Bahan Bakar Diesel TINJAUAN PUSTAKA

15 Gambar 5. Lokasi pengkerakan pada motor bakar diesel Arifin, 2009. Proses pengkerakan umumnya terjadi pada komponen-komponen motor bakar yang berhubungan dengan sistem penyaluran bahan bakar dan sistem pembakaran, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5. Komponen-komponen tersebut adalah plunger pompa injeksi, injektor, sistem katup valve, kepala silinder, piston, dan ring piston. Secara umum, dampak dari terjadinya pengkerakan di ruang pembakaran dapat menyebabkan penurunan kinerja dari motor bakar, penyalaan awal yang sulit, perubahan pola penyemprotan injektor, peningkatan konsumsi bahan bakar, peningkatan suhu ruang pembakaran, peningkatan rasio kompresi, dan peningkatan emisi dari motor bakar tersebut O’Brien, 2001. Komposisi kerak yang terdapat pada ruang pembakaran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi kerak deposit pada ruang pembakaran Elemen Persentase Massa Rasio Molar C 60 – 70 1.00 H 3 – 6 0.60 – 1.00 O 16 – 25 0.20 – 0.30 N 1 – 2.5 0.01 – 0.03 Lainnya Zn, Ca, P 0 – 2.5 0.02 Sumber: O’Brien, 2001

f. Pelumas Motor Bakar Diesel

Analisa sifat fisika dan kimia minyak pelumas digunakan untuk menentukan kualitas minyak pelumas setelah beroperasi dalam jangka waktu tertentu. 16 Perubahan terhadap sifat fisika dan kimia pelumas yang telah dipakai dapat dijadikan sebagai indikator dari kerusakan atau degradasi yang disebabkan oleh proses pembakaran, oksidasi, dan kontaminasi. Sifat-sifat tersebut digunakan sebagai dasar penentuan batas peringatan pemakaian pelumas dan prediksi kondisi dari komponen mesin. Menurut buku petunjuk penggunaan motor bakar diesel Dong Feng R180, periode penggantian pelumas dilakukan setiap motor bakar diesel beroperasi selama 100 jam Dong Feng R180 Manual Book, namun untuk pengoperasian pertama kali atau kondisi baru, umumnya periode penggantian pelumas lebih singkat dari biasanya, karena tingkat kekasaran permukaan logam komponen-komponen diesel yang masih sangat tinggi. Tabel 6 di bawah menyajikan standar sifat fisika-kimia yang digunakan sebagai pedoman analisa pelumas. Tabel 6. Sifat fisika-kimia pelumas Min. Maks. 1 cSt 12.5 16.3 SNI 06-7069.5-2005 2 mgKOHg 6 - SNI 06-7069.5-2006 3 massa 0.7 - SNI 06-7069.5-2007 Na ppm - 50 PT Petrolab Services Si ppm - 45 PT Petrolab Services Fe ppm - 125 PT Petrolab Services Cu ppm - 35 PT Petrolab Services Al ppm - 25 PT Petrolab Services Cr ppm - 15 PT Petrolab Services Jelaga Abs0.1 mm - 0.8 PT Petrolab Services Oksidasi Abs0.1 mm - 0.5 PT Petrolab Services Nitrasi Abs0.1 mm - 0.5 PT Petrolab Services Sulfasi Abs0.1 mm - 0.5 PT Petrolab Services Satuan Batasan Sumber 4 Kontaminan Kandungan logam 5 6 FTIR Karakteristik Viskositas kinematik 100°C Angka basa total Kandungan abu sulfat No Menurut Majuni 2006, penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar motor bakar diesel dapat mempengaruhi kualitas pelumas yang disebabkan oleh karakteristik fisika dan kimia dari biodiesel. Sifat-sifat fisika dan kimia yang dijadikan acuan adalah viskositas, tingkat kelarutan bahan bakar, kandungan jelaga, total base number TBN, dan kandungan logam. Dari hasil penelitian Majuni 2006 yang membandingkan kualitas pelumas antara motor bakar diesel yang menggunakan bahan bakar solar dengan bahan bakar biodiesel dari minyak jelantah, maka didapatkan kesimpulan bahwa pada motor bakar diesel dengan bahan bakar biodiesel yang dioperasikan selama 50 jam, terjadi pengenceran minyak pelumas sebesar 3.5 dan kandungan jelaga sebanyak 10 abscm. 17 Kandungan logam pada minyak pelumas juga mengalami kecenderungan meningkat. Hasil menunjukkan angka yang lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh menggunakan bahan bakar solar. Ini mengindikasikan bahwa pemakaian bahan bakar biodiesel minyak jelantah mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap terjadinya kontaminasi minyak pelumas motor bakar diesel jika dibandingkan dengan bahan bakar solar, sehingga secara umum jangka waktu penggantian minyak pelumasnya pun relatif menjadi lebih panjang. Reksowardojo 2009 yang menggunakan campuran bahan bakar solar dengan minyak sawit, minyak kelapa, dan minyak jarak menyatakan bahwa penggunaan minyak nabati pada motor bakar diesel memberikan dampak terhadap pelumasan yang lebih baik dibandingkan dengan solar. Hal tersebut terlihat dari penurunan nilai viskositas dan total kandungan logam yang terdapat pada pelumas saat menggunakan campuran antara solar dengan minyak nabati lebih rendah dibandingkan pada saat menggunakan solar. 19

III. METODOLOGI

a. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan November 2011. Pengujian daya tahan motor bakar diesel dilakukan di laboratorium lapangan Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB. Analisa penumpukan karbon dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil dan Lingkungan IPB. Analisa pelumas dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik B4T Bandung dan PT Petrolab Services Jakarta.

b. Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Motor bakar diesel stasioner 4 langkah Motor bakar diesel Dong Feng R180 digunakan sebagai alat utama yang akan diuji coba. Sistem penyaluran bahan bakar motor bakar diesel ini akan dimodifikasi dengan menambahkan sebuah pemanas bahan bakar yang memanfaatkan gas buang sebagai sumber energi panasnya. Motor bakar diesel Dong Feng R180 yang telah dimodifikasi dapat ditunjukkan oleh Gambar 6, sedangkan spesifikasi motor bakar diesel yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 6. Motor bakar diesel Dong Feng R180 yang telah dimodifikasi Pemanas minyak nyamplung Tangki minyak nyamplung