2.2. Alat Tangkap Ikan Kembung Lelaki
Alat tangkap ikan berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1985 merupakan sarana dan perlengkapan atau benda lainnya yang dipergunakan untuk
menangkap ikan. Ikan kembung lelaki dapat tertangkap menggunakan alat tangkap pukat udang high opening bottomtrawl, pancing handline, jaring
insang gill net, jaring angkat lift net dan pukat cincin purse seine Moazzam et al. 2005.
Berdasarkan data yang diperoleh, payang merupakan alat tangkap yang dominan digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan kembung lelaki di PPI
Kamal Muara Instalasi Riset Perikanan Teluk PPI Kamal Muara, 2010. Alat tangkap jaring payang merupakan pukat kantong yang digunakan untuk
menangkap ikan pelagis pelagic fish. Menurut Monintja 1991 in Irnawati 2004, jaring pada payang terdiri
dari sebuah kantong berukuran besar, dua buah sayap, dua tali ris diujung sayap jaring, tali selambar, serta pelampung dan pemberat. Kantong merupakan satu
kesatuan yang berbentuk menyerupai bangun kerucut, semakin ke arah ujung kantong jumlah mata jaring semakin berkurang dan ukuran mata jaringnya
semakin kecil. Ikan hasil tangkapan akan terkumpul di bagian kantong ini. Semakin kecil ukuran mata jaring maka akan semakin kecil kemungkinan ikan
meloloskan diri. Bentuk dan bagian-bagian alat tangkap payang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bentuk dan bagian-bagian pada alat tangkap payang auxis.tripod.comfishing.htm
Spesifikasi alat tangkap payang yang digunakan oleh nelayan di PPI Kamal Muara adalah jaring berukuran panjang ±16 m dengan lebar ±10 m,
ukuran mata jaring bagian kantong mencapai 1 inchi 3 inchi dan ukuran mata
jaring bagian sayap 8 inchi, serta tali ris berjenis marlon pada bagian sayap sepanjang ±8 m. Jenis kapal yang dipakai untuk operasional alat tangkap ini
adalah perahu motor dengan ukuran 5-6 GT.
2.3. Hubungan Panjang Bobot
Dalam perhitungan untuk menduga suatu pertumbuhan terdapat dua model yang dapat digunakan yaitu model yang berhubungan dengan bobot dan model
yang berhubungan dengan panjang Effendie 1979. Model-model tersebut menggunakan persamaan matematik untuk menggambarkan suatu pertumbuhan.
Analisis pola pertumbuhan menggunakan data panjang bobot. Persamaan hubungan panjang bobot ikan yang dihasilkan dari perhitungan dimanfaatkan
untuk menjelaskan pola pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot ikan sebagai pangkat tiga dari
panjangnya. Dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang Effendie 1979.
Effendie 2002 menjelaskan bahwa jika nilai panjang dan bobot diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = aL
b
. Hasil analisis hubungan panjang bobot akan menghasilkan suatu nilai konstanta b yaitu harga
pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik b=3, pertambahan panjangnya seimbang dengan
pertambahan bobot. Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik b 3, pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobot. Pola
pertumbuhan allometrik positif b3 menyatakan pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan allometrik negatif
b3 menyatakan pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot.
2.4. Sebaran Frekuensi Panjang