1. Viskositas HASIL DAN PEMBAHASAN
47 permukaan kontak pelumasan. Pada Gambar 31a terlihat bahwa kandungan jelaga
mengalami peningkatan selama 50 jam motor bakar diesel beroperasi. Kondisi awal pelumas tidak menunjukkan adanya kandungan jelaga, namun setelah 50 jam
beroperasi nilainya menjadi 0.15 abs0.1mm untuk bahan bakar solar dan 0.16 abs0.1mm untuk bahan bakar minyak nyamplung, dengan ambang batas
maksimum sebesar 0.8 abs0.1mm PT Petrolab Services. Pelumas akan kehilangan fungsinya atau terdegradasi jika dipanaskan pada
suhu yang tinggi dan mengalami kontak dengan udara secara terus-menerus. Pelumas yang terdegradasi secara kimia dapat disebabkan oleh proses oksidasi,
nitrasi, dan sulfasi. Akibat dari degradasi ini mengakibatkan sifat keasaman pelumas meningkat yang ditunjukkan oleh nilai Total Acid Number TAN.
Perubahan sifat kimia ini juga mengakibatkan perubahan sifat fisik pelumas, yaitu meningkatnya viskositas dari pelumas. Perubahan sifat kimia tersebut dapat
menghasilkan asam yang dapat mengakibatkan korosi pada komponen-komponen motor bakar diesel.
Oksidasi terjadi saat molekul oksigen secara kimiawi bersatu dengan molekul-molekul pelumas. Reaksi kimia ini dapat dipercepat oleh suhu pelumas
yang tinggi. Oksidasi mengakibatkan pembentukan asam serta penebalan lapisan film yang ditandai dengan meningkatnya viskositas, sehingga secara umum dapat
menurunkan kualitas pelumasan. Dari Gambar 31b terlihat bahwa oksidasi pelumas mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 0 abscm menjadi 0.04
abscm untuk bahan bakar solar dan 0.41 abs0.1mm untuk bahan bakar minyak nyamplung, dengan ambang batas maksimum sebesar 0.5 abs0.1mm PT Petrolab
Services. Pelumas memiliki fungsi untuk mengurangi friksi yang terjadi antara dua
komponen yang bergerak. Oksidasi merupakan faktor utama yang membatasi umur pemakaian pelumas. Semua pelumas akan teroksidasi bila mengalami
kontak dengan oksigen dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama. Tingkat oksidasi yang terjadi dapat sangat besar, tergantung oleh beberapa
faktor seperti temperatur, masa pemakaian, jumlah katalis, komposisi pelumas, dan kontaminasi pelumas. Temperatur yang sangat tinggi pada umumnya menjadi
penyebab utama terjadinya oksidasi. Pada temperatur yang tinggi pelumas akan
48 teroksidasi oleh oksigen dan menghasilkan senyawa asam organik yaitu asam
karboksilat. Bila pelumas teroksidasi, oksigen akan bereaksi dengan molekul pelumas dan membentuk tiga jenis produk, yaitu asam, lumpur oksidasi, dan
lacquer. Asam yang terbentuk dari proses oksidasi pelumas dapat menyebabkan korosi. Selain itu lumpur oksidasi yang merupakan hasil dari polimerisasi molekul
pelumas dapat terlihat dari meningkatnya viskositas pelumas. Jika pelumas terlalu lama digunakan dan mengalami proses oksidasi maka pelumas akan menjadi
sangat kental pada suhu yang rendah dan akan menyebabkan kerja mesin semakin berat. Pelumas yang telah teroksidasi juga dapat melapisi atau menempel pada
permukaan logam sehingga menghalangi proses pendinginan mesin. Renaldi 2009 menyatakan bahwa oksidasi adalah suatu proses yang dapat
berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Asam lemak pada umumnya bersifat reaktif terhadap oksigen dengan
bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul. Sebagai contoh, asam linoleat lebih mudah teroksidasi daripada asam oleat pada kondisi yang sama. Di
samping itu variasi stabilitas asam lemak terhadap oksidasi dipengaruhi juga oleh sumber asam lemak. Dibandingkan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi,
minyak nabati memiliki stabilitas oksidasi lebih rendah. Kerusakan minyak dan lemak karena oksidasi diklasifikasikan menjadi dua. Pertama, auto-oxidation,
terjadi apabila lemak dan minyak terpapar udara pada temperatur ruang dan proses oksidasi terjadi secara perlahan-lahan sehingga peroksida akan terakumulasi di
dalam minyak atau lemak. Kedua, thermal oxidation, adalah suatu fenomena dimana laju reaksi oksidasi meningkat pada minyak karena temperatur yang
tinggi. Produknya selain hidrogen peroksida juga berupa komponen karbonil seperti aldehid atau polimer sehingga kekentalannya meningkat. Stabilitas
oksidasi merupakan parameter yang penting karena sangat berpengaruh terhadap operasional mesin, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Proses nitrasi terjadi ketika pelumas dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi dan mengalami kontak langsung dengan udara atau gas yang mengandung
oksigen dan nitrogen. Senyawa nitrogen berasal dari gas hasil pembakaran yang masuk ke dalam crankcase. Sebagai akibatnya pelumas menjadi lebih asam dan
membuat pelumas menjadi lebih kental. Proses nitrasi merupakan penyebab utama