belum tentu sama apabila kondisi tempat tumbuhnya berbeda atau mendapatkan perlakuan silvikultur yang sama Fuad 2001.
Riap dibedakan ke dalam riap rata-rata tahunan Mean Annual Increment, MAI, riap tahunan berjalan Current Annual Increment, CAI dan riap periodik
Periodic Increment, PI. MAI adalah riap rata-rata per tahun yang terjadi sampai periode waktu tertentu, CAI adalah riap dalam satu tahun berjalan, sedangkan PI
adalah riap dalam satu waktu periode tertentu Meyer et al. 1961, Husch 1963, Prodan 1968.
2.5 Acacia mangium
Acacia mangium merupakan salah satu fast growing species yang banyak dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman di Indonesia, baik untuk
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri maupun rehabilitasi lahan. Sampai dengan tahun 1999, lebih dari 800.000 hektar hutan tanaman A.mangium telah
dibangun dengan tujuan utama sebagai pemasok kebutuhan bahan baku bagi industri pulp dan kertas. Pembangunan hutan tanaman
A.mangium ini
diperkirakan akan semakin luas sejalan dengan kebijakan Departemen Kehutanan yang menetapkan sasaran fasilitas pembangunan hutan tanaman seluas 5 juta
hektar Puslitbang Hutan Tanaman 2005 Penelitian Riyanto 2005 mengatakan bahwa MAI tertinggi tegakan
A.mangium sampai dengan umur sepuluh tahun adalah 36 m
3
ha pada umur lima tahun, sedangkan untuk CAI tertinggi adalah 60 m
3
ha pada umur empat tahun. Untuk umur tebang optimum atau terbaik adalah pada umur enam tahun. Hal ini
senada dengan apa yang dilaporkan oleh Riyanto 1994 bahwa pertumbuhan A.mangium pada umur enam tahun sudah menunjukkan perlambatan walaupun
untuk pertumbuhan tinggi masih berlangsung. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada umur sembilan tahun. Adanya perlambatan pertumbuhan baik dimensi
diameter maupun dimensi tinggi akan mempengaruhi perkembangan volume tegakan.
2.6 Eucalyptus pellita
Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri HTI. Ukuran pohon
bervariasi dari pohon kerdil dengan percabangan yang banyak sampai pohon besar
dengan tinggi mencapai 10 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Manfaat yang dominan dari pohon ini adalah untuk bahan baku kertas pulp Irwanto 2006
2.7 Pengelolaan Hutan Lestari PHL
Dalam peraturan direktur jenderal bina produksi kehutanan No P.6VI- set2009, tentang standar dan pedoman penilaian kinerja pengelolaan hutan lestari
pada hutan negara IUPHHK–Hutan Alam IUPHHK-HTHTI dijelaskan bahwa penilaian pengelolaan hutan lestari terbagi menjadi empat
kriteria, yaitu prasyarat, produksi, ekologi dan sosial. Setiap kriteria tersebut terdiri dari
beberapa indikator untuk mencapai kelestarian hutan Dephut 2009. Dalam standar Lembaga Ekolabel Indonesia LEI 5000-2 tahun 2003
tentang sistem Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari PHTL, dijelaskan bahwa sistem PHTL merupakan bagian atau turunan dari standar sistem pengelolaan
hutan produksi. PHTL dapat diwujudkan apabila dimensi hasil outcome dapat dicapai melalui serangkaian strategi dan kegiatan manajemen yang tepat dimensi
manajemen. Dalam setiap kegiatan pengelolaan hutan tanaman, terdapat banyak proses atau faktor yang perlu dilibatkan dalam rangka mencapai tujuan
pengelolaan yang ditetapkan. Dengan demikian berbagai proses dan faktor tersebut memerlukan pengelompokan berdasarkan posisinya dalam sebuah
pengelolaan. Beberapa istilah yang berkaitan dengan sistem PHTL diantaranya: 1.
Kelestarian fungsi
produksi adalah
terjaminnya keberlangsungan
pemanfaatan hasil hutan dan usahanya. 2.
Kelestarian sumberdaya adalah terjaminnya kemantapan dan keamanan areal hutan tanaman sehingga memberikan kepastian usaha jangka panjang.
3. Kelestarian hasil hutan adalah keberlanjutan dan atau peningkatan produksi
hasil hutan dari waktu ke waktu akibat peningkatan upaya pengelolaan hutan sesuai dengan daya dukung lingkungan dalam satu kelestarian unit
manajemen. 4.
Kelestarian usaha adalah kemampuan suatu unit manajemen dalam mengelola hutan tanaman untuk memberikan keuntungan dalam batas-batas kemampuan
daya dukung hutan.
5. Penataan kawasan adalah bagian dari kegiatan manajemen areal yang
bertujuan untuk mengatur areal hutan menjadi unit-unit manajemen terkecil dalam pengusahaan hutan tanaman.
6. Pengamanan kawasan adalah bagian dari kegiatan manajemen areal yang
bertujuan untuk mencegah dan mengatasi konflik kepentingan dan gangguan- gangguan terhadap areal dan sumberdaya alam.
7. Manajemen hutan adalah strategi dan serangkaian kegiatan pengelolaan hutan
tanaman yang bertujuan untuk mengatur pemanfaatan hasil hutan secara berkelanjutan.
8. Kelola produksi adalah serangkaian strategi pengelolaan hutan untuk
mengatur dan mempertahankan fungsi produksi dalam batas-batas daya dukung lingkungannya.
9. Manajemen keuangan adalah bagian dari penataan kelembagaan yang dapat
menjamin adanya alokasi biaya untuk reinvestasi sumberdaya agar dapat mendukung keberlanjutan usaha jangka panjang.
Dalam Kartodihardjo 2006, upaya pencapaian manajemen PHL dari aspek produksi dan aspek finansial sangat tergantung pada kondisi di bawah ini:
a. PHL- produksi yaitu jumlah produksi kayu bulat sesuai pertumbuhan hutan, yang dijabarkan dalam bentuk etat luas maupun volume
b. PHL- finansial yaitu jumlah pendapatan suatu usaha atau unit manajemen dapat menutup seluruh biaya untuk mendapat keuntungan normal
IUPHHK-HT yang lestari mendekati konsep hutan normal dimana terdapat 1 Distribusi luas areal per kelas umur yang sama, 2 Riap tumbuh jenis pohon
yang ditanam besar, 3 Sediaan tegakan hutan tanaman yang cukup. Dengan demikian jumlah luas etat tebangan pertahun sama dengan jumlah luas areal
penanaman kembali pertahun, inilah yang disebut hutan sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui Noor 2008.
BAB III METODE PENELITIAN