Uji Hidrofobisitas HASIL DAN PEMBAHASAN

penempelan BAL. Sementara itu, pada usus tikus yang dipapar dengan BAL terjadi kenaikan jumlah total BAL yang mengindikasikan terjadinya penempelan. Oleh karena itu, untuk pengujian selanjutnya usus tikus digunakan sebagai media penempelan BAL.

2. PENGUJIAN SIFAT PENEMPELAN BAL

A. Uji Hidrofobisitas

Sifat hidrofobisitas permukaan BAL diuji menggunakan metode MATS Microbial Adhesion to Solvent yang dikembangkan oleh Bellon-Fontaine pada tahun 1996. Metode ini berfungsi untuk menentukan sifat donorakseptor elektron pada permukaan sel berdasarkan perbandingan afinitas sel mikroba terhadap pelarut monopolar dan polar dengan tegangan permukaan interaksi Lewis yang setara Hamadi et al. 2004. Pelarut yang dipakai dalam penelitian ini adalah xylene, kloroform, dan etil asetat. Xylene merupakan pelarut yang bersifat nonpolar, kloroform bersifat monopolar dan asam, sedangkan etil asetat bersifat monopolar dan basa. Bakteri yang mampu berikatan dengan xylene dianggap memiliki sifat hidrofobik atau hidrofilik. Hal ini karena xylene bersifat apolar sehingga jika ada reaksi positif berarti bakteri bersifat hidrofobik atau hidrofilik karena tidak ada interaksi elektrostatik Kos et al. 2003. Hasil penelitian pada Gambar 9 menunjukkan A27, A29, B10, B13, B16, R14 dan R26 memiliki afinitas yang negatif terhadap xylene. Afinitas A29, B10, B13, B16, dan R26 ini tidak berbeda nyata Lampiran 12. Afinitas yang rendah ini mengindikasikan adanya sifat hidrofilik. Sementara itu A15 dan R23 memiliki sifat yang relatif lebih hidrofobik karena afinitasnya positif terhadap xylene yaitu 15.24 dan 9.43. Hal ini sesuai dengan penelitian Pelletier et al. 1997 yang menunjukkan bahwa dari 8 jenis Lactobacillus yang diuji L. casei, L. paracasei, dan L. rhamnosus semuanya bersifat hidrofilik karena afinitas terhadap pelarut nonpolar yang sangat rendah 2.7 – 26.5. Sifat hidrofilisitas ini berkaitan dengan keberadaan polisakarida pada permukaan sel Kos et al. 2003. Gambar 9. Afinitas BAL terhadap kloroform, etil asetat, dan xylene Sifat donor atau akseptor elektron diketahui dengan mambandingkan nilai afinitas kloroform-xylene dan etil asetat-xylene. Afinitas terhadap kloroform menunjukkan sifat sebagai donor elektron sedangkan afinitas dengan etil asetat menunjukkan sifat sebagai akseptor elektron. Semua BAL menunjukkan afinitas terhadap kloroform yang lebih tinggi daripada dengan xylene. Hal ini mengindikasikan sifat donor elektron karena adanya gugus basa pada permukaan sel, seperti karboksil, fosfat, atau amina Hamadi et al. 2004. Afinitas terhadap etil asetat juga lebih tinggi dibandingkan dengan xylene. Akan tetapi, A15 dan R23 memiliki sifat sebagai donor elektron yang lebih kuat daripada sebagai akseptor elektron. Sedangkan A27, A29, B10, B13, B16, R14, dan R26 lebih bersifat sebagai akseptor elektron. Hal ini berlawanan dengan penelitian Hamadi et al. 2004 dan Pelletier et al. 1997 yang menyebutkan bahwa pada pH netral permukaan sel mikroba lebih bersifat sebagai donor elektron. Sifat akseptor elektron akan muncul jika pH diturunkan karena terjadi deprotonasi gugus fungsional.

B. Uji Autoagregasi