BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Nilai dan Penilaian
Nilai merupakan persepsi manusia, tentang makna suatu objek bagi orang individu tertentu, tempat, dan waktu tertentu pula. Persepsi ini merupakan
ungkapan, pandangan, dan perspektif seseorang tentang atau terhadap suatu benda, dengan proses pemahaman melalui panca indera yang diteruskan ke otak
untuk proses pemikiran, dan disini berpadu dengan harapan ataupun norma-norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat tersebut.
Penilaian adalah penentuan nilai manfaat suatu barang ataupun jasa bagi manusia atau masyarakat, sehingga penilaian sumberdaya hutan merupakan
penentuan nilai manfaat sumberdaya hutan menggunakan metode tertentu, bagi individu atau masyarakat tertentu dan tempat serta waktu tertentu pula. Nilai
manfaat sumberdaya hutan merupakan ekspresi kemanfaatan sumberdaya hutan berdasarkan persepsi individu atau masyarakat terhadap sumberdaya hutan
tersebut dalam satuan moneter nilai ekonomi pada ruang atau tempat dan waktu tertentu Bahruni 1999.
2.2 Penilaian Aset Sumberdaya Hutan
Dalam Bahruni 2001, ada beberapa konsep atau pengertian yang ada dalam pengelolaan hutan untuk dipahami dalam penilaian aset hutan tanaman ini
adalah sebagai berikut: a. Daur atau rotasi atau siklus tebang adalah umur dari pohon ditanam sampai
dipanen atau jangka waktu periode penebangan suatu blok atau areal hutan tertentu.
b. Penataan hutan adalah kegiatan mengorganisir seluruh areal hutan unit pengelolaan menjadi bagian hutan, blok, petak dan anak petak, yang
memungkinkan terwujudnya pengaturan produksi secara berkelanjutan. c. Riap growth, increment yaitu pertumbuhan dimensi pohon atau tegakan ke
arah horizontal maupun vertikal diameter, tinggi, ukuran tajuk. d. Jatah Produksi Tahunan JPT atau Annual Allowable Cutting AAC yaitu
besar panen produksi maksimum yang dapat dilakukan sesuai dengan daya
dukung atau produktivitas atau riap tegakan, untuk mewujudkan kelestarian produksi.
e. Nilai harapan lahan atau tanah Soil Expectation Value atau SEV adalah nilai jasa lahan sebagai faktor produksi untuk penggunaan hutan selama rentang
waktu tak terhingga. f. Nilai tegakan merupakan nilai pohon atau tegakan berdiri di hutan nilai
surplus sumberdaya alam. g. Hutan seumur even age stand adalah hutan yang terdiri dari kelas umur yang
sama, dalam suatu unit pengelolaan struktur tegakan terdiri dari kelas-kelas umur yang lengkap dari umur muda sampai tua. Hutan seumur terdapat pada
hutan tanaman. h. Sistem silvikultur adalah sistem yang mengatur kegiatan pengelolaan hutan
yang terdiri dari berbagai aktivitas teknik silvikultur, seperti pengaturan permudaan hutan, pengaturan pemanenan, pembibitan, penanaman dan lain-
lain. Contoh sistem silvikultur adalah sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI, Tebang Habis Permudaan Buatan THPB, Tebang Pilih Tanam Jalur
TPTJ. Pada hutan tanaman diterapkan sistem THPB, pada hutan alam ada beberapa alternatif sistem silvikultur, tergantung kondisi karakteristik hutan
alam tersebut. i. Hutan normal adalah hutan yang dikelola secara teratur yang memberikan
pertumbuhan normal, sehingga produksi optimal relatif konstan pada setiap blok atau petak areal hutan dengan flow produksi terjamin setiap tahun. Hutan
normal dapat terwujud pada hutan yang tertata atau dikelola dengan baik regulated forest.
j. Tegakan masak tebang adalah tegakan yang telah mencapai umur untuk
dipanen. Aset hutan ini berarti nilai kapital sumberdaya hutan yang bersumber dari
manfaat ekonomis tegakan hutan sebagai penghasil kayu. Ada tiga komponen yang dinilai, diantaranya: a Nilai Harapan Lahan NHL, b Nilai tegakan muda
immature stand dan nilai tegakan masak tebang stumpage value, c Nilai Sumberdaya Hutan SDH adalah keseluruhan NHL dan tegakan yang ada pada
satu unit pengelolaan hutan. Pada hutan tanaman terdiri dari kelas umur tegakan
sedangkan pada hutan alam terdiri dari tegakan dengan berbagai umur setelah penebangan.
Penelitian Onrizal dan Sulistiyono 2002 menyatakan bahwa penilaian tegakan untuk IUPHHK-HT hanya pada kuantifikasi potensi produksi, yakni
berupa volume kayu yang dihasilkan. Selain kuantifikasi potensi tegakan, adakalanya juga dilakukan pengukuran terhadap kondisi lahan atau tapak untuk
mendapatkan Nilai Harapan Lahan SEV: Soil Expectation Value. Namun, secara umum penghitungan SEV untuk pemegang IUPHHK-HA atau IUPHHK-HTI
tidak dilakukan atau tidak diukur, karena dalam konsesi IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT lahan bukan milik perusahaan dan tidak bisa diagunkan.
2.3 Tegakan dan Nilai Tegakan