Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Table 6.10 Proyeksi Rasio Efektivitas Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2000-2004 Tahun Anggaran No Proyeksi Efektivitas 1 2005 130.11 2 2006 134.29 3 2007 138.45 4 2008 142.61 5 2009 146.77 6 2010 150.93 Dari perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa Tingkat Efektivitas dikabupaten Sleman untuk tahun-tahun yang akan datang terus mengalami peningkatan.

6.1.3. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Efisiensi Pendapatan Asli Daerah menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dalm melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1satu atau dibawah 100. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. Pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya. Hal itu perlu dilakukan kareana meskupim daerah berhasil merealisasikan penerimaan pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan lebih besar. Tabel 6.11 Biaya Pemungutan dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sleman Tahun anggaran 2000-2004 Tahun Anggaran Biaya pungut PAD Realisasi PAD Rasio Efisiensi 2000 1.923.303.809 17.889.710.954 10,75 2001 1.995.563.797 29.571.153.214 6,75 2002 2.472.426.860 39.908.192.767 6,19 2003 2.762.848.649 52.972.697.478 5,21 2004 3.247.309.357 70.449.050.998 4,60 Tabel 6.11 menunjukkan kinerja pemerintah daerah yang baik, karena rasio efisiensinya bekisar antara 10,75 sampai dengan 4,60. Terlihat jelas bahwa rasio efisiensi Kabupaten Sleman setiap tahunnya semakin jauh dari 100. Hal ini berarti realisasi Pendapatan Asli Daerah yang di terima Kabupaten Sleman lebih besar dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memungut Pendapatan Asli Daerah makin efisien. Untuk mengetahui perkembangan rasio efisiensi Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun anggaran digunakan metode analisis trend dengan metode kuadrat terkecil dengan rumus Y’= a+bX Tabel 6.12 Trend Rasio Efisiensi Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2000-2004 Rasio Efisiensi X Tahun anggaran Y tahun XY X 2 2000 10,75 -2 -21,5 4 2001 6,75 -1 -6,75 1 2002 6,19 2003 5,21 1 5,21 1 2004 4,60 2 9,2 4 Total 33,5 -13,84 10 Nilai a dan b di cari dengan rumus: ∑ Y 33,5 a = --------- = --------- = 6,7 ∑ n 5 ∑ XY -13,84 b = -------- = --------- = -1,384 ∑ X 2 10 Diketahui bahwa: Y’=6.7+-1,384X grafik 6.12.b Trend Perkembangan Efisiensi Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2000-2004 2 4 6 8 10 12 2000 2001 2002 2003 2004 tahun y y Persamaan trend untuk tingkat Efektivitas di Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut : Y’=6.7+-1,384X Dari persamaan trend di atas, maka prediksiproyeksi efektivitas untuk tahun-tahun yang akan datang dapat dilihat pada tabel berikut : Table 6.13 Proyeksi Rasio Efisiensi Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2000-2004 Tahun Anggaran No Proyeksi Efisiensi 1 2005 2.548 2 2006 1.164 3 2007 -0.22 4 2008 -1.604 5 2009 -2.988 6 2010 -4.392 Dari perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa Tingkat Efisiensi dikabupaten Sleman untuk tahun-tahun yang akan datang terus mengalami peningkatan. Kelemahan dari perhitungan menggunakan trend ini, adalah hasilnya cenderung selalu naik dari tahun ke tahun sedangkan belum tentu perkembangan penerimaan yang diperoleh dari tahun ke tahun selalu meningkat. Meski demikian, analisis ini tetap ada kelemahannya yaitu, pada perubahan tiap tahunnya yang selalu menunjukkan peningkatan. Hal itu sering pula tidak sesuai dengan realisasi penerimaan pada tahun-tahun berikutnya karena, penerimaan di dalam suatu daerah belum tentu selalu mengalami kenaikan. Sehingga kadang perhitungan untuk perkiraan target penerimaan pada tahun-tahun berikutnya mengalami ketidaksesuaian terhadap kenyataan yang ada. 6.2 Pembahasan 6.2.1. Pembahasan Perkembangan tingkat kemandirian Keuangan Daerah