program SawitA merupakan suatu program terapan yang berupaya untuk
mengatasi kekurangan vitamin A di Indonesia dengan menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit mentah. Program SawitA adalah program kerjasama antara
PT. Smart Tbk. dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten
Bogor.
1.2. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memonitoring dan mengevaluasi Program SawitA, mengetahui tingkat penerimaan masyarakat
responden terhadap minyak sawit mentah serta pengaruh konsumsi minyak sawit mentah bagi kesehatan responden. Sedangkan tujuan khususnya adalah
untuk mengetahui kadar protein CD4 dan CD8 dalam limfosit responden sebelum dan sesudah konsumsi minyak sawit mentah.
1.3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dan pihak terkait untuk optimalisasi aplikasi minyak sawit mentah, terutama aplikasinya sebagai sumber
provitamin A alami. Selain itu, dapat memperkenalkan minyak sawit mentah kepada masyarakat dan memberikan informasi tentang manfaat yang terkandung
di dalam minyak sawit mentah.
1.4. Hipotesis
Minyak sawit mentah dapat diterima dengan baik oleh responden dan dapat meningkatkan status kesehatan responden. Selain itu, dengan mengonsumsi
minyak sawit mentah dapat meningkatkan kadar protein CD4 dan CD8 di dalam limfosit responden
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minyak Sawit Mentah
CPO crude palm oil atau lebih dikenal dengan minyak sawit mentah MSMn diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit SNI 2006. MSMn
didapatkan setelah melalui beberapa tahapan proses, yaitu perebusan, perontokan, pelumatan, ekstraksi dan purifikasi Yuliawan 1997. Proses perebusan buah sawit
bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzim lipase, memudahkan pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang serta memperlunak buah sawit sehingga
dapat memudahkan proses ekstraksi. Buah yang sudah direbus kemudian dirontokkan dari tandannya dan dipisahkan bagian intinya. Selanjutnya dilakukan
pelumatan untuk memudahkan proses ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam cara, diantaranya dengan pengepresan mekanik, ekstraksi dengan
pelarut ataupun menggunakan Supercritical Fluid Extraction Muchtadi 1992. Tahapan selanjutnya yaitu dilakukan purifikasi atau pemurnian yang bertujan
untuk memisahkan minyak sawit dari bahan-bahan pengotor sisa tandan, air atau pasir Yuliawan 1997.
Minyak sawit mentah terdiri dari komponen trigliserida, digliserida, monogliserida, asam lemak bebas, dan komponen minor. Trigliserida merupakan
komponen yang terdapat dalam jumlah besar pada minyak sawit, yaitu sekitar 95. Trigliserida dalam minyak sawit mengandung asam lemak jenuh dan tidak
jenuh dengan komposisi yang berimbang. Asam lemak jenuh meliputi asam laurat C12:0, asam miristat C14:0, asam palmitat C16:0, dan asam stearat C18:0,
sedangkan asam lemak tidak jenuhnya meliputi asam oleat C18:1, asam linoleat C18:2, dan asam linolenat C18:3. Pada Tabel 1 dapat dilihat komposisi asam
lemak yang terdapat dalam CPO. Asam lemak dalam minyak sawit juga dapat dibedakan menjadi asam lemak esensial dan asam lemak non-esensial. Asam
lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat disintesis dalam tubuh, yakni linoleat omega-6 dan linolenat omega-3, sedangkan asam lemak yang dapat
disintesis oleh tubuh disebut asam lemak non-esensial. Dengan demikian, minyak sawit didominasi oleh asam lemak non-esensial dan hanya mengandung asam
lemak esensial dalam jumlah kecil Sundram et al. 2003.
Tabel 1 Komposisi asam lemak MSMn
Asam Lemak Atom C
Komposisi
Asam laurat C12:0
0-1 Asam miristat
C14:0 0,9-1,5
Asam palmitat C16:0
39,2-45,8 Asam palmitoleat
C16:1 0-0,4
Asam stearat C18:0
3,7-5,1 Asam oleat
C18:1 37,4-44,1
Asam linoleat C18:2
8,7-12,5 Asam linolenat
C18:3 0-0,6
Asam arakidat C20:0
0-0,4 Sumber: Sundram et al. 2003
Menurut Ketaren 2005, wujud minyak dan lemak tergantung komposisi asam lemak penyusunnya. Minyak yang berwujud padat pada suhu kamar karena
banyak mengandung asam lemak jenuh, misalnya asam palmitat dan stearat yang mempunyai titik cair tinggi pada suhu kamar. Minyak kelapa sawit adalah lemak
semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Kandungan asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit mentah lebih tahan terhadap oksidasi
ketengikan bila dibandingkan dengan jenis minyak yang lain. Komponen non-gliserida yang terkandung di dalam minyak sawit
diantaranya asam lemak bebas, cemaran logam, air, dan komponen minor. Kandungan komponen minor dalam minyak sawit mentah sebesar ± 1 .
Komponen minor tersebut diantaranya karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipid, skualen dan tripterpenil dan hidrokarbon alifatik Nagendran et al.
2000. Komponen minor senyawa-senyawa yang terkandung dalam CPO dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Komponen minor pada MSMn
Komponen Konsentrasi ppm
Karotenoid 500-700 Tokoferol dan tokotrienol
600-1000 Sterol 326-527
Fosfolipid 5-130 Triterpen alkohol
40-80 Metil sterol
40-80 Skualen 200-500
Alkohol alifatik 100-200
Hidrokarbon alifatik 50
Sumber: Choo et al. 1994
Minyak sawit mentah mempunyai kandungan β-karoten 15 kali dari wortel
dan 44 kali dari sayuran Scrimshaw 2000. Minyak sawit mentah mengandung pigmen karotenoid 500-700 ppm dimana sekitar 50 adalah
β-karoten Stuijvenberg dan Benade 2000. Ooi et al. 1994 menyatakan bahwa minyak
sawit mentah CPO mengandung karotenoid dalam jumlah besar, yaitu sekitar 500-700 ppm. Karotenoid utama yang terdapat dalam minyak sawit adalah
α dan β-karoten, yaitu sebesar 80 dari total karotenoid, dan sisanya berupa -karoten,
likopen serta santofil dalam jumlah kecil. Komponen lain yang kadarnya relatif rendah dalam minyak sawit adalah
sterol dengan kadar sekitar 300 ppm. Kadar sterol dalam minyak sawit terdiri atas sitosterol, campesterol, stigmasterol, dan kolesterol dalam jumlah sedikit. Dalam
CPO Crude Palm Oil atau minyak sawit mentah, kadar sterol berkisar antara 360-620 ppm, sedangkan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar
0,001 dari CPO. Persentase kadar kolesterol tersebut sangat rendah. Dengan demikian, isu yang menyatakan bahwa minyak sawit berbahaya untuk kesehatan
dalam kaitannya dengan kandungan kolesterol yang tinggi, tidak dapat dibuktikan. Winarno 1999 menyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur
setara dengan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit.
2.2. Manfaat Minyak Sawit Mentah
Bila ditinjau dari segi historik, minyak sawit merah bukanlah hal yang baru. Minyak sawit merah telah menjadi bagian dari masyarakat tradisional sejak
5000 tahun silam, dipercaya sebagai makanan bernutrisi tinggi dan obat yang mujarab. Saat ini manfaat dari minyak sawit merah sudah mulai diakui para ahli
kesehatan untuk mencegah malnutrisi dan defisiensi vitamin A Fife 2010. Minyak sawit merah MSM atau RPO red palm oil merupakan MSMn
yang telah mengalami proses fraksinasi. Fraksi olein merupakan fraksi yang lebih dikenal sebagai MSM. Namun tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara
kualitas MSM dengan MSMn. Pada Tabel 3 dapat dilihat karakteristik kualitas MSMn dan MSM.
Tabe
Sam
MSM MSM
Sumb Kete
adan sawit
mem pemu
bleac mera
Gam
peny pang
miny meru
lainn tingk
Com el 3 Karakte
mpel AL
M Mn
ber: Choo e rangan: AL
Minyak nya kandung
t merah di mpertahanka
urnian kon ching
atau p ah dimana k
mbar 1 Hira
Beta-kar yerapan bio
gan alami la yak sawit m
upakan yang nya. Namun
kat penyera mbs 1992,
eristik kualit
LB B
3,53 3,53
et al. 1993
LB asam lem sawit mera
gan karoten iperoleh tan
an kadar ka nvensional,
pemucatan. kandungan
β
arki ketersed
roten yang oavailibility
ainnya Gam merah memi
g paling tin n ada juga
apan β–karo
karoten dal tas MSMn d
BP mekvk
2,32 0,44
mak bebas ah memilik
noid, terma npa melalu
arotenoid y kandunga
Oleh karen β-karoten di
diaan hayat Sumber: U
berasal da y
yang pali mbar 1. Rao
iliki tingkat nggi bila dib
beberapa oten adalah
lam minyak dan MSM
kg Karo
, BP bilang ki warna ya
suk β-karot
ui proses p yang terkan
an β-karote
na itu, dalam ipertahanka
i β–karoten Underwood
ari minyak ng tinggi b
o 2000 me t penyerapa
bandingkan hasil penel
h sekitar 80 k sawit mer
oten ppm
643 514
gan peroksi ang sangat
ten, yang s pemucatan
ndung dida en akan h
m proses pem an, tahap pem
n dalam berb 2000
sawit mer ila dibandin
enyatakan b an sebesar 9
dengan sum litian yang
0 You e rah terdapa
Tokofero
86 86
da merah seba
sangat tingg dengan tuj
alamnya. Pa hilang dala
murnian mi mucatan dih
bagai sumbe
rah memili ngkan deng
bahwa β–ka 98. Jumla
mber β–kar
menyebutk et al
. 2002 at dalam ben
ol ppm
69 64
agai akibat gi. Minyak
uan untuk ada proses
am proses nyak sawit
hilangkan.
er pangan
iki tingkat gan sumber
aroten pada ah tersebut
roten alami kan bahwa
. Menurut ntuk bebas
dan dalam minyak yang merupakan medium pelarutnya. Sedangkan di dalam sayuran dan buah-buahan, karoten biasanya membentuk kompleks dengan protein
atau teresterifikasi dengan asam lemak sehingga karoten di dalam minyak sawit merah lebih mudah diserap oleh tubuh.
Minyak sawit merah lebih dianjurkan sebagai minyak makan untuk menumis sayuran, daging dan bumbu. Minyak sawit merah juga baik digunakan
sebagai minyak salad, yaitu minyak yang langsung dikonsumsi bersama makanan tanpa melalui proses pemanasan. Selain itu, minyak sawit merah juga dapat
digunakan sebagai bahan fortifikasi makanan untuk produk pangan berbasis minyaklemak, seperti margarin dan selai kacang Andarwulan et al. 2003.
Contoh aplikasi lain dari penggunaan minyak sawit merah adalah sebagai pangan fungsional atau sebagai sumber provitamin A, pengganti lemak hewani dan
substrat untuk nutrasetikal Unnithan dan Foo 2001. Minyak sawit merah tidak dianjurkan digunakan sebagai minyak goreng, karena karotenoid yang terkandung
di dalamnya dapat rusak pada suhu tinggi Jensen et al. 1992. Antioksidan lain yang juga terdapat dalam minyak sawit merah, selain
β- karoten, adalah tokoferol dan tokotrienol. Ketiga senyawa tersebut merupakan
antioksidan alami yang dapat merangsang sistem imun tubuh untuk melawan radikal bebas dan sel-sel asing dari bakteri maupun virus yang dapat mengganggu
kesehatan Szydlowska et al. 2011. Minyak sawit merah telah digunakan sebagai sumber provitamin A di
negara Brazil, Malaysia dan India. Konsumsi minyak sawit merah dapat mengurangi resiko terkena bintik bitot pada mata, meningkatkan kadar
β-karoten dalam darah serta meningkatkan status vitamin A pada anak-anak dan wanita
Nestel dan Nalubola 2003. Penelitian yang menggunakan minyak sawit merah untuk meningkatkan
status kesehatan telah banyak dilakukan, hasilnya yaitu dapat menurunkan biosintesis kolesterol, mencegah agregasi platelet, menurunkan tekanan darah,
menurunkan resiko penyakit aterosklerosis, meningkatkan HDL dan menurunkan LDL dalam dalam darah Sarojini et al. 1999; Mukherjee dan Mitra 2009. Selain
itu, minyak sawit merah dapat menurunkan protein C-reaktif CRP yang merupakan protein yang dihasilkan bila ada luka dan infeksi Zakaria et al. 2011.
Anggraeni 2012 menyatakan bahwa konsumsi minyak sawit mentah dapat meningkatkan jumlah sel natural killer dan menurunkan enzim COX-2 yang
merupakan enzim penanda terjadinya inflamasi.
2.3. β-Karoten
Karotenoid merupakan kumpulan senyawa yang memberi warna kuning sampai merah pada tanaman dan buah-buahan. Ada lebih dari 500 jenis
karotenoid yang ada di alam, tetapi hanya beberapa yang dapat berfungsi sebagai provitamin A, yaitu
α-karoten, β-karoten dan -karoten. Secara ideal, satu unit β- karoten di dalam saluran pencernaan, tepatnya pada usus halus, dapat diubah
menjadi dua unit vitamin A atau retinol. Karotenoid dalam minyak sawit mengandung 37
α-karoten dan 50 β-karoten Scrimshaw 2000 sehingga potensinya sebagai sumber vitamin A sangatlah tinggi Zakaria et al. 2000.
Beta karoten merupakan salah satu pigmen alami yang memiliki warna kuning-kemerahan, biasanya terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Beta
karoten diketahui memiliki aktifitas provitamin A yang tinggi karena 1 molekul beta karoten setara dengan 2 molekul retinol atau vitamin A Choo 1997. Pada
Gambar 2 dapat dilihat struktur kimia dari β-karoten,
Gambar 2 Struktur β-karoten C
40
H
56
; Molar Mass 536.9 gmol Sumber: Ophardt 2003
Berdasarkan studi secara epidemiologis, laboratorium, dan uji klinis, β-
karoten memiliki peranan penting dalam pencegahan kanker. Beberapa hasil penelitian menunjukkan kemampuan
β-karoten dalam menstimulasi fungsi imun pada tubuh hewan dan manusia, baik secara in vitro maupun in vivo. Manfaat
β- karoten ini telah dibuktikan pada subjek imunokompeten yang mengalami
peningkatan jumlah sel NK Natural Killer dan ekspresi dari aktivasi marker
seperti antigen Ia, reseptor interleukin-2 dan reseptor transferrin. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa subjek normal yang mengonsumsi
β-karoten dengan dosis tinggi mengalami peningkatan jumlah limfositnya Garewal et al. 1992.
Beta-karoten merupakan komponen yang banyak terdapat di sayuran. Beta-karoten dapat dimetabolisme sebagai retinol atau vitamin A. Pada Gambar 3
dapat dilihat metabolisme β–karoten pada tubuh manusia. Retinol berperan penting dalam pertumbuhan sel, diferensiasi dan regulasi gen serta berperan
dalam mencukupi kebutuhan nutrisi sel-sel modulator dan sistem imun Garcia et al.
2003. Retinol dapat meningkatkan diferensiasi limfosit dan meningkatkan respon limfosit terhadap mitogen serta dapat menstimulasi produksi antibodi
secara in vivo dan in vitro Ballow et al. 1996.
Gambar 3 Metabolisme β-karoten di dalam tubuh manusia Sumber: Olson 1989
Klaui dan Baernfeind 1981 melaporkan bahwa penyerapan karoten bervariasi tergantung pada jumlah yang dikonsumsi, sumber karoten dan kondisi
antar individu. Efisiensi penyerapan lebih tinggi jika jumlah karoten yang
dikonsumsi sedikit dan penyerapan karoten yang terdapat pada minyak atau lemak jauh lebih baik bila dibandingkan dengan karoten yang terdapat pada sayuran.
Konsumsi β-karoten tidak menimbulkan efek toksik bagi tubuh. Konversi
β-karoten menjadi vitamin A tidak berkontribusi terhadap toksisitas vitamin A, walaupun
β-karoten yang diserap oleh tubuh jumlahnya tinggi. Satu-satunya pengaruh yang terlihat jika mengonsumsi
β-karoten dosis tinggi adalah dapat menyebabkan warna kekuningan pada kulit, atau disebut dengan
hiperkarotenemia. Namun, warna kuning tersebut perlahan akan hilang jika konsumsi
β-karoten dihentikan atau diturunkan dosisnya Olson 1999; Hathcock 2004.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa perokok yang mengonsumsi
β-karoten akan meningkatkan resiko menderita kanker paru-paru, baik
β-karoten yang dikonsumsi secara tunggal maupun yang dikonsumsi bersama dengan
α-tokoferol dan retinol Albanes et al. 1994; Omen et al. 1994. Namun jenis
β-karoten yang digunakan adalah β-karoten sintetik yang 100 merupakan β-karoten berbentuk trans. Menurut Iwasaki dan Murakosi 1992, bentuk trans
dari karoten mempunyai derajat aktivitas vitamin A yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk cis. Menurut Challem 1997, kedua jenis isomer
pada β-karoten memiliki aktivitas yang berbeda di dalam tubuh. Minyak sawit
mengandung 60 β-karoten yang terdiri dari isomer cis dan trans Murray dan
Pizzorno 2008. Sampai saat ini belum ada data yang menyebutkan bahwa konsumsi
β-karoten alami dapat menimbulkan dampak yang toksik. Oleh karena itu, konsumsi
β-karoten alami lebih aman bila dibandingkan dengan β-karoten sintetik.
β-karoten merupakan antioksidan yang larut lemak dan dapat menyerap singlet oxygen radical
serta dapat menurunkan jumlah radikal bebas yang menginduksi kerusakkan lipoperoksidasi pada penderita HIV Favier et al. 1994.
Penurunan jumlah β-karoten dan karotenoid lain termasuk lutein dan likopen
dalam serum dan plasma telah ditemukan pada pasien penderita positif HIV dan AIDS.
Beta-karoten akan tetap stabil selama kurang lebih 9 bulan di dalam minyak sawit merah jika disimpan pada suhu 30°C dan akan stabil lebih dari 1
tahun jika disimpan pada suhu 10°C Choo et al. 1993.
2.4. Sistem Imun Sel T CD4 dan Sel T CD8
Sistem yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari unsur-unsur patogen disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari komponen genetik, molekuler dan
seluler yang berinteraksi secara luas dalam merespon antigen endogenus dan eksogenus. Salah satu jenis sel yang berfungsi dalam merespon antigen adalah sel
darah putih Baratawidjaja 2000. Sel limfosit merupakan sel dengan inti yang besar dan bulat serta memiliki
sedikit plasma. Pada manusia diperkirakan sekitar 3.5×10
10
limfosit setiap hari masuk ke dalam sirkulasi darah. Menurut Guyton 1987, persentase limfosit di
dalam darah putih adalah sekitar 30. Limfosit mampu bertahan hidup selama bertahun-tahun. Menurut Sheeler dan Bianchi 1982, sel limfosit berperan dalam
sistem perlindungan tubuh dengan mensintesis dan mensekresi antibodi atau immunoglobulin ke dalam jaringan darah sebagai respon terhadap keberadaan
benda asing. Sel limfosit selain dalam darah, terdapat pula pada organ limfoid seperti limpa, kelenjar limfe dan timus Baratawidjaja 2000.
Sistem imun pada manusia terdapat dalam sel darah putih, tepatnya pada limfosit. Di dalam limfosit terdapat sel T yang berperan penting terhadap
kekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis sel asing dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh
terpapar oleh sel asing. Ada beberapa jenis sel T, diantaranya adalah sel T CD4 dan sel T CD8. Sel T CD4 merupakan jenis sel T helper yang disintesis di dalam
kelenjar timus, sel ini akan terbawa oleh sirkulasi darah hingga masuk ke dalam limpa dan bermigrasi ke dalam jaringan limfatik, kemudian bermigrasi kembali ke
dalam sirkulasi darah, hingga suatu saat terjadi stimulasi oleh antigen tertentu dengat ikatan pada molekul MHC kelas II. Sedangkan sel T CD8 merupakan sel T
sitotoksik yang dapat menghancurkan sel tumor, dan sel yang terinfeksi virus serta dapat pula menyerang sel dan jaringan yang ditransplantasikan. Sel T CD8
memiliki glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen MHC kelas I Roitt 2001.
Gambar 4 Letak CD4 dan CD8 dalam sel T Sumber: Roitt 2001
Sel limfosit T atau sel T merupakan 65-80 dari jumlah limfosit yang ada dalam sirkulasi darah. Dalam perkembangannya di timus, sel T mengekspresikan
berbagai macam antigen permukaan seperti CD4 dan CD8. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sebagian antigen itu menghilang dan sebagian lagi
menetap menandai subset sel T Kresno 1991. Sel yang kehilangan antigen CD4 tetapi tetap menunjukkan antigen CD8
akan menjadi sel T suppresor Ts dan sel T cytotoxic Tc. Sedangkan sel yang kehilangan CD8 tetapi tetap menunjukkan CD4 akan menjadi sel T helper Th.
Berdasarkan antigen permukaannya, maka sel Ts dan Tc lebih dikenal sebagai CD8
+
, sedangkan sel Th lebih dikenal sebagai CD4
+
Kresno 1991. Semua subset sel T ditandai oleh molekul protein CD3 Roitt 2001.
CD8 merupakan sel Ts T-suppresor, yaitu sel penekan, yang mengakhiri tanggapan kekebalan atau proses inflamasi. Sel CD8 juga merupakan sel Tc T-
cytotoxic , yaitu sel pembunuh, karena sel tersebut membunuh sel-sel yang telah
termutasi sel kanker dan sel-sel yang telah terinfeksi virus Ajani et al. 1998. Mekanisme pembunuhan sel yang terinfeksi virus oleh sel Tc dapat dilihat pada
Gambar 5.
Gambar 5 Mekanisme pembunuhan sel terinveksi virus oleh sel Tc Sumber: Roitt 2001
Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada
permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok Roitt 2001. CD4 berfungsi
sebagai surface reseptor untuk penyakit HIV Human Immunodeficiency Virus. HIV hidup dan berkembangbiak di dalam sel Th dan mengakibatkan hancurnya
sel-sel tersebut. Virus dapat mengikat penanda permukaan CD4 sehingga sel tersebut dapat dibunuh dan akibatnya jumlah sel Th berkurang.
CD4 yang merupakan penanda permukaan sel Th adalah rantai protein glikosilat tunggal dengan berat molekul sekitar 55-62 kDA. Ada 2 jenis sel Th
yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu sel Th1 yang berfungsi untuk produksi IL-2 dan IFN yang berkaitan dengan fungsi sitotoksisitas aktivasi
makrofag dan inflamasi lokal. Aktivasi makrofag oleh sel Th dapat dilihat pada Gambar 6. Sel Th yang lainnya adalah sel Th2 yang berfungsi untuk produksi IL-
4, IL-5, IL-6 dan IL-10 yang dapat memberikan sinyal positif pada sel B sehingga sel B dapat menghasilkan antibodi.
Gambar 6 Aktivasi makrofag oleh sel Th Sumber: Roitt 2001
CD4 merupakan protein penanda sel Th yang dapat meningkatkan aktivasi dan maturasi sel B dan sel T sitotoksik serta dapat mengatur reaksi peradangan
menahun yang spesifik terhadap antigen melalui stimulasi makrofag. Molekul CD4 membentuk ikatan tambahan dengan MHC kelas II pada antigen.
Kadar normal CD4 dalam darah orang dewasa berkisar 500-1500 selmm
3
darah atau sekitar 20-40 dari jumlah total limfosit. Ada juga yang menyebutkan jumlahnya sekitar 31-61 dari jumlah total limfosit. Sedangkan kadar normal
CD8 dalam darah orang dewasa berkisar 375-1100 selmm
3
darah atau sekitar 18- 39 dari jumlah total limfosit Kurniati 1995; WHO 2008.
CD4 dan CD8 mempunyai peran yang saling melengkapi satu sama lain. CD4 menghasilkan sitokin yang dapat mengaktifkan makrofag dan meningkatkan
IL2 untuk mengaktifkan CD8, yang akhirnya dapat menghancurkan sel yang terinfeksi Roitt 2001.
Rendahnya konsentrasi vitamin A dan β-karoten dalam serum penderita
HIVAIDS human immunodeficiency virus acquired immunodeficiency syndrome
berkaitan dengan menurunnya kadar limfost CD4 dan dapat meningkatkan kematian Ajani et al. 1998.
Sebanyak 180 mg 300.000 IU β-karoten telah diberikan kepada 17
volunter yang mengidap HIV, dan hasilnya dapat meningkatkan jumlah sel CD4 sebanyak 30 setelah hari ke-14 Alexander et al. 1985. Ini merupakan
penelitian pertama yang menduga kemampuan β-karoten untuk dapat
meningkatkan sel CD4 dan menjadi pelopor dilakukannya penelitian-penelitian
lebih lanjut tentang suplementasi β-karoten pada pasien pengidap HIVAIDS
Patrick 1999.
2.5. Program SawitA
Program SawitA merupakan program terapan yang akan menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit merah MSM yang secara alamiah
mengandung provitamin A dan vitamin E yang sangat tinggi. Produk minyak sawit diintroduksikan kepada masyarakat dilengkapi dengan informasi mengenai
manfaat dan cara penggunaan produk tersebut. Program SawitA merupakan program coorporate social responsibility
agribusiness and food dari PT Smart Tbk yang bekerjasama dengan Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor sebagai pelaksana program. Kegiatan ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor dan Lembaga Desa terkait, khususnya Posyandu. Produk yang dihasilkan telah didaftarkan untuk mendapatkan nomor registrasi produk industri
P-IRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Pelaksanaan kegiatan program di desa dilakukan oleh mahasiswa sebagai fasilitator dibantu dengan kader posyandu
setempat. Kegiatan ini sangat penting karena akan melibatkan berbagai instansi
nasional dan internasional seperti Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah, World Food Programme
WFP, UNICEF, PT Kalbe Farma, Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia MAKSI, Millenium Development Goal MDG
Indonesia. Pada tahap pertama, program ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor yang diharapkan dapat menjadi model untuk penerapan pada Kabupaten-
Kabupaten lainnya di seluruh Indonesia. Proses produksi dilakukan di Technopark Fakultas Teknologi Pertanian
IPB yang didukung oleh tenaga alumni Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB yang akan terlibat secara profesional dibawah arahan staf Departemen Ilmu
dan Teknologi Pangan IPB. Pasokan minyak sawit mentah MSMn didapatkan langsung dari PT
Smart Tbk, kemudian MSMn ini sebagian langsung dikemas di dalam botol dan dapat digunakan sebagai minyak tumis, sedangkan sebagian lagi akan diproses
menjadi minyak sawit merah MSM. MSM merupakan MSMn yang mengalami netralisasi, filtrasi dan deodorisasi. Untuk memastikan keamanan produk SawitA
yang hendak didistribusikan kepada responden, maka sebelumnya telah dilakukan analisis kandungan logam berat dan bilangan peroksida dalam MSMn dan MSM.
Tabel 4 Hasil analisis logam berat MSMn dan MSM yang diproduksi di Technopark
Parameter Satuan Hasil
Pemeriksaan Metode
Batas max. sesuai SNI
7387: 2009 MSMn MSM
Timbal Pb mgkg 0.030
0.030 APHA ed. 21th 3111
B, 2005 0,1
Air Raksa Hg mgkg 0.001
0.001 APHA ed. 21th 3111
B, 2005 0,03
Cadmium Cd mgkg 0.005
0.005 APHA ed. 21th 3111
B, 2005 0,2
Crom Heksavalent Cr6
+
mgkg 0.011 0.011
APHA ed. 21th 3500 Cr B, 2005
- Crom Total Cr
mgkg 0.011 0.011
APHA ed. 21th 3111 B, 2005
- Arsen As
mgkg 0.002 0.002
APHA ed. 21th 3111 B, 2005
0,1 Tembaga Cu
mgkg 0.015 0.015
APHA ed. 21th 3111 B, 2005
0,1 Kadar Air
b.b 1.85
1.03 SNI 19-7030-2004
-
Sumber: Zakaria et al. 2011 Hasil analisis seperti yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
kadar logam berat MSMn dan MSM yang diproduksi jauh lebih rendah dari yang disarankan oleh SNI 7387-2009 mengenai batasan maksimum cemaran logam
berat dalam pangan. Dengan demikian produk MSMn dan MSM yang diproduksi di Technopark dengan bahan baku MSA dari PT Smart Tbk dapat dinyatakan
aman untuk dikonsumsi. Selain itu, keamanan produk juga ditunjang oleh kadar bilangan peroksida yang dianalisis yang menunjukkan hasil nol atau tidak
terdeteksi. Tidak terdeteksinya bilangan peroksida ini disebabkan karena di dalam MSMn terkandung karotenoid dan tokoferol-tokotrienol yang berperan sebagai
antioksidan dalam jumlah yang sangat tinggi sehingga dapat menghambat terjadinya proses oksidasi Ping dan May 2000.
Produk SawitA yang dihasilkan dibagikan secara gratis kepada responden peserta kegiatan dengan dilengkapi informasi dan penyuluhan pada setiap
Posyandu atau pada saat pertemuan massal berupa pelatihan temu-muka. Pemberian brosur dan komik edukasi Lampiran 2 dan 3 juga dilakukan untuk
mempermudah penyerapan materi yang disampaikan oleh fasilitator.
Gambar 7 Produk minyak sawit mentah Responden yang terlibat dalam kegiatan program sebanyak 2142 orang,
yang berasal dari 10 Desa yang tersebar di Kecamatan Dramaga, yaitu Desa Babakan, Ciherang, Cikarawang, Dramaga, Neglasari, Petir, Purwasari, Sinarsari,
Sukadamai, dan Sukawening. Program SawitA melibatkan 37 orang mahasiswa dan 79 kader posyandu sebagai fasilitator. Masing-masing fasilitator mahasiswa
bertanggung jawab terhadap minimal 50 orang responden Zakaria et al. 2011.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan November 2011. Intervensi responden dan penyuluhan dilakukan di Desa Dramaga RW 01-
03 dan Babakan RW 02 dan 06, sedangkan analisis minyak sawit mentah dan limfosit dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan Departemen ITP Fakultas
Teknologi Pertanian, Laboratorium Bersama FMIPA dan Laboratorium Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan adalah minyak sawit mentah MSMn yang dikemas dalam botol volume 140 ml sebagai minyak tumis. MSMn diperoleh
dari PT. Smart Tbk. Pembotolan MSMn dilakukan di Technopark IPB dan telah didaftarkan untuk mendapatkan nomor registrasi produk industri rumah tangga P-
IRT No. 207320101871 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah KOH, metanol, heksan, Na
2
SO
4
anhidrous, asetonitril HPLC grade, isopropanol HPLC grade, standar β‐ karoten, kertas saring, RPMI-1640 Roosevelt Park Medical Institute_SIGMA
R6504, histopaque SIGMA 10771, Coomasie Brilian Blue G-250, etanol 95, asam fosfor 85, BSA Bovine Serum Albumine, aquades, PBS, 0,05 Tween
20, casein 3, antibodi monoclonal anti-CD4 human produced in mouse Santa Cruz Sc-70665, antibodi monoclonal anti CD-8 human produced in mouse
GeneTex GTX83296, antibodi HRP IgG anti-mouse ICL GGFC-90P, substrat ABTS 2,2-azino di 3-ethylbenzothiazoline-6-sulphonic acid_KPL 50-66-18.
Alat-alat yang digunakan adalah instrumen HPLC, waterbath, vacutainer yang berisi EDTA 0,1, venoject, tabung sentrifus, alat sentrifus, vorteks, pipet
pasteur, pipet mikro, timbangan analitik, pipet Mohr, bulb, spektrofotometer, inkubator, mikroplate, ELISA reader, dan peralatan gelas.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Analisis Kadar β-Karoten Minyak Sawit Mentah dengan Metode
HPLC Lioe 2011
Sampel MSMn ditimbang sebanyak 1-1,5 gram dicatat berat tepatnya, kemudian ditambahkan 10 mL larutan KOH 10 dalam
metanol dan divortex hingga bercampur untuk reaksi saponifikasi. Gas nitrogen dihembuskan ke dalam tabung selama 30 detik dan tabung segera
ditutup untuk menghindari oksidasi β-karoten. Larutan dalam tabung dipanaskan dalam waterbath 65°C selama 30 menit. Setelah itu
didinginkan dalam air mengalir, ditambahkan 5 mL aquades dan divortex. Selanjutnya 10 mL heksan ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan
divorteks, kemudian didiamkan selama beberapa menit. Fraksi heksan di bagian atas diambil dengan pipet tetes dan
dipindahkan ke dalam tabung lain sambil dilewatkan melalui narium sulfat anhydrous dalam kertas saring. Langkah ini dilakukan sebanyak 3 kali dan
kemudian dihembuskan gas nitrogen sampai analat benar-benar kering. Selanjutnya seluruh analat dilarutkan dengan 1,0 mL tepat fase gerak
Asetonitril : Isopropanol dan saring dengan membran nilon 0,45 µm. Larutan sampel ini siap diinjeksikan ke HPLC. Sampel ditimbang
sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 3 ulangan. Sebelumnya dibuat terlebih dulu kurva larutan standar β-karoten dengan seri pengenceran 200,
400, 600, 800 dan 1000 ppm.
3.3.2. Intervensi Responden dan Pengambilan Darah
3.3.2.1. Pemilihan Responden
Responden yang dipilih berasal dari keluarga prasejahtera di Desa Dramaga dan Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Data responden tersebut diperoleh dari Kantor Desa setempat. Penjajakan calon responden dilakukan dengan mengunjungi secara langsung keluarga
calon responden dari rumah ke rumah yang dimediasi oleh aparat desa dan kader posyandu.
Setelah dilakukan wawancara, terpilih responden sebanyak 70 orang yang berasal dari 34 keluarga di Desa Dramaga RW 01-03 dan
Babakan RW 02 dan 06. Dari responden terpilih tersebut dilakukan pengambilan darah terhadap 16 orang ibu usia produktif kisaran usia 28-
43 tahun, 5 orang berasal dari Desa Dramaga RW 01-03 dan 11 orang berasal dari Desa Babakan RW 02 dan 06. Data responden selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 11. Pemilihan 16 orang ibu yang dianalisis darahnya didasarkan atas kesediaan dengan melakukan persetujuan
informed consent Lampiran 5, penimbangan berat badan, pengukuran
tekanan darah, hasil wawancara untuk mengetahui riwayat kesehatannya dan beberapa persyaratan lain seperti sedang tidak hamil dan menyusui
serta tidak merokok.
3.3.2.2. Intervensi Responden
Responden terpilih diberikan produk minyak sawit mentah yang harus dikonsumsi selama 2 bulan penuh 60 hari. Pemantauan terhadap
responden ini dilakukan setiap seminggu sekali supaya minyak sawit mentahnya benar-benar dikonsumsi. Tata cara konsumsi yang dianjurkan
adalah dengan menambahkan minyak sawit mentah pada setiap masakan dan makanan yang mereka konsumsi. Selama waktu intervensi, pola
konsumsi responden dipantau dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner. Daftar pertanyaan dalam kuesioner dapat dilihat pada Lampiran
6-10. Produk yang diberikan kepada responden adalah minyak sawit
mentah yang dinamakan MSMn tumis, yaitu sebanyak 1 botol kemasan 140 ml per keluarga dan harus habis dalam waktu satu minggu. Dosis atau
takaran penggunaan minyak sawit mentah disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Anjuran penggunaan MSMn
No. Takaran Penggunaan
Keterangan
1. 1 sendok makan 6 ml
Dianjurkan untuk keluarga yang terdiri dari 2 orang dewasa dan 1 orang anak
2. 1 sendok teh 4 ml
Dianjurkan untuk keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa dan 1 orang anak
3. 1 kecrotan ±3 ml
Dianjurkan untuk 1 orang dewasa
3.3.2.3. Pengambilan Darah
Pengambilan darah responden 16 orang dilakukan sebelum dan sesudah konsumsi produk minyak sawit mentah selama 2 bulan, dengan
menggunakan jasa perawat yang terlatih untuk pengambilan darah di Puskesmas setempat. Volume darah yang diambil yaitu sekitar 20 ml
dengan menggunakan vacutainer berisi antikoagulan EDTA 0,1 dan standar peralatan pengambilan darah yang diperlukan.
Gambar 8 Pengambilan darah secara aseptis: A Proses pengambilan darah B Sampel darah dalam vacutainer
3.3.3. Isolasi Limfosit Damayanthi et al. 2004
Metode yang digunakan berdasarkan Current Protocols in Immunology. Darah yang ada dalam vacuntainer berisi EDTA dipindahkan ke dalam tabung
sentrifus, kemudian disentrifus pada 1500 rpm selama 10 menit. Bagian darah yang lebih berat sel darah merah akan berada pada bagian paling bawah. Di
antara lapisan sel darah merah dan plasma darah terdapat lapisan buffycoat, di mana lapisan tersebut berisi sel-sel limfosit.
A B
ditamb Campu
dinding kemudi
muda disisak
berbent putih k
limfosi menem
sedangk tabung
menghi Pencuc
volume Setelah
limfosi limfosi
limfosi Buffycoat
ahkan larut uran tersebu
g tabung ian disentrif
yang terlet an ± 1 m
tuk cincin p keruh dan di
it dan mono mbus histop
kan granul sentrifus.
Selanjutnya ilangkan m
cian ini dil e larutan ci
h itu, buang it yang terd
it dilakukan it yang ting
dimasukkan tan RPMI-1
ut dilewatkan sehingga t
fus pada 25 tak di bag
ml, kemudia putih diam
ipindahkan osit tidak m
paque sehin osit dan se
Gamb a dilakuka
monosit, pl lakukan de
incin putih g larutan b
dapat pada b n sebanyak
ggi. RPMI s n dalam ta
1640 SIGM n secara per
terbentuk d 500 rpm sela
gian atas d an larutan
mbil sampai ke tabung s
empunyai d ngga berad
el darah m
ar 9 Pemisa an pencuci
lasma dan engan cara
dan sentri erwarna m
bagian baw 2 kali sehin
sebanyak 5 abung sentr
MA R6504 rlahan-lahan
dua lapisan ama 30 men
dalam tabu sisanya y
batas enda sentrifus yan
densitas yan da di bagi
merah akan
Campuran
Sel limfos
Granulosi ahan sel lim
ian limfos histopaqu
a menamba ifus pada 1
erah muda wah tabung
ngga dipero ml ditamba
rifus yang dengan pe
n di atas his n yang tid
nit. Larutan ung sentrifu
yang meng apan larutan
ng baru Ga ng cukup tin
ian atas ta berada pad
n plasma da
sit
it dan sel da mfosit
sit yang b e yang m
ahkan RPM 1500 rpm s
RPMI da sentrifus. P
oleh kemurn ahkan kemb
baru kemu erbandingan
stopaque m dak bercam
berwarna m us dibuang
gandung la n yang berw
ambar 9. S nggi untuk
abung sent da bagian
an RPMI
arah merah
bertujuan u mengkontam
MI sebanya selama 5 m
an sisakan Proses penc
nian suspen bali pada ta
udian n 1:1.
elalui mpur,
merah g dan
apisan warna
el-sel dapat
trifus, dasar
untuk minasi.
ak 2x menit.
pelet cucian
nsi sel abung
sentrifus yang mengandung pelet limfosit, kemudian divorteks dan disimpan dalam freezer bersuhu ± - 20°C sampai siap dilakukan analisis selanjutnya.
3.3.4. Analisis Kadar Protein Limfosit dengan Metode Bradford 1976
3.3.4.1. Pembuatan Reagen Bradford untuk 500 ml
Coomasie Brilian Blue G-250 ditimbang sebanyak 0,05 gram,
kemudian ditambahkan 25 ml etanol 95 dan 50 ml asam fosfor 85. Campuran tersebut ditambahkan dengan aquades sampai volume 500 ml
dan dikocok kuat dalam erlenmeyer.
3.3.4.2. Pembuatan Protein Standar
BSA Bovine Serum Albumine ditimbang sebanyak 0,01 gram, kemudian ditambahkan 10 ml aquades sehingga diperoleh BSA dengan
konsentrasi 1000 ppm.
3.3.4.3. Pengenceran Seri Larutan BSA dan Pembuatan Kurva Standar
Pengukuran standar protein terlarut dilakukan pada konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700. 800, 900, dan 1000 ppm. Kemudian seri
larutan standar tersebut ditambahkan dengan 5 ml reagen Bradford, divortex dan diinkubasi pada suhu ruang selama ± 60 menit. Larutan ini
akan berwarna biru dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Dengan menggunakan regresi linear akan didapatkan
persamaan matematik untuk larutan standar protein yang telah diperoleh dari nilai absorbansi standar yang akan digunakan pada pengukuran kadar
protein limfosit.
3.3.4.4. Pengukuran Protein Limfosit
Suspensi limfosit dari 16 responden diambil sebanyak 0,1 ml, kemudian ditambahkan dengan 5 ml reagen Bradford, divorteks dan
inkubasi pada suhu ruang selama ± 60 menit. Selanjutnya dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Nilai absorbansi yang
diperoleh, dimasukkan ke dalam persamaan matematik yang didapatkan