Analisa Kualitas Pelumas HASIL DAN PEMBAHASAN
                                                                                45
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
6.00 7.00
8.00
10 20
30 40
50
pH
Jam ke-
P-1 P-2
Keterangan:  P-1   = Pelumas pada saat mesin beroperasi menggunakan solar P-2   = Pelumas pada saat mesin beroperasi menggunakan minyak nyamplung
Gambar 29. Penurunan pH pelumas Menurut  hasil  penelitian  Mitsutake  et  al  1991  pada  Gambar  29,  semakin
rendah  pH  pelumas  maka  semakin  tinggi  juga  tingkat  keausan  pada  komponen- komponen  motor  diesel.  Hal  tersebut  terlihat  dari  kandungan  logam  Fe  pada
pelumas yang semakin meningkat seiring dengan menurunnya nilai pH.
Keterangan:  TBN = Total Base Number SAN = Strong Acid Number
Gambar 30. Hubungan antara pH pelumas dengan kandungan logam Fe pada pelumas Mitsutake et al, 1991
Pelumas  yang  bersifat  asam  dapat  meningkatkan  laju  reaksi  oksidasi permukaan  logam  yang  menjadi  awal  terjadinya  proses  korosi.  Peristiwa  korosi
46 pada  kondisi  asam,  yakni  pada  kondisi  pH    7  semakin  besar,  karena  adanya
reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode suatu logam, yaitu: 2H
+ aq
+ 2e
-
 H
2
Adanya  reaksi  reduksi  tambahan  pada  katode  menyebabkan  lebih  banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar. Korosi menyebabkan permukaan logam komponen-komponen motor diesel seperti dinding silinder dan piston menjadi lebih kasar. Permukaan logam tersebut
akan  saling  bergesekan  selama  motor  diesel  beroperasi,  sehingga  terjadi  proses
keausan yang cukup tinggi dari masing-masing komponen motor diesel tersebut. e. 6.
Kandungan jelaga, bilangan oksidasi, nitrasi, dan sulfasi
0.00 0.10
0.20 0.30
0.40 0.50
0.60 0.70
0.80
10 20
30 40
50
S oo
t A
bs .1
m m
Jam ke-
P-1 P-2
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 0.25
0.30 0.35
0.40 0.45
0.50
10 20
30 40
50
O x
id a
ti o
n A
b s
.1 m
m
Jam ke-
P-1 P-2
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 0.25
0.30 0.35
0.40 0.45
0.50
10 20
30 40
50
N it
ra ti
o n
A b
s .1
m m
Jam ke-
P-1 P-2
0.00 0.05
0.10 0.15
0.20 0.25
0.30 0.35
0.40 0.45
0.50
10 20
30 40
50
S u
lf a
ti o
n A
b s
.1 m
m
Jam ke-
P-1 P-2
Keterangan:  P-1   = Pelumas pada saat mesin beroperasi menggunakan solar P-2   = Pelumas pada saat mesin beroperasi menggunakan minyak nyamplung
Max = Ambang batas maksimum PT Petrolab Services
Gambar 31. Kandungan jelaga, oksidasi, nitrasi, dan sulfasi pada pelumas Jelaga  soot  merupakan  residu  hasil  proses  pembakaran  yang  tidak
sempurna.  Residu  ini  kemudian  tersuspensi  oleh  aditif  pelumas  dan  biasanya menyebabkan  warna  pelumas  menjadi  lebih  gelap  dan  cenderung  hitam.  Ketika
jelaga  terbentuk,  maka  kemampuan  aditif  pelumas  menjadi  menurun  dan menyebabkan  peningkatan  viskositas  pelumas.  Konsentrasi  jelaga  yang  cukup
tinggi  dalam  pelumas  dapat  menyebabkan  kerusakan  akibat  terhalangnya a
b
c d
Max Max
Max Max
47 permukaan kontak pelumasan. Pada Gambar 31a terlihat bahwa kandungan jelaga
mengalami  peningkatan  selama  50  jam  motor  bakar  diesel  beroperasi.  Kondisi awal pelumas tidak menunjukkan adanya kandungan jelaga, namun setelah 50 jam
beroperasi  nilainya  menjadi  0.15  abs0.1mm  untuk  bahan  bakar  solar  dan  0.16 abs0.1mm  untuk  bahan  bakar  minyak  nyamplung,  dengan  ambang  batas
maksimum sebesar 0.8 abs0.1mm PT Petrolab Services. Pelumas akan kehilangan fungsinya atau terdegradasi jika dipanaskan pada
suhu  yang  tinggi  dan  mengalami  kontak  dengan  udara  secara  terus-menerus. Pelumas  yang  terdegradasi  secara  kimia  dapat  disebabkan  oleh  proses  oksidasi,
nitrasi,  dan  sulfasi.  Akibat  dari  degradasi  ini  mengakibatkan  sifat  keasaman pelumas  meningkat  yang  ditunjukkan  oleh  nilai  Total  Acid  Number  TAN.
Perubahan sifat kimia ini juga mengakibatkan perubahan sifat fisik pelumas, yaitu meningkatnya  viskositas  dari  pelumas.  Perubahan  sifat  kimia  tersebut  dapat
menghasilkan asam yang dapat mengakibatkan korosi pada komponen-komponen motor bakar diesel.
Oksidasi  terjadi  saat  molekul  oksigen  secara  kimiawi  bersatu  dengan molekul-molekul  pelumas.  Reaksi  kimia  ini  dapat  dipercepat  oleh  suhu  pelumas
yang tinggi.  Oksidasi  mengakibatkan pembentukan asam  serta penebalan lapisan film yang ditandai dengan meningkatnya viskositas, sehingga secara umum dapat
menurunkan  kualitas  pelumasan.  Dari  Gambar  31b  terlihat  bahwa  oksidasi pelumas mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 0 abscm menjadi 0.04
abscm  untuk  bahan  bakar  solar  dan  0.41  abs0.1mm  untuk  bahan  bakar  minyak nyamplung, dengan ambang batas maksimum sebesar 0.5 abs0.1mm PT Petrolab
Services. Pelumas  memiliki  fungsi  untuk  mengurangi  friksi  yang  terjadi  antara  dua
komponen  yang  bergerak.  Oksidasi  merupakan  faktor  utama  yang  membatasi umur  pemakaian  pelumas.  Semua  pelumas  akan  teroksidasi  bila  mengalami
kontak dengan oksigen dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama. Tingkat oksidasi  yang terjadi dapat sangat  besar, tergantung oleh beberapa
faktor  seperti  temperatur,  masa  pemakaian,  jumlah  katalis,  komposisi  pelumas, dan kontaminasi pelumas. Temperatur yang sangat tinggi pada umumnya menjadi
penyebab  utama  terjadinya  oksidasi.  Pada  temperatur  yang  tinggi  pelumas  akan
                                            
                