Bioavailabilitas Aplikasi Nanokalsium dari Cangkang Rajungan (Portunus sp.) pada Effervescent

Nilai pH berkaitan dengan nanokalsium sebagai bahan tambahan pangan. Analisis pH menunjukkan bahwa nanokalsium memiliki nilai pH 9,00. Bahan penyusun nanokalsium adalah kalsium oksida CaO. Kalsium oksida merupakan serbuk putih dengan pH tinggi yaitu 12,6 Estrela dan Holland 2003. Proses netralisasi dengan menggunakan akuades dapat membuat nilai pH nanokalisum lebih rendah. Nilai pH yang basa tersebut tidak berbahaya bagi tubuh karena umumnya nanokalsium akan difortifikasi kedalam suatu produk, dalam hal ini adalah produk effervescent nanokalsium. Fortifikasi nanokalsium kedalam bentuk effervescent perlu memperhatikan mengenai pH larutan effervescent yang dihasilkan. Nilai pH ini sangat dipengaruhi oleh pembentuk effervescent mix dalam hal ini yaitu asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat. Jika perbandingan antara ketiganya tidak sesuai maka pH yang ditimbulkan dapat mendekati asam ataupun mendekati basa. Hasil uji pH yang telah dilakukan menggunakan pH meter diketahui bahwa pH effervescent nanokalsium adalah sekitar 7,0 sehingga cukup baik untuk dikonsumsi secara oral.

4.7 Bioavailabilitas

Effervescent Nanokalsium Kalsium dalam suatu bahan pangan tidak semua dapat dimanfaatkan untuk keperluan tubuh. Hal ini tergantung pada ketersediaaan biologisnya bioavailabilitas. Bioavailabilitas kalsium menunjukkan proporsi kalsium yang tersedia untuk digunakan dalam proses metabolis terhadap kalsium yang dikonsumsi Miller 2004. Bredbenner 2007 mendefinisikan bioavailabilitas sebagai persentase mineral kalsium yang dapat diabsorpsi oleh sel enterocyte di saluran pencernaan dan digunakan sesuai dengan fungsinya. Penelitian ini menggunakan metode in vivo pada tikus putih dalam menentukan bioavailabilitas effervescent nanokalsium. Kamchan 2003 mengelompokan bioavailabilitas kalsium menjadi tiga yaitu tinggi ≥ 20, sedang 10 - 19, dan rendah ≤10. Hasil analisis bioavailabilitas effervescent nanokalsium pada darah tikus putih disajikan pada Gambar 9. Gambar 9 Bioavailabilitas effervescent nanokalsium pada darah tikus putih. Berdasarkan pengelompokan tersebut, effervescent nanokalsium memiliki bioavailabilitas kalsium yang tergolong tinggi pada menit ke-8. Hal ini sejalan dengan analisis bioavailabilitas nanokalsium murni yang dilakukan Devianti 2011 dimana tingkat penyerapan kalsium paling tinggi berada pada menit ke-8 yaitu sebesar 75,1 . Tingginya bioavailabilitas nanokalsium baik nanokalsium murni maupun effervescent nanokalsium membuktikan bahwa nanokalsium bisa difortifikasi pada bahan pangan suplemen sehingga dapat memenuhi kebutuhan kalsium. Nanokalsium adalah kalsium yang partikelnya berukuran 100-400 nm. Partikel kalsium sangat halus sehingga cepat diserap ke dalam sistem aliran darah, partikel-partikel berjalan cepat dengan gerakan cepat untuk disimpan dalam struktur tulang. Hasil analisis membuktikan tingkat penyerapan nanokalsium yang sangat baik, dibandingkan dengan asupan kalsium konvensional. Kalsium dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup, karena bila terlalu banyak dan tidak diserap tubuh dapat menjadi masalah kesehatan yang lain. Ukuran kalsium yang diperkecil menjadi nano 10 -9 nm dengan teknologi nano-blend akan membuat penyerapan secara langsung oleh sel menjadi lebih sempurna. Ukuran partikel kalsium yang berukuran nano bertujuan agar makronutrien kalsium ini dapat terserap dengan penuh di dalam tubuh dan tidak meninggalkan residu di dalam tubuh Kamelia 2009. 9,05 29,05 59,34 71,28 75,1 10 20 30 40 50 60 70 80 2 4 6 8 10 kad ar kal si u m waktu penyerapan kalsium menit Ketidakcukupan asupan kalsium, rendahnya absorpsi kalsium dan atau kehilangan kalsium yang berlebihan berkontribusi terhadap defisiensi kalsium. Banyak faktor yang menjadi indikator defisiensi kalsium yaitu status vitamin D, penyakit tulang dan ketidakseimbangan hormon. Defisiensi kalsiumm akan menyebabkan ketidaknormalan pada tulang seperti riketsia dan osteoporosis. Selain itu, defisiensi kalsium juga berasosiasi dengan kejadian kejang tetani, hipertensi, kanker kolon, dan obesitas atau berat badan berlebih. Riketsia terjadi pada anak-anak ketika penambahan jumlah kalsium per unit matriks tulang defisien sehingga mineralisasi tulang terganggu Gropper et al. 2005. Absorpsi kalsium terjadi pada bagian atas usus halus dan berkurang di bagian bawah usus halus berbatasan dengan usus besar. Absorpsi kalsium pada usus halus melibatkan dua proses, yaitu transeluler dan paraseluller Bronner 2008. Dalam aliran darah, kalsium ditransportasikan dalam bentuk ion kalsium bebas atau terikat protein, dimana kosentrasinya diregulasi secara ketat oleh kontrol hormon. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah rendah, kelenjar paratiroid akan melepaskan hormon paratiroid. Peran hormon paratiroid dalam meningkatkan kalsium darah dilakukan melalui tiga jalur yaitu 1 menstimulasi perombakan kalsium dari tulang, 2 meningkatkan retensi kalsium di ginjal, dan 3 mengaktifkan vitamin D yang kemudian vitamin D dalam bentuk aktif 1,25OH 2 D 3 akan merangsang peningkatan reabsorpsi kalsium di ginjal dan meningkatkan absorpsi kalsium di usus. Namun jika konsentrasi kalsium darah meningkat, kelenjar tiroid akan melepaskan calcitonin yang kemudian akan mengembalikan konsentrasi kalsium ke dalam range normal dengan jalan mengurangi perombakan kalsium dari tulang dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal Bredbenner et al. 2007. 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kalsium dapat diisolasi dari limbah cangkang rajungan dengan metode ekstraksi dan presipitasi menggunakan NaOH menghasilkan kalsium dengan ukuran nano partikel. Rendemen serbuk nanokalsium tertinggi dengan HCl 1 N adalah sebanyak 12,07. Terdapat mineral lain yang terekstrak selain kalsium namun kalsium tetap menjadi komponen utama tertinggi nanokalsium. Derajat putih nanokalsium mencapai 63,81. Hasil uji SEM menunjukan ukuran partikel sebesar 120-573 nm. Nanokalsium pada effervescent yang dapat dibuat mempunyai waktu larut 0,94 detik dengan bioavailabilitas tertinggi terjadi pada menit ke-8 sebesar 75,1.

5.2 Saran