8 kelelahan serta faktor ergonomika yang lainnya. Lingkungan, kondisi lahan dan
topografi dicatat selama terjadi pengukuran kerja untuk keperluan menentukan faktor kesulitan.
Kondisi pengukuran dilakukan pada topografi teras dan flat, lahan basah dan kering, ketinggian pohon 3 meter H1 dan ketinggian pohon 3-6 meter H2.
Topografi teras merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan berundak-undak sedangkan topografi flat merupakan topografi yang memiliki bentuk lahan datar agak
bergelombang. Lahan kering merupakan lahan yang memiliki jenis tanah mineral dan kering sedangkan lahan basah merupakan lahan yang jenis tanahnya organik rawa
yang agak lembab namun tidak terendam oleh air. Pemanenan kelapa sawit pada ketinggian pohon 3 meter dengan menggunakan dodos dan egrek dan pemanenan
kelapa sawit pada ketinggian pohon 3-6 meter dengan menggunakan egrek.
3.4.3 Tahap Pengolahan Data
Data-data hasil perekaman pemanenan kelapa sawit dengan digital video camera digunakan sebagai sumber data utama. Hasil rekaman diputar menggunakan komputer.
Video yang berisi aktivitas pekerja dianalisis dan dibagi menjadi beberapa elemen kerja pada pemanenan kelapa sawit berdasarkan pola keragaman kerja. Langkah pengolahan
selanjutnya adalah menghitung waktu setiap elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch. Data-data yang telah diperoleh dari video dicatat dalam time sheet dan
dilakukan pengolahan data menggunakan software spreadsheet . Waktu yang didapat setelah melakukan pengolahan data merupakan waktu
normal pada setiap elemen-elemen pekerjaan. Waktu normal adalah waktu yang dibutuhkan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi normal. Faktor
kesulitan adalah faktor yang mempengaruhi pekerjaan yang dikerjakan oleh pekerja. Faktor kesulitan ini dilihat dari kondisi lahan basah dan kering, topografi teras dan
flat, dan ketinggian pohon kurang dari 3 meter dan 3-6 meter. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Wn = ...................................................................
…………………..... 1
FK = waktu kerja aktual – waktu normal ...................................................
2 waktu normal
Wb = Wn min x 1 + Faktor Kesulitan ………..................……….…..... 3
Keterangan: N = Banyaknya data hasil pengukuran
= Data hasil pengukuran ke-i Wn = Waktu normal
Wn min = Waktu normal minimimum FK = Faktor kesulitan
Wb = Waktu baku
9
3.4.4 Tahap Perbaikan
Setelah didapatkan pengukuran waktu baku, tahap selanjutnya adalah menganalisis apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Perbaikan
yang mungkin dilakukan adalah menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menemukan urutan aktivitas pemanenan kelapa sawit yang lebih baik, menentukan
mesin yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antar operasi Sutalaksana, 1979. Setelah didapatkan pengukuran waktu standar, maka tahap yang
dilakukan adalah menganalisa apakah sistem kerja yang sebelumnya sudah baik atau belum. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas serta tujuan paling
utama adalah kenyamanan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dari pekerja. Perbaikan sistem kerja diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan karena kebersihan terjamin, pekerja bekerja secara teratur dan waktu menunggu berkurang. Dengan meningkatkan kualitas ini diharapkan produk dapat
dipasarkan lebih luas sehingga meningkatkan keuntungan Alwi dalam Anggraini, 2006.
10 Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian
Analisis waktu kerja untuk masing-masing elemen kerja
Menganalisis metode kerja dan memecahkan sistem kerja ke dalam elemen kerja
Mulai
Selesai Waktu Baku
Waktu Normal Wn =
∑ Xi N
Faktor Kesulitan Fk = waktu kerja aktual
– waktu normal Waktu normal
Merekam proses kerja dengan digital video camera Mempelajari aktivitas pemanenan kelapa sawit
11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN