2000-2004 Kabupaten Sleman mempunyai Penerimaan Asli Daerah yang paling besar diantara Kabupaten-kabupaten yang ada di Propinsi DIY. Data
yang dicari diperoleh dari badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah BPKKD Kabupaten Sleman.
5.2.1. Data yang di Gunakan adalah :
1. Pendapatan Asli Daerah dan Total Penerimaan Daerah tahun anggaran 2000 sampai dengan tahun anggaran 2004.
2. Realisasi Pemungutan PAD dan Target Penerimaan PAD tahun anggaran 2000 sampai dengan tahun anggaran 2004.
3. Biaya Pemungutan PAD dan Realisasi Penerimaan PAD tahun anggaran 2000 sampai dengan tahun anggaran 2004.
5.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, trankrip, buku surat kabar, majalah parasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya Arikunto, 1998:236. Masalah yang
diteliti, antara lain : data Kabupaten Sleman Yogyakarta dalam angka data PAD, target PAD, realisasi PAD, biaya untuk memungut PAD yang dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Data-data tersebut diperoleh
dari BPKKD Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Sleman.
5.2.3. Teknik Analisis Data
1. Untuk menjawab permasalahan pertama, penulis menggunakan dua langkah yaitu :
A Menghitung Tingkat Kemandirian dengan rumus : Halim, 2002:128
Pendapatan Asli Daerah Tingkat Kemandirian = ---------------------------------
Total Penerimaan Daerah
Langkah-langkah untuk melakukan penghitungan Tingkat Kemadirian adalah :
1 Membuat tabel perkembangan APBD tahun Anggaran 2000
sampai dengan tahun Anggaran 2004. 2
Mengidentifikasi PAD dan total Penerimaan untuk masing- masing tahun Anggaran.
3 Membandingkan antara PAD dengan Total Penerimaan.
4 Menarik kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut dengan
berpatokan pada : a
Apabila tingkat kemandirian 0 - 25 berarti kemampuan keuangan daerah tersebut rendah sekali, maka daerah
tersebut sangat tergantung kepada pemerintah pusat yang berarti tidak mampu melaksanakan otonomi daerah.
b Apabila tingkat kemandirian 25 - 50 berarti
kemampuan keuangan daerah tersebut rendah, namun campur tangan pemerintah pusat mulai berkurang dengan
demikian dianggap sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah.
c Apabila tingkat kemandirian 50 - 75 berarti
kemampuan keuangan daerah tersebut sedang, dengan demikian daerah yang bersangkutan tingkat
kemandiriannya mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi.
d Apabila tingkat kemandirian 75 - 100 berarti
kemapuan keuangan daerah tersebut tinggi, maka campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena benar-
benar mampu dan mandiri melaksanakan urusan otonomi daerah.
B Untuk mengetahui perkembangan dan Proyeksi tingkat kemandirian
tersebut dipergunakan analisis trend dengan metode kuadrat terkecil Least Square Dajan, 1983:305. Metode kuadrat minimum
merupakan metode yang memuaskan bagi penggambaran garis trend linier. Penggunaan metode kuadrat terkecil digunakan untuk menarik
garis trend sebetulnya yang lebih disebabkan oleh faktor kepraktisan,
karena matematis metode tersebut memang sudah terbaik Dajan, 1983:312. Pencarian nilai trend deret berkala pada metode kuadrat
terkecil, observasi-observasi umumnya dilakukan pada waktu yang sama sehingga penentuan nilai-nilai konstanta dalam persamaan linier
guna penerapan kurva lebih mudah dilakukan. Bila jumlah observasi n ganjil maka rata-rata x hitung adalah observasi yang tertengah
Dajan, 1983:304. Sedangkan bila jumlah observasi n genap, penentuan rata-rata hitung x akan mengalami sedikit perubahan. Data
yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data ganjil sehingga penentuan rata-rata hitung x lebih mudah, yaitu dengan menentukan
observasi yang tertengah. Penggunaan analisis trend dengan metode kuadrat terkecil pada kasus data ganjil lebih praktis dibandingkan
metode setengah rata-rata.
Dengan formula : Y
’
= a + bx, dimana. Y
a = ---------
n Formula:5.1
XY b =
-------- X
2
Keterangan : Y
= Variabel tingkat kemandirian
a = Besarnya Y saat X = 0
b = Besarnya perubahan Y jika X mengalami perubahan 1 satuan
X = waktu
2. Untuk menjawab permasalahan kedua penulis menggunakan dua langkah yaitu :
A. Menghitung rasio Efektivitas dengan rumus : Halim,2002:129
Realisasi Penerimaan PAD Rasio Efektivitas = ----------------------------------------------------------------
Target Penerimaan PAD yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah
Langkah-langkah untuk melakukan penghitungan Rasio Efektivitas 1
Membuat tabel target dan realisasi penerimaan PAD tahun anggaran 20002001 sampai dengan tahun anggaran 2004.
2 Mengidentifikasi target penerimaan PAD dan realisasi
penerimaan PAD untuk masing-masing tahun anggaran. 3
Membandingkan antara realisasi dan target yang ditetapkan untuk masing-masing tahun anggaran.
4 Menentukan tingkat efektivitas.
Untuk menentukan tingkat efketivitas tidaknya pungutan PAD digunakan asumsi sebagai berikut :
a Apabila kontribusi keluaran yang dihasilkan realisasi
PAD semakin besar terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut target PAD maka dapat dikatakan pemungutan
PAD semakin efektif b
Apabila kontribusi keluaran yang dihasilkan realisasi PAD semakin kecil terhadap nilai pencapaian sasaran
tersebut target PAD maka dapat dikatakan pemungutan PAD kurang efektif. Namun menurut Halim 2002:129
apabila rasio efektivitas mencapai 1 100 berarti daerah tersebut mampu menjalankan tugasnya dengan efektif.
B. Untuk mengetahui perkembangan dan Proyeksi Rasio Efektivitas
tersebut digunakan analisis trend dengan metode kuadrat terkecil least square Dajan, 1983:305. Metode kuadrat minimum
merupakan metode yang memuaskan bagi penggambaran garis trend linier. Penggunaan metode kuadrat terkecil digunakan untuk menarik
garis trend sebetulnya yang lebih disebabkan oleh faktor kepraktisan, karena matematis metode tersebut memang sudah terbaik Dajan,
1983:312. Pencarian nilai trend deret berkala pada metode kuadrat terkecil, observasi-observasi umumnya dilakukan pada waktu yang
sama sehingga penentuan nilai-nilai konstanta dalam persamaan linier guna penerapan kurva lebih mudah dilakukan. Bila jumlah observasi
n ganjil maka rata-rata x hitung adalah observasi yang tertengah Dajan, 1983:304. Sedangkan bila jumlah observasi n genap,
penentuan rata-rata hitung x akan mengalami sedikit perubahan. Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data ganjil sehingga
penentuan rata-rata hitung x lebih mudah, yaitu dengan menentukan observasi yang tertengah. Penggunaan analisis trend dengan metode
kuadrat terkecil pada kasus data ganjil lebih praktis dibandingkan metode setengah rata-rata.
Dengan formula : 5.1 3. Untuk menjawab permasalahan yang ketiga penulis menggunakan dua
langkah yaitu : A. Menghitung Rasio Efisiensi dengan rumus : Halim, 2002:131
Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD Rasio Efisiensi = -------------------------------------------------------------------
Realisasi Penerimaan PAD
Langkah-langkah untuk melakukan penghitungan Rasio Efisiensi adalah:
1 Membuat tabel biaya dan realisasi penerimaan pajak dan
retribusi daerah tahun anggaran 20002001 sampai dengan tahun anggaran 2004.
2 Mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan untuk pemungutan
PAD dan realisasi penerimaan PAD yang ditetapkan untuk masing-masing tahun anggaran
3 Membandingkan antara biaya pemungutan PAD dan realisasi
penerimaan PAD yang ditetapkan untuk masing-masing tahun anggaran.
4 Menentukan tingkat Efisiensi dimana kinerja pemerintah daerah
dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 100.
B. Untuk mengetahui perkembangan dan Proyeksi Rasio Efisiensi
tersebut digunakan Analisis trend dengan metode kuadrat terkecil least square Dajan, 1983:305. Metode kuadrat minimum
merupakan metode yang memuaskan bagi penggambaran garis trend linier. Penggunaan metode kuadrat terkecil digunakan untuk menarik
garis trend sebetulnya yang lebih disebabkan oleh faktor kepraktisan, karena matematis metode tersebut memang sudah terbaik Dajan,
1983:312. Pencarian nilai trend deret berkala pada metode kuadrat terkecil, observasi-observasi umumnya dilakukan pada waktu yang
sama sehingga penentuan nilai-nilai konstanta dalam persamaan linier guna penerapan kurva lebih mudah dilakukan. Bila jumlah observasi
n ganjil maka rata-rata x hitung adalah observasi yang tertengah Dajan, 1983:304. Sedangkan bila jumlah observasi n genap,
penentuan rata-rata hitung x akan mengalami sedikit perubahan. Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data ganjil sehingga
penentuan rata-rata hitung x lebih mudah, yaitu dengan menentukan observasi yang tertengah. Penggunaan analisis trend dengan metode
kuadrat terkecil pada kasus data ganjil lebih praktis dibandingkan
metode setengah rata-rata.Dengan formula : 5.1
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN