Elemen Kerja Mengidentifikasi Tandan Matang Ve

47 Faktor kesulitan merupakan faktor yang mempengaruhi elemen-elemen kerja pada kegitan pemanenan kelapa sawit. Faktor kesulitan untuk masing-masing elemen kerja pada aktivitas pemanenan kelapa sawit antara lain:

4.2.4.1 Elemen Kerja Mengidentifikasi Tandan Matang Ve

Elemen kerja mengidentifikasi buah yang matang merupakan elemen kerja yang seharusnya dapat dilakukan dengan waktu yang cepat. Elemen kerja ini dipengaruhi oleh faktor topografi, lahan, dan ketinggian pohon. Waktu normal untuk melakukan kegiatan ini sebesar 3.45 detik. Ada beberapa hal yang menyebabkan elemen gerakan ini menjadi lebih lama yaitu ketika jumlah brondolan yang ada di piringan kurang dari 10 buah, pemanen mengidentifikasinya dengan menyentuh tandan menggunakan egrekdodos. Keahlian dan pengalaman pekerja juga mempengaruhi lamanya waktu untuk mengidentifikasi tandan matang. Faktor kesulitan pada elemen kerja ini dapat dilihat dari Tabel 23. Tabel 23. Faktor kesulitan elemen kerja Ve dengan variasi kerja Variasi kerja Faktor Kesulitan Topografi Lahan Ketinggian Pohon T-K-H1 -0.07 T-K-H2 -0.30 -0.01 F-K-H1 F-K-H2 0.33 F-B-H1 0.24 F-B-H2 Tidak ada Tidak ada Keterangan: T = Topografi Teras F = Topografi Flat B = Lahan Basah K = Lahan Kering H1 = Ketinggian Pohon 3 m H2 = Ketinggian Pohon 3-6 m D = Dodos E1 = Egrek 1 E2 = Egrek 2 + = Faktor Kesulitan - = Faktor Kemudahan Dari Tabel 23 dapat dilihat faktor kesulitan topografi untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar -0.07 dibandingkan dengan F-K-H1 sebesar 0. Variasi kerja T-K-H2 sebesar -0.30 dibandingkan dengan F- K-H2 sebesar 0. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada topografi teras dibandingkan topografi flat karena bentuk dari topografi teras adalah berundak-undak sehingga ketika melakukan pekerjaan pada topografi teras pekerja sudah dapat melihat tandan yang akan dipanen pada pohon yang berada pada teras bagian bawah. Faktor kesulitan lahan dari Tabel 23 dapat dilihat untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan F-B-H1 sebesar 0.24. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada lahan kering dibandingkan lahan basah. Lahan basah yang dimaksud bukan lahan yang terendam air, tetapi lahan yang agak lembab. Elemen kerja mengidentifikasi tandan matang dilakukan dengan berjalan sampai tandan yang matang ditemukan. Pekerja tidak hanya melihat tandan saja namun juga harus memperhatikan lingkungan sekitar seperti lahan. Berjalan di 48 lahan basah tersebut pemanen membutuhkan tenaga ekstra dan juga harus berhati-hati ketika sedang membawa angkong. Pada umumnya di lahan basah banyak terdapat sisa-sisa batang pohon terdahulu dan juga ranting-ranting pohon sehingga menyulitkan pada waktu berjalan dan juga mengangkong. Faktor kesulitan ketinggian pohon dari Tabel 23 dapat dilihat untuk variasi kerja T-K-H1 sebesar 0 dibandingkan dengan T-K-H2 sebesar -0.01. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada ketinggian pohon 3-6 meter dibandingkan dengan ketinggian pohon 3 meter. Namun jika dilihat dari nilai faktor kesulitannya yaitu -0.01, ketinggian pohon pada topografi teras tidak terlalu mempengaruhi verifikasi tandan matang. Faktor kesulitan ketinggian pohon untuk variasi kerja F-K-H1 sebesar 0 dan F-K-H2 sebesar 0.33. Hal ini menunjukkan verifikasi tandan matang lebih mudah dilakukan pada ketinggian pohon 3 meter dibandingkan 3-6 meter. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ketinggian pohon 3 meter dan 3-6 meter tidak mempengaruhi identifikasi tandan matag Ve. Dari ketiga faktor kesulitan tersebut dapat disimpulkan elemen kerja mengidentifikasi buah matang Ve pada topogafi teras lebih mudah dibandingkan topografi flat. Ve pada lahan kering lebih mudah dibandingkan lahan basah. Ketinggian pohon 3 meter dan 3-6 meter tidak mempengaruhi identifikasi tandan matang Ve.

4.2.4.2 Elemen Kerja Menyiapkan Alat Panen Pr