Kompetisi Penempelan BAL dan EPEC pada Permukaan Usus Tikus

Semua isolat yang diuji mampu menempel dengan baik pada permukaan usus tikus. Penempelan isolat BAL pada permukaan usus tikus tidak dipengaruhi sifat hidrofobisitas. Penempelan paling tinggi dihasilkan oleh isolat A27 yang bersifat hidrofilik. Isolat B16 yang hidrofilik juga memiliki penempelan yang baik. Sementara itu, penempelan isolat A15 dan R23 yang relatif hidrofobik lebih rendah daripada penempelan A27 dan B16. Penempelan A27, B16, R14, dan R23 yang relatif tinggi pada permukaan usus tikus juga disebabkan autoagregasi yang baik. Isolat A15 memiliki penempelan yang relatif lebih rendah dibandingkan keempat isolat tersebut karena autoagregasinya lebih rendah. Penempelan A29 dan R26 juga rendah karena autoagregasi yang rendah. Akan tetapi, isolat B10 dan B13 yang memiliki autoagregasi tidak berbeda nyata dengan A27, B16, dan R14 p0.05 kemampuan penempelannya paling rendah.

3. KOMPETISI PENEMPELAN BAL DAN EPEC

A. Kompetisi Penempelan BAL dan EPEC pada Permukaan Usus Tikus

Isolat BAL yang dipakai dalam uji kompetisi adalah isolat yang memiliki kemampuan penempelan yang baik yaitu A27, B16, R14, dan R23, sementara EPEC digunakan sebagai model patogen. Gambar 15 menunjukkan bahwa permukaan potongan usus yang dipaparkan pada BAL mengalami kenaikan jumlah total BAL dan mengalami penurunan jumlah total E. coli. Kenaikan jumlah total BAL ini sesuai dengan hasil uji paparan sebelumnya, kecuali pada R14 yang kenaikannya menjadi lebih tinggi. Sementara itu, penurunan jumlah total E. coli lebih tinggi daripada hasil pada uji paparan sebelumnya. Hasil penghitungan uji kompetisi dapat dilihat pada Lampiran 18-21. Potongan usus yang dipaparkan pada EPEC mengalami kenaikan jumlah total E. coli yang sangat tinggi 3.8 log cfucm 2 . Hal ini menunjukkan kemampuan penempelan EPEC pada mukosa usus yang sangat kuat. Beberapa faktor yang menyebabkan penempelan EPEC anatara lain adhesin, attachment- effacement factor EAF, dan bfp bundle-forming pili yang membantu penempelannya pada sel epitel Ray Bhunia 2008. Gambar 15. Pengaruh paparan BAL asal ASI dan kompetisi antara BAL dan EPEC terhadap perubahan jumlah total total BAL A dan total E. coli B pada permukaan usus tikus Kenaikan jumlah BAL pada potongan usus yang dipaparkan pada campuran A27 dan EPEC, dipaparkan pada A27, dipaparkan pada campuran B16 dan EPEC, dan yang dipaparkan B16 tidak berbeda nyata p0.05. Sementara itu, kenaikan jumlah BAL pada perlakuan potongan usus yang dipaparkan pada campuran R14 dan EPEC berbeda nyata dengan jumlah BAL pada potongan usus yang dipapar dengan R14 saja p0.05. Kenaikan jumlah BAL pada perlakuan potongan usus yang dipaparkan pada campuran R23 dan EPEC juga berbeda A B nyata dengan kenaikan jumlah BAL pada potongan usus yang dipaparkan pada R23 saja p0.05. Kenaikan jumlah BAL pada perlakuan potongan usus yang dipapar dengan BAL dan potongan usus yang dipapar dengan BAL dan EPEC yang relatif tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa BAL mampu berkompetisi dengan EPEC untuk menempel pada permukaan usus tikus. Hal ini menunjukkan bahwa A27 dan B16 lebih mampu berkompetisi dengan EPEC daripada R14 dan R23. Perubahan total E. coli pada permukaan potongan usus yang dipapar dengan BAL mengalami penurunan yang mengindikasikan adanya kompetisi antara BAL dengan E. coli indigenus yang ada pada permukaan usus tikus. Perubahan total E. coli pada permukaan potongan usus yang dipaparkan pada R23 paling rendah dan berbeda nyata daripada perubahan yang dihasilkan oleh paparan A27, B16, dan R14 p0.05. Perubahan jumlah E. coli pada potongan usus yang dipapar dengan campuran A27 dan EPEC, B16 dan EPEC, dan R14 dan EPEC tidak berbeda nyata dengan usus yang dipapar dengan EPEC saja p0.05. Kenaikan jumlah total E. coli pada potongan usus yang dipapar dengan campuran R23 dan EPEC lebih tinggi dan berbeda nyata dengan usus yang dipapar dengan EPEC saja p0.05. Terjadinya kenaikan jumlah total E. coli pada permukaan potongan usus yang dipapar dengan R23 seiring dengan terjadinya penurunan jumlah total BAL. Hal ini menunjukkan kemampuan kompetisi R23 yang relatif lebih lemah daripada A27, B16, dan R14. Kemampuan kompetisi pada lactobacilli ditentukan oleh afinitas adhesin pada permukaan bakteri terhadap reseptor stero-specific. Lactobacilli memiliki adhesin pada permukaan yang mirip dengan adhesin pada patogen saluran pencernaan Lee et al. 2003. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah total E. coli pada potongan usus yang dipapar dengan BAL saja karena adanya kompetisi adhesin pada BAL dan adhesin pada E. coli indigenus. Sementara itu, penempelan EPEC pada sel epitel juga diperantarai oleh adhesin Ray Bhunia 2008. Hasil pengujian menunjukkan kemungkinan perbedaan adhesin antara BAL dan EPEC sehingga BAL tetap dapat menempel pada saat dikompetisikan dengan EPEC. B. Pengaruh Jumlah Inokulum BAL yang Dipaparkan pada Potongan Usus Tikus terhadap Kemampuan Penempelannya dan Kemampuan Kompetisinya dengan EPEC Hasil penelitian pada Gambar 16 menunjukkan penambahan jumlah inokulum B16 yang dipaparkan pada permukaan usus tikus dari 10 6 cfuml menjadi 10 8 cfuml mampu meningkatkan kenaikan total BAL secara signifikan p0.05. Perubahan jumlah E. coli pada potongan usus yang dipaparkan pada konsentrasi 10 8 cfuml lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan perubahan jumlah E. coli pada konsentrasi 10 6 cfuml p0.05. Potongan usus yang dipapar pada campuran B16 10 6 cfuml dan EPEC 10 6 cfuml mengalami kenaikan total E. coli sebesar 4.6 log cfucm 2 yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan potongan usus yang dipapar pada EPEC 10 6 cfuml saja yaitu sebesar 4.1 log cfucm 2 p0.05. Sedangkan potongan usus yang dipapar pada campuran B16 10 8 cfuml dan EPEC 10 6 cfuml menghasilkan perubahan jumlah E. coli sebesar 3.0 log cfucm 2 yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan potongan usus yang dipapar dengan EPEC saja p0.05. Hal ini menunjukkan penambahan jumlah inokulum B16 yang dipaparkan pada potongan usus mampu meningkatkan kemampuan penempelan dan kompetisinya terhadap EPEC. Hasil penghitungan pengaruh jumlah inokulum B16 yang dipaparkan pada usus tikus dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23. Gambar 17 menunjukkan penambahan jumlah inokulum R23 yang dipaparkan pada potongan usus dari 10 6 cfuml menjadi 10 8 cfuml mampu meningkatkan kenaikan total BAL secara signifikan p0.05. Sementara itu, potongan usus yang dipaparkan pada R23 dengan konsentrasi 10 8 cfuml menghasilkan perubahan jumlah E. coli yang secara signifikan lebih besar daripada yang dipapar pada konsentrasi 10 6 cfuml p0.05. Perubahan jumlah total E. coli pada potongan usus yang dipapar pada EPEC saja, campuran B16 10 6 cfuml dan EPEC 10 6 cfuml, dan campuran B16 10 8 cfuml dan EPEC 10 6 cfuml tidak berbeda nyata p0.05. Hasil tersebut menunjukkan penambahan jumlah inokulum R23 yang dipaparkan pada potongan usus mampu meningkatkan jumlah BAL yang menempel pada permukaan usus tikus dan juga kompetisinya dengan E. coli indigenus. Akan tetapi, penambahan jumlah inokulum R23 ini tidak mampu meningkatkan kompetisinya terhadap EPEC. Hasil penghitungan pengaruh jumlah inokulum R23 yang dipaparkan pada usus tikus dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25. Gambar 16. Pengaruh jumlah inokulum B16 yang dipaparkan dan dikompetisikan dengan EPEC terhadap perubahan jumlah total BAL A dan total E. coli B pada permukaan usus tikus B Gambar 17. Pengaruh jumlah inokulum R23 yang dipaparkan dan dikompetisikan dengan EPEC terhadap perubahan jumlah total BAL A dan total E. coli B pada permukaan usus tikus Tuomola dan Salminen 1998 menyatakan bahwa penambahan jumlah paparan BAL mampu meningkatkan penempelannya. Penempelan 12 galur Lactobacillus pada sel Caco-2 sangat tergantung konsentrasi Lactobacillus yang diinkubasikan. Semakin tinggi konsentrasi Lactobacillus maka penempelan yang terdeteksi juga semakin tinggi. Jumlah BAL sebesar 10 8 cfuml ini kemudian akan dipakai dalam uji selanjutnya yaitu uji eksklusi dan uji displacement.

C. Uji Eksklusi Dan Displacement