Waktu Baku ANALISIS WAKTU DAN ELEMEN KERJA

52 dengan pekerja yang lain, merokok, minum, mengangkat handphone, berdiri diam, membetulkan egrek, dan tomasun.

4.2.5 Waktu Baku

Waktu baku yang ditetapkan dapat berfungsi sebagai perencanaan jumlah pekerja yang harus dipekerjakan pada bagian atau proses-proses tertentu agar produktivitas perusahaan meningkat. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih pada perusahaan karena sumber daya manusia dialokasikan ke tempat-tempat yang tetap dan melakukan kegiatan kerja yang efektif. Waktu baku didapat dari waktu normal dikali dengan 1+ faktor koreksi, maka didapatkan waktu baku untuk memanen kelapa sawit untuk masing-masing elemen-elemen kerja dari berbagai variasi topografi, lahan, dan ketinggian pohon yang berbeda-beda. Waktu baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 26 dibawah ini. Untuk total waktu baku memanen 1 tandan dari berbagai variasi topografi, lahan, dan ketinggian pohon dapat dilihat pada Tabel 27. 53 Tabel 26. Waktu Baku masing-masing elemen kerja dengan variasi lahan, topografi, ketinggian pohon yang berbeda-beda No Elemen Kerja Waktu Normal detik Variasi Kerja Faktor Kemudahan FK Total Waktu Baku detik Topografi Lahan Ketinggian Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5+6+7 3[1+8] 1 Ve 3.45 T-K-H1 -0.07 -0.07 3.21 T-K-H2 -0.30 -0.01 -0.31 2.39 F-K-H1 3.45 F-K-H2 0.33 0.33 4.59 F-B-H1 0.24 0.24 4.27 F-B-H2 tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 2 Pr 6.45 0.00 6.45 3 Cu 25.88 T-K-D 0.15 0.15 29.86 T-K-E1 0.49 0.00 0.49 38.47 T-K-E2 1.09 0.15 1.24 57.91 F-K-D -0.45 -0.45 14.19 F-K-E1 0.00 0.00 25.88 F-K-E2 -0.19 -0.19 21.06 F-B-D -0.18 -0.18 21.13 4 Ba 9.53 0.00 9.53 5 Ck 1.74 0.00 1.74 6 Br 37.03 T-K-H1 0.39 0.39 51.48 T-K-H2 -0.25 -0.20 -0.45 20.32 F-K-H1 0.00 37.03 F-K-H2 0.40 0.40 51.75 F-B-H1 -0.20 -0.20 29.67 F-B-H2 tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada 53 54 No Elemen Waktu Normal Variasi Faktor Kesulitan FK Total Waktu Baku Kerja detik kerja Topografi Lahan Ketinggian Pohon detik 7 Lo 3.75 0.00 3.75 8 MoT 8.68 0.00 8.68 9 MoAT 13.52 0.00 13.52 10 Un 6.56 0.00 6.56 11 UD A 9.39 0.00 9.39 12 UD K 15.07 0.00 15.07 13 AD 10.83 10.83 Keterangan: T = Topografi Teras F = Topografi Flat B = Lahan Basah K = Lahan Kering H1 = Ketinggian Pohon 3 m H2 = Ketinggian Pohon 3-6 m D = Dodos E1 = Egrek 1 E2 = Egrek 2 + = Faktor Kesulitan - = Faktor Kemudahan 54 55 Tabel 27. Total waktu baku memanen 1 tandan dengan berbagai variasi kondisi topografi, lahan, dan ketinggian pohon No Elemen kerja Waktu Baku detik T-K-D T-K-E1 T-K-E2 F-K-D F-K-E1 F-K-E2 F-B-D 1 Ve 3.21 3.21 2.39 3.45 3.45 4.59 4.27 2 Pr 6.45 6.45 6.45 6.45 6.45 6.45 6.45 3 Cu 29.86 38.47 57.91 14.19 25.88 21.06 21.13 4 Ba 9.53 9.53 9.53 9.53 9.53 9.53 9.53 5 Ck 1.74 1.74 1.74 1.74 1.74 1.74 1.74 6 Br 51.48 51.48 20.32 37.03 37.03 51.75 29.67 7 Lo 3.75 3.75 3.75 3.75 3.75 3.75 3.75 8 MoT 8.68 8.68 8.68 8.68 8.68 8.68 8.68 MoAT 13.52 13.52 13.52 13.52 13.52 13.52 13.52 9 Un 6.56 6.56 6.56 6.56 6.56 6.56 6.56 10 UD A 9.39 9.39 9.39 9.39 9.39 9.39 9.39 UD K 15.07 15.07 15.07 15.07 15.07 15.07 15.07 11 AD 10.83 10.83 10.83 10.83 10.83 10.83 10.83 Total waktu baku 147.17 155.77 143.23 117.28 128.97 140.01 117.68 per tandan tanpa angkong Total waktu baku 146.34 154.95 142.40 116.45 128.15 139.18 116.85 per tandan dengan angkong Keterangan: T = Topografi Teras F = Topografi Flat B = Lahan Basah K = Lahan Kering H1 = Ketinggian Pohon 3 m H2 = Ketinggian Pohon 3-6 m D = Dodos E1 = Egrek 1 E2 = Egrek 2 Dari Tabel 27. tersebut dapat disimpulkan waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat dengan menggunakan dodos dibandingkan menggunakan egrek. Hal ini dikarenakan memanen tandan dengan menggunakan dodos bisa dilakukan tanpa memotong pelepah terlebih dahulu. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat pada topografi flat dibandingkan dengan teras untuk lahan kering dan menggunakan egrek. Hal ini dikarenakan lebar lahan pada topografi teras sebesar 1- 1-5 meter sehingga ketika memanen tandan pemanen harus mengatur posisi yang aman dan sesuai. Waktu baku memanen kelapa sawit lebih cepat pada lahan basah dibandingkan dengan lahan kering. Total waktu baku per tandan terbagi menjadi dua yaitu total waktu baku per tandan dengan angkong dan total waktu baku per tandan tanpa angkong. Total waktu baku per tandan dengan angkong didapat dari penjumlahan dari elemen kerja verifikasi tandan Ve sampai dengan kelambatan yang dapat dihindarkan avoidable delay tanpa menjumlahkan elemen kerja perpindahan membawa tandan MoT dan perpindahan tanpa membawa tandan UDK. Total waktu baku per tandan tanpa angkong didapat dari 56 penjumlahan dari elemen kerja verifikasi tandan Ve sampai dengan kelambatan yang dapat dihindarkan avoidable delay tanpa menjumlahkan elemen kerja perpindahan membawa angkong kosong UDA dan perpindahan membawa angkong bermuatan MoAT. 4.3 ANALISIS METODE KERJA 4.3.1 Produktivitas Secara umum ada dua kriteria yang dapat dimasukkan sebagai kriteria produktivitas, yaitu besar kecilnya keluaran yang dihasilkan dan waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersbut. Waktu kerja disini adalah suatu ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian dan penilaian dari produktivitas kerja manusia. Nilai produktivitas tenaga kerja memanen kelapa sawit didapatkan melalui hasil perhitungan waktu siklus, dan hasil wawancara dengan para pemanen. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa dalam 1 hari kerja yaitu mulai dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB atau selama 8 jam kerja rata-rata pemanen dapat memanen 80 buah besar atau 100-125 buah kecil. Waktu ini adalah waktu kotor dari tenaga pemanen.

4.3.2 Rasa Sakit yang Terjadi Akibat Pekerjaan

Suatu pekerjaan termasuk ke dalam highly repetitive task jika memiliki siklus waktu 30 detik atau kurang Easmant 1986. Kebutuhan energi untuk pekerjaan ini biasanya cukup rendah, namun kerja yang berulang-ulang ini biasanya menggunakan sekumpulan kecil dari otot dan berotasi di sekitar pergelangan tangan, bahu kanan atas dan kiri atas. Sakit ini biasanya diikuti oleh gejala-gejala dari peradangan dan rasa sakit yang tergabung menjadi satu yang disebut repetitive motion disorders. Sekumpulan rasa sakit itu terjadi mulai dari peradangan sendi sampai menyebabkan rasa sakit pada otot akibat terjebaknya saraf. Peradangan ini yang menyebabkan timbulnya rasa sakit pada sendi-sendi yang terlibat. Repetitive motion disorders ini sering terjadi pada bagian tubuh bagian atas dan wilayah sekitar leher. Kecepatan dalam bekerja akan mempengaruhi gaya-gaya yang terjadi pada tendon dari otot tangan dan lengan, yang juga diikuti oleh meningkatnya bahaya akibat terjadinya repetitive motion disorders. Pada kecepatan yang tinggi, puncak gaya yang terjadi juga akan meningkat dan pengulang-ulangan kerja pada level ini akan memperparah gejala sakitnya. Besarnya tenaga yang dibutuhkan dan banyaknya otot yang bekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan dan peradangan yang terjadi pada otot dan sensi. Jika frekuensi dari pengulangan kerja tinggi, waktu istirahat tidak cukup akan meningkatkan potensi dari terjadinya penyakit. Jika pekerjaan tersebut terjadi dalam waktu yang lama dan waktu istirahat tidak mencukupi, maka rasa sakit pada otot dan sendi akan terus meningkat. Berdasarkan hal tersebut, maka elemen kerja memungut brondolan dan memotong tandan yang terdapat pada aktivitas pemanenan kelapa sawit dapat digolongkan dalam highly repetitive task, meskipun waktu baku yang dibutuhkan untuk memanen 1 tandan kelapa sawit lebih dari 30 detik. Dari hasil pengolahan data elemen kerja mengambil brondolan dan memotong tandan membutuhkan waktu yang paling lama. Aktivitas pemanenan kelapa sawit merupakan pekerjaan yang berat. Hal inilah yang juga dapat menyebabkan terjadinya muscular fatigue. Muscular fatigue adalah fenomena rasa sakit yang timbul akibat kerja yang berlebihan pada otot Grandjean 1993. Akibat terjadinya muscular fatigue ini adalah berkurangnya daya angkat, kontraksi dan relaksasi otot akan menurun, menurunkan tenaga, membuat