Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan Lokasi dan Waktu

penangkapan yang benar-benar berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan. Suatu alat tangkap baik jenis maupun ukuran yang dipilih adalah yang mempunyai hubungan linear dengan laju tangkapan.

2.8. Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan

Bila penangkapan ikan lebih banyak dibandingkan kemampuan ikan memijah, maka wilayah laut tersebut akan miskin secara sumberdaya. Hal ini dikenal sebagai kondisi upaya tangkap lebih overfishing. Sehubungan dengan hal itu terdapat analisis Total Allowable Catch TAC atau jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB dan Maximum Sustainable Yield MSY atau jumlah maksimum tangkapan lestari Poernomo 2009. Analisis surplus produksi juga dapat menentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan Total Allowable CatchTAC dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan TP. Besarnya TAC biasanya dihitung berdasarkan nilai tangkapan maksimum lestari atau MSY Maximum Sustainable Yield suatu sumberdaya perikanan yang perhitungannya didasarkan atas berbagai pendekatan atau metode Boer Aziz 1995. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTBTAC adalah 80 dari potensi maksimum lestarinya MSY. Akan tetapi manajemen perikanan menganut azas kehati-hatian Precautionary approach, maka TAC ditetapkan sebesar 80 dari potensi tersebut Atmaji 2007.

2.9. Pengelolaan Perikanan

Menurut Boer Aziz 2007, pengelolaan sumberdaya perikanan bertujuan demi tercapainya kesejahteraan para nelayan, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, penghasil devisa serta mengetahui porsi optimum pemanfaatan oleh armada penangkapan ikan. Selain itu pengelola perikanan memiliki tugas untuk menentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan berdasarkan tangkapan maksimum lestari. Pendekatan yang umum digunakan dalam studi pengelolaan sumberdaya perikanan adalah pendekatan struktural atau analitik yaitu pendekatan dengan cara menjelaskan sistem sumberdaya perikanan melalui komponen-komponen yang membentuk sistem tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah rekrutmen, pertumbuhan dan mortalitas. Pendekatan secara struktural cukup ideal namun berbiaya termahal serta membutuhkan waktu yang cukup lama, dimana untuk dapat memahami setiap komponen diperlukan penelitian khusus yang beragam, mulai dari aspek biologi hingga aplikasi model-model kuantitatif sebagai alat bantu studi. Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan global yang menjelaskan sistem sumberdaya perikanan tanpa memperhatikan komponen yang membentuknya, melainkan berdasarkan data maupun informasi yang paling mudah dikumpulkan, seperti data tangkapan, upaya tangkap, produksi dan nilai produksi serta informasi lain yang diperoleh melalui sistem pelaporan kegiatan armada perikanan di pelabuhan, tempat pelelangan ikan atau tempat lain yang telah ditentukan Boer Aziz 2007. Tujuan utama pengelolaan perikanan adalah untuk menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari berbagai stok ikan resource conservation, terutama melalui berbagai tindakan pengaturan regulations dan pengayaan enhancement yang meningkatkan kehidupan sosial nelayan dan sukses ekonomi bagi industri yang didasarkan pada stok ikan Widodo Suadi 2002. Dalam pengelolaan perikanan sangat sulit untuk mengatur dan merubah kondisi yang telah ada sehingga upaya yang mungkin dilakukan adalah hanya berupa pembatasan seperti tidak mengijinkan perahu penangkap baru yang akan masuk ke perairan serta membatasi jumlah tangkapan nelayan tanpa mengurangi jumlah perahu nelayan yang telah ada saat ini. Menurut Widodo Suadi 2006, proses penipisan stok sering dibarengi dengan lima kombinasi yaitu penurunan produktivitas perikanan atau hasil tangkapan per unit upaya penangkapan CPUE, penurunan hasil tangkapan total yang didaratkan, penurunan bobot rata-rata ikan, perubahan dalam struktur umur populasi ikan ukuran, umur, serta perubahan komposisi spesies ikan ekologi perikanan. Pengelolaan perikanan harus ditentukan melalui beberapa tahap diantaranya tahap awal, saat produksi ikan masih berada di bawah nilai tangkapan maksimum lestari MSY, maka kebijakan harus ditujukan terutama untuk mendorong perkembangan perikanan. Setelah batas kemampuan potensi, daya dukung dari stok ikan telah tercapai MSY, laju perkembangan penangkapan ikan mulai dikurangi. Selanjutnya ketika nilai tangkapan berada di atas ambang nilai MSY, semua kebijakan akan lebih bersifat sebagai usaha pembatasan Widodo Suadi 2006.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Pengambilan dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Februari 2011. Data primer diperoleh dari pengambilan contoh yang dilakukan secara acak terhadap jenis ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta yang hanya tertangkap di perairan Teluk Jakarta dan di daratkan di PPI Kamal Muara, Kotamadya Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan interval waktu pengambilan dua minggu selama tiga bulan. Berikut ini disajikan peta lokasi penangkapan ikan kembung lelaki Rastrelliger kanagurta di Teluk Jakarta pada Gambar 4. Gambar 4. Peta lokasi penelitian Google Maps 2011

3.2. Alat dan Bahan