2. Total Base Number TBN
48 teroksidasi oleh oksigen dan menghasilkan senyawa asam organik yaitu asam
karboksilat. Bila pelumas teroksidasi, oksigen akan bereaksi dengan molekul pelumas dan membentuk tiga jenis produk, yaitu asam, lumpur oksidasi, dan
lacquer. Asam yang terbentuk dari proses oksidasi pelumas dapat menyebabkan korosi. Selain itu lumpur oksidasi yang merupakan hasil dari polimerisasi molekul
pelumas dapat terlihat dari meningkatnya viskositas pelumas. Jika pelumas terlalu lama digunakan dan mengalami proses oksidasi maka pelumas akan menjadi
sangat kental pada suhu yang rendah dan akan menyebabkan kerja mesin semakin berat. Pelumas yang telah teroksidasi juga dapat melapisi atau menempel pada
permukaan logam sehingga menghalangi proses pendinginan mesin. Renaldi 2009 menyatakan bahwa oksidasi adalah suatu proses yang dapat
berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Asam lemak pada umumnya bersifat reaktif terhadap oksigen dengan
bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul. Sebagai contoh, asam linoleat lebih mudah teroksidasi daripada asam oleat pada kondisi yang sama. Di
samping itu variasi stabilitas asam lemak terhadap oksidasi dipengaruhi juga oleh sumber asam lemak. Dibandingkan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi,
minyak nabati memiliki stabilitas oksidasi lebih rendah. Kerusakan minyak dan lemak karena oksidasi diklasifikasikan menjadi dua. Pertama, auto-oxidation,
terjadi apabila lemak dan minyak terpapar udara pada temperatur ruang dan proses oksidasi terjadi secara perlahan-lahan sehingga peroksida akan terakumulasi di
dalam minyak atau lemak. Kedua, thermal oxidation, adalah suatu fenomena dimana laju reaksi oksidasi meningkat pada minyak karena temperatur yang
tinggi. Produknya selain hidrogen peroksida juga berupa komponen karbonil seperti aldehid atau polimer sehingga kekentalannya meningkat. Stabilitas
oksidasi merupakan parameter yang penting karena sangat berpengaruh terhadap operasional mesin, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Proses nitrasi terjadi ketika pelumas dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi dan mengalami kontak langsung dengan udara atau gas yang mengandung
oksigen dan nitrogen. Senyawa nitrogen berasal dari gas hasil pembakaran yang masuk ke dalam crankcase. Sebagai akibatnya pelumas menjadi lebih asam dan
membuat pelumas menjadi lebih kental. Proses nitrasi merupakan penyebab utama
49 terbentuknya lacquer yang menyebabkan tidak sesuainya waktu penyalaan. Pada
Gambar 31c terlihat bahwa nitrasi pelumas mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 0 abs0.1mm menjadi 0.04 abs0.1mm untuk bahan bakar solar dan
0.09 abs0.1mm untuk bahan bakar minyak nyamplung, dengan ambang batas maksimum sebesar abs0.1mm PT Petrolab Services.
Komponen sulfur umumnya ditemui pada minyak mentah dan terkadang juga digunakan sebagai salah satu bahan aditif pelumas. Produk hasil proses
sulfasi terbentuk karena pelumas mengalami kontak dengan sulfur, baik yang berasal dari bahan bakar maupun dari gas hasil pembakaran dan membentuk asam
sulfat. Sifat dari asam sulfat ini adalah mendegradasi pelumas dan menghasilkan sludge. Pada Gambar 31d terlihat bahwa sulfasi pelumas saat menggunakan bahan
bakar solar nilainya tetap atau sama dengan kondisi awal sebesar 0 abs0.1mm, sedangkan saat menggunakan bahan bakar minyak nyamplung nilainya meningkat
menjadi 0.12 abs0.1mm. Namun nilai sulfasi tersebut masih di bawah ambang batas maksimum, yaitu sebesar 0.5 abs0.1mm PT Petrolab Services.
Walaupun pada kondisi operasi yang terbaik, pelumas tetap mempunyai batas umur, hal ini dikarenakan pelumas selalu mengalami kontak dengan
oksigen, panas, dan gas hasil pembakaran. Peristiwa oksidasi pada pelumas dapat menurunkan mutu pelumas itu sendiri, karena pada proses oksidasi akan terbentuk
asam organik, sehingga pelumas yang teroksidasi akan mengalami perubahan sifat fisika-kimia seperti kenaikan nilai viskositas dan bilangan asam, sehingga akan
terjadi korosi, pembentukan lumpur sludge, dan kenaikan nilai absorbansi gugus karbonil, yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas pelumasan.