52 Pada Tabel 9, secara umum dapat terlihat bahwa umur pelumas lebih singkat
pada saat menggunakan bahan bakar minyak nyamplung jika ditinjau dari segi degradasi kualitas pelumasan yang terjadi. Pada saat menggunakan bahan bakar
solar selama 50 jam, parameter sifat fisika-kimia yang melebihi ambang batas adalah kandungan logam besi Fe dan kromium Cr, dimana masing-masing
umur penggantian pelumasnya adalah 47.15 jam dan 25.63 jam. Jika dilihat dari material penyusun komponen motor bakar diesel, maka kandungan logam Fe dan
Cr tersebut berasal dari bagian dinding silinder yang memang masih memiliki tingkat kekasaran permukaan cukup tinggi, karena motor bakar diesel pada saat
beroperasi menggunakan bahan bakar solar masih dalam kondisi baru. Untuk pengoperasian motor bakar diesel menggunakan bahan bakar minyak
nyamplung selama 50 jam, parameter sifat fisika-kimia yang melebihi ambang batas terdapat pada kandungan logam besi Fe, tembaga Cu, dan alumunium
Al, sedangkan untuk parameter yang lain masih dalam ambang batas yang diizinkan. Kandungan ketiga logam yang melebihi ambang batas menyebabkan
umur penggantian pelumas menjadi sangat singkat, yaitu 12.45 jam akibat nilai kandungan logam Fe, 47.06 jam akibat nilai kandungan Cu, dan 33.63 jam akibat
kandungan logam Al. Tingginya kandungan logam tersebut sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, disebabkan oleh kondisi beberapa komponen diesel yang
masih baru seperti injektor, piston, ring piston, dan kepala silinder. Selain karena kondisi yang masih baru, keausan juga terjadi akibat kondisi
lingkungan yang cenderung asam akibat proses oksidasi bahan bakar minyak nyamplung dan pelumas. Kondisi pelumas yang cenderung asam pH 7, akan
memperbesar peluang terjadinya korosi pada permukaan logam, sehingga meningkatkan kekasaran permukaan logam. Permukaan logam yang kasar akan
tergerus selama motor diesel beroperasi sehingga tingkat keausan logam pun akan semakin tinggi Mitsutake et al, 1991.
Dari hasil prediksi umur pelumas, maka dapat disimpulkan bahwa waktu penggantian pelumas pada kondisi mesin baru saat menggunakan bahan bakar
minyak nyamplung lebih singkat dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar solar, yaitu sebesar 12.45 jam untuk bahan bakar minyak nyamplung dan 25.63
jam untuk bahan bakar solar. Ini menunjukkan periode penggantian pelumas yang
53 lebih singkat jika dibandingkan dengan rekomendasi penggantian pelumas pada
saat kondisi mesin baru, dimana penggantian pelumas dilakukan setelah motor bakar diesel beroperasi selama 50 jam.
55
V. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Motor bakar diesel dapat beroperasi dalam jangka waktu 50 jam menggunakan
bahan bakar minyak nyamplung. Komponen-komponen utama motor bakar diesel masih dapat berfungsi dengan baik dan tampak masih terlihat normal
setelah 50 jam beroperasi menggunakan bahan bakar minyak nyamplung. Konsumsi bahan bakar spesifik solar sebesar 0.34 literHPjam dan minyak
nyamplung sebesar 0.44 literHPjam. 2.
Massa karbon yang terdapat pada injektor, piston, dan kepala silinder saat menggunakan bahan bakar solar sebesar 38.7 mg, 532.7 mg, dan 785.9 mg,
sedangkan untuk bahan bakar minyak nyamplung sebesar 40.3 mg, 371.7 mg, dan 626.2 mg. Secara keseluruhan massa karbon saat menggunakan bahan
bakar minyak nyamplung lebih kecil 23.51 dibandingkan dengan bahan bakar solar.
3. Hasil analisa pelumas setelah motor bakar diesel beroperasi selama 50 jam
menunjukkan nilai viskositas, Total Base Number TBN, dan kandungan abu sulfat pelumas sebesar 13.93 cSt, 1.063 mg KOHg, 1.19 massa untuk bahan
bakar solar dan 15.57 cSt, 1.258 mg KOHg, 1.42 massa untuk bahan bakar minyak nyamplung. Kandungan logam Fe, Cu, Al, dan Cr saat menggunakan
bahan bakar solar sebesar 116 ppm, 7 ppm, 17 ppm, dan 26 ppm, sedangkan untuk bahan bakar minyak nyamplung sebesar 499 ppm, 42 ppm, 40 ppm, dan
13 ppm. Kandungan jelaga, bilangan oksidasi, nitrasi, dan sulfasi pada pelumas saat menggunakan bahan bakar solar adalah 0.15 abs0.1 mm, 0.04 abs0.1
mm, 0.04 abs0.1 mm, dan 0 abs0.1 mm, sedangkan untuk bahan bakar minyak nyamplung adalah 0.16 abs0.1 mm, 0.41 abs0.1 mm, 0.09 abs0.1
mm, dan 0.12 abs0.1 mm. Untuk bahan bakar solar, parameter yang melebihi ambang batas yang diizinkan adalah kandungan logam Cr, sedangkan untuk
penggunaan bahan bakar minyak nyamplung, parameter yang melebihi ambang batas yang diizinkan adalah kandungan logam Fe, Cu, dan Al. Secara umum,
kondisi pelumas motor bakar diesel setelah beroperasi selama 50 jam menggu-
56 nakan bahan bakar solar masih lebih baik dibandingkan saat menggunakan
bahan bakar minyak nyamplung. 4.
Hasil prediksi umur pelumas menunjukkan bahwa waktu penggantian pelumas pada kondisi mesin baru saat menggunakan bahan bakar minyak nyamplung
lebih singkat dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar solar. Pada saat menggunakan bahan bakar solar, waktu penggantian pelumas yang
direkomendasikan adalah 25.63 jam, dimana pada waktu tersebut nilai kandungan kromium Cr melebihi nilai ambang batas maksimumnya,
sedangkan saat menggunakan bahan bakar minyak nyamplung, waktu penggantian pelumas yang direkomendasikan yaitu sebesar 12.45 jam, dimana
pada waktu tersebut nilai kandungan logam besi Fe melebihi nilai ambang batas maksimumnya
b. Saran
1. Pengoperasian awal run in perlu dilakukan sebelum pengujian daya tahan.
Hal tersebut berguna untuk menyeragamkan kondisi awal pengujian, karena kondisi motor bakar diesel ataupun komponen baru masih memiliki tingkat
kekasaran permukaan logam yang cukup tinggi. 2.
Perlu dilakukan pengujian dalam jangka waktu yang lebih lama untuk dapat memastikan tingkat daya tahan motor bakar diesel menggunakan bahan bakar
minyak nyamplung. Semakin lama jangka waktu pengujian akan semakin mencerminkan tingkat kelayakan secara teknis mengenai penggunaan minyak
nyamplung sebagai bahan bakar alternatif motor bakar diesel. 3.
Perlu dipastikan bahan bakar minyak nyamplung yang digunakan untuk pengujian secara keseluruhan memiliki karakteristik yang relatif seragam,
karena sifat fisika-kimia minyak nyamplung sangat mempengaruhi kualitas pembakaran dan degradasi kualitas pelumas. Semakin seragam kualitas minyak
nyamplung yang digunakan, maka hasilnya akan semakin objektif.
57
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Y. B. M. 2009. Diesel and Bio-diesel Fuel Deposits on A Hot Wall Surface. Disertation. Department of Mechanical System Engineering.
Gunma University. Arismunandar, W. dan K. Tsuda. 2008. Motor bakar diesel Putaran Tinggi.
Pradnya Paramita: Jakarta. Baitiang, T., K. Suwannakit, T. Duangmukpanao, C. Sukjamsri, S. Topaiboul, N.
Chollacoop. 2008. Effects of Biodiesel and Jatropha oil on Performance, Black Smoke and Durability of Single-Cylinder Diesel Engine. Journal of
Metals, Materials and Minerals. Vol.18 No.2, 2008 181-185.
Balitbang Kehutanan. 2008. Nyamplung Calophyllum inophyllum L. Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman, Departemen Kehutanan. Bogor. 33-38.
Debaut, V. J., Y. B. Jean, S. A. Greentech. 2005. Tamanol A Stimulant for Collagen Synthesis for Use in Anti Wrinkle and Anti Stretch Mark
Products. Cosmetics and Toiletries Manufacture Worldwide. Greentech: St. France.
Desrial, Y. A. Purwanto, Miftahuddin. 2009. Rancang Bangun Elemen Pemanas Bahan Bakar Motor bakar diesel Untuk Optimalisasi Aplikasi Minyak
Kelapa Murni Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2009. Mataram.
Desrial, Y. A. Purwanto, I. A. Kartika, J. Pitoyo, N. Wahyudi. 2010. Rekayasa Sistem Penyaluran Bahan Bakar Motor bakar diesel Untuk Pemakaian
Minyak Nyamplung Murni Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian, 15
– 16 Desember 2010, Hal: 310 – 323. Serpong.
Desrial, Y. A. Purwanto, A. S. Hasibuan. 2011. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram. Prosiding Seminar Nasional PERTETA,
21 – 22 Juli 2011, Hal: 50 – 58. Jember.
Dharmastiti, R. dkk. 2010. Evaluasi Penggantian Pelumas Meditran S 40 Pada Mesin Diesel Cummins KTA 38. Prosiding Seminar Nasional Tahunan
Teknik Mesin SNTTM Ke-9, 13-15 Oktober 2010, Halaman 187-192. Universitas Sriwijaya: Palembang.
Dweck, A.C. and T. Meadows. 2002. Tamanu Calophyllum inophyllum The Africa, Asian Polynesian and Pacific Panacea. International Journal of
Cosmetic Science. 24: 341 - 348.
58 Fajar, R. dan S. Yubaidah. 2007. Penentuan Kualitas Pelumasan Mesin. Jurnal
MESIN Vol. 9 No. 1 Hal: 8 – 15.
Kartika, I. A., S. Fathiyah, Desrial, Y. A. Purwanto. 2011. Pemurnian Minyak Nyamplung dan Aplikasinya Sebagai Bahan Bakar Nabati. J. Tek. Ind.
Pert. Vol. 20 2, 122-129. Majuni, L. Y. 2006. Studi Biodiesel Dengan Bahan Dasar Minyak Jelantah
Terhadap Pelumasan Pada Mesin Diesel. Tesis. Fakultas Teknik Mesin. Universitas Indonesia: Depok.
Matsutake, S., S. Ono’hk, K. Maekawa, and K. Inada. 1991. Evaluation Method of Lubrication by Oil Sampling from Liner Wall for Marine Diesel Engine.
Bulletin of the N.I.E.S.J., Vo1. 19, No.1. Mortier, R. M. 2010. Chemistry and Technology of Lubricants. 3
rd
edition. Springer: London.
Murni. 2010. Kajian Eksperimental Pengaruh Temperatur Biodiesel Minyak Sawit Terhadap Performansi Mesin Diesel Direct Injection Putaran Konstan.
Tesis. Fakultas Teknik Mesin. Universitas Diponegoro: Semarang. Neale, M. J. 2001. Lubrication and Reliability Handbook. Butterworth
Heinemann: Boston. O’Brien, C. 2001. Formation Mechanisms of Combustion Chamber Deposits.
Disertation. Department of Mechanical Engineering. Massachusetts Institute of Technology.
Oil Analyzers Inc. User’s Guide to Oil Analysis Services.
Reksowardojo, I. K., dkk. 2009. Comparison of Diesel Engine Characteristic Using Pure Coconut Oil, Pure Palm Oil, and Pure Jatropha Oil as Fuel.
Jurnal Teknik Mesin Vol 11 No 1. Page: 34 – 40.
Renaldi, A. A., 2009. Kajian Stabilitas Oksidasi Campuran Biodiesel Minyak Jelantah-Solar dan Kinerja Motor bakar diesel. Tesis. Fakultas Teknik
Mesin. Universitas Indonesia: Depok. Richard, K. M. and S. McTavish. 2009. Impact of Biodiesel on Lubricant
Corrosion Performance. SAE International Publication. Russo, D., M. Dassisti, V. Laawlor, A. G. Olabi. 2012. State of The Art of Biofuels
from Pure Plant Oil. J. Renewable and Sustainable Energy 16 2012, 4056
– 4070. Rutz, D., R. Janssen. 2007. Biofuel Technology Handbook. WIP Renewable
Energies: Muenchen. Setiyadi, I. Kerusakan Komponen Mesin Diesel Untuk Transportasi Melalui
Analisis Pelumas. M.P.I Vol. 3 No. 2, 134 – 139.
59 SNI 06-7069.5-2005. Klasifikasi dan Spesifikasi Pelumas Bagian 5: Minyak
Lumas Motor bakar diesel Putaran Tinggi. Badan Standardisasi Nasional. Suita, E. dan Nurhasybi. 2009. Nyamplung Calophyllum inophyllum Tanaman
Hutan Untuk Biofuel: Sebaran Tumbuh dan Regenerasi Alami. Jurnal Info Benih Vol 13 No 2 Desember 2009. Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan: Bogor. Sukoco, Z. Arifin. 2008. Teknologi Motor bakar diesel. Alfabeta: Bandung.
Yuksek, L., H. Kaleli, O. Ozener, B. Ozoguz. 2009. The Effect and Comparison of Biodiesel-Diesel Fuel on Crankcase Oil, Diesel Engine Performance and
Emissions. FME Transactions 2009 37, 91-97.
LAMPIRAN
63 Lampiran 1. Spesifikasi motor bakar diesel Dong Feng R-180
No Spesifikasi
Keterangan 1
Merektipe Dong FengR-180
2 Jumlah langkah
4 langkah 3
Jumlah silinder 1 silinder
4 Diameter x langkah
80 mm x 80 mm 5
Daya kontinyu 7 HP pada 2200 rpm
6 Daya maksimum
8 HP pada 2600 rpm 7
Volume silinder 402 cc
8 Rasio kompresi
21 9
Bahan bakar Solar
10 Tipe pompa injeksi
Bosch 11
Sistem pembakaran Indirect injection
12 Sistem pelumasan
Tekanan dan percikan 13
Tipe pompa pelumas Trikoida
14 Minyak pelumas
SAE 30 15
Sistem pendinginan Hopper
16 Sistem governor
Mekanik 17
Dimensi 658 mm x 341 mm x 463 mm
18 Berat
70 kg 19
Starter Engkol