Model Surplus Produksi Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) di Perairan Teluk Jakarta, Provinsi DKI Jakarta

penangkapan adalah mortalitas yang terjadi akibat adanya aktivitas penangkapan oleh manusia Sparre Venema 1999. Laju eksploitasi E didefinisikan sebagai bagian suatu kelompok umur yang akan ditangkap selama ikan tersebut hidup. Oleh karena itu laju eksploitasi juga dapat diartikan sebagai jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena semua faktor, baik faktor alami maupun faktor penangkapan Pauly 1984. Gulland 1971 in Pauly 1984 menduga bahwa dalam stok yang dieksploitasi optimal maka laju mortalitas penangkapan F sama dengan laju mortalitas alami M atau laju eksploitasi E sama dengan 0,5. Penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam pengkajian stok ikan King 1995.

2.7. Model Surplus Produksi

Model surplus produksi didasarkan pada asumsi bahwa CPUE merupakan fungsi dari f, baik bersifat linear seperti pada model Schaefer maupun bersifat eksponensial seperti pada model Fox. Dalam model surplus produksi Schaefer mengasumsikan bahwa kenaikan bersih biomassa adalah fungsi dari besarnya populasi Atmadja et al. 2003. Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum biasa disebut f MSY atau effort MSY, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang, yang biasa disebut hasil tangkapan maksimum lestari Maximum Sustainable Yield MSY Sparre Venema 1999. Dari model ini dapat diperoleh estimasi besarnya kelimpahan biomassa dan estimasi potensi dari suatu jenis atau kelompok jenis species group sumberdaya ikan Widodo Nurhakim 1998. Pada kondisi dimana perikanan tangkap berkembang secara bertahap, populasi ikan membutuhkan waktu penyesuaian terhadap tekanan alat tangkap yang semakin bertambah. Periode waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan tidak pernah diketahui. Hasil penelitian terakhir mendapatkan bahwa banyak stok ikan sudah mengalami penurunan secara terus menerus sejak pertama kali ditangkap, dan populasi ikan berkurang 80 dalam 15 tahun sejak pertama kali dieksploitasi Myers Worm, 2003 in Wiadnya et al. 2009. Implikasinya adalah bahwa banyak stok populasi ikan yang tidak pernah mencapai kondisi keseimbangan. Model surplus produksi merupakan model yang sangat sederhana dengan biaya yang relatif murah Widodo Nurhakim 1998. Model ini dikatakan sederhana karena data yang diperlukan sangat sedikit, sebagai contoh tidak perlu menentukan kelas umur sehingga dengan demikian tidak perlu penentuan umur dan hanya memerlukan data tentang hasil tangkapan atau produksi yang biasanya tersedia di setiap tempat pendaratan ikan, dan upaya penangkapan Sparre Venema 1999. Selain itu, model ini dikatakan murah biayanya karena dalam penggunaan model ini biaya yang dikeluarkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan model lain seperti dengan penggunaan trawl dan echosounder yang tergolong sangat mahal karena pelaksanaan kegiatan tersebut harus menggunakan kapal riset khusus, sehingga jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk mengkaji seluruh perairan sangat besar Wiyono 2005. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa model surplus produksi banyak digunakan di dalam estimasi stok ikan di perairan tropis. Model surplus produksi dapat diterapkan bila data hasil tangkapan total berdasarkan spesies, hasil tangkapan per unit upaya catch per unit effortCPUE atau per spesies, atau CPUE berdasarkan spesies dan upaya penangkapannya dalam beberapa tahun tersedia Sparre Venema 1999. Namun jumlah upaya penangkapan yang dapat menggambarkan upaya yang benar-benar efektif dan bukan sekedar nominal amat sulit ditentukan. Oleh sebab itu penggunaan model ini memerlukan kehati-hatian dan didukung dengan berbagai informasi tambahan dan validasi dengan menggunakan beberapa metode lain. Model ini dapat dipergunakan dalam menganalisis sumberdaya pelagis besar, pelagis kecil, udang dan krustasea lainnya, serta moluska Widodo Nurhakim 1998. Persyaratan untuk analisis model surplus produksi adalah sebagai berikut Sparre Venema 1999: 1 Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya tangkap relatif 2 Distribusi ikan menyebar merata 3 Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan tangkap yang seragam. Asumsi yang digunakan dalam model surplus produksi menurut Sparre Venema 1999 adalah : 1 Asumsi dalam keadaan ekuilibrium Pada keadaan ekuilibrium, produksi biomassa per satuan waktu adalah sama dengan jumlah ikan yang tertangkap hasil tangkapan per satuan waktu ditambah dengan ikan yang mati karena keadaan alam. 2 Asumsi biologi Alasan biologi yang mendukung model surplus produksi telah dirumuskan dengan lengkap oleh Ricker 1975 in Sparre Venema 1999 sebagai berikut : a. Menjelang densitas stok maksimum, efisiensi reproduksi berkurang, dan sering terjadi jumlah rekrut lebih sedikit daripada densitas yang lebih kecil. Pada kesempatan berikutnya, pengurangan dari stok akan meningkatkan jumlah rekrutmen. b. Bila pasokan makanan terbatas, makanan kurang efisien dikonversikan menjadi daging oleh stok yang besar daripada oleh stok yang lebih kecil. Setiap ikan pada suatu stok yang besar masing-masing memperoleh makanan lebih sedikit; dengan demikian dalam fraksi yang lebih besar makanan hanya digunakan untuk mempertahankan hidup, dan dalam fraksi yang lebih kecil digunakan untuk pertumbuhan c. Pada suatu stok yang tidak pernah dilakukan penangkapan terdapat kecenderungan lebih banyak individu yang tua dibandingkan dengan stok yang telah dieksploitasi 3 Asumsi terhadap koefisien kemampuan menangkap Pada model surplus produksi diasumsikan bahwa mortalitas penangkapan proporsional terhadap upaya. Namun demikian upaya ini tidak selamanya benar, sehingga kita harus memilih dengan benar upaya penangkapan yang benar-benar berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan. Suatu alat tangkap baik jenis maupun ukuran yang dipilih adalah yang mempunyai hubungan linear dengan laju tangkapan.

2.8. Jumlah Tangkapan Yang Diperbolehkan