Perkembangan Investasi Sektor Industri

Pengembangan sektor industri di Pulau Jawa sebagai sektor unggulan yang diharapkan dapat menciptakan kesempatan kerja yang luas tidak terlepas dari campur tangan pemerintah. Mendorong tumbuhnya industri yang padat tenaga kerja merupakan sesuatu yang penting untuk mengatasi masalah pengangguran dan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan terhadap tenaga kerja.

4.3 Perkembangan Investasi Sektor Industri

Untuk memperoleh suatu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam proses pembangunan di Indonesia, terkumpulnya modal dalam bentuk investasi menduduki peranan yang sangat penting. Investasi bisa berasal dari dalam negeri yang dikenal dengan PMDN maupun pihak asing atau PMA. Komposisi PMDN yang semula lebih memprioritaskan pada industri kecil, saat ini mulai diarahkan pada usaha untuk memperkokoh struktur industri dalam negeri, menciptakan mesin-mesin produksi dalam negeri, penyerapan tenaga kerja yang sebanyak-banyaknya, dan mengarahkan pembangunan industri yang merata di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa. Peran pihak asing juga diperlukan untuk menutupi kekurangan terhadap kebutuhan modal di Indonesia. Konsentrasi penanaman modal masih terjadi di pulau jawa. Berdasarkan data realisasi investasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 2010, lebih dari 50 persen PMA dan PMDN berlokasi di Pulau Jawa. Beberapa faktor yang menyebabkan investor lebih memilih menanamkan modalnya di Pulau Jawa antara lain: 1. Investor lebih berorientasi terhadap pasar. Pulau Jawa dinilai memiliki kriteria tersebut mengingat sebagian besar penduduk Indoneia nerada di pulau ini dan memiliki daya beli yang lebih baik dibandingkan daerah lainnya. 2. Pulau Jawa relatif memiliki fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik yang akan berdampak pada biaya transportasi yang lebih murah dibandingkan wilayah di luar Pulau Jawa. Pertumbuhan PMDN sektor industri selama 10 tahun terakhir menunjukkan nilai yang fluktuatif. Fluktuasi yang relatif lebih kecil sejak tahun 2006 menunjukkan iklim investasi di Indonesia lebih stabil dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Penurunan yang cukup tajam pada saat krisis tahun 2008, namun investasi kembali tumbuh membaik seiring pemulihan perekonomian pasca krisis. Perkembangan PMA sektor industri di Pulau Jawa pada dua tahun terakhir menunjukkan nilai yang semakin menurun. Penurunan investasi asing ini merupakan dampak terjadinya krisis global pada tahun 2008 yang berlanjut dengan terjadinya krisis Eropa yang masih terjadi sampai saat ini. Pada tahun 2005, tercatat pertumbuhan investasi sektor industri yang tinggi. -100.00 -50.00 - 50.00 100.00 150.00 200.00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Per sen Tahun PMDN PMA Sumber: BKPM, diolah. Gambar 10. Pertumbuhan PMA dan PMDN sektor industri di Pulau Jawa tahun 2003-2010. Pada tahun 2009 PMDN tertinggi di Provinsi Banten sebesar 4.373,8 milyar rupiah dan pada tahun 2010 PMDN tertinggi bergeser ke Provinsi Jawa Timur sebesar 7.506,8 milyar rupiah. PMA sektor industri dialokasikan paling besar di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2010, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta hanya mendapatkan investasi asing sebesar 1 persen dari total investasi yang ditanamkan pada sektor industri di Pulau Jawa. Rendahnya investasi sektor industri di Jawa Tengah dan Provinsi DI Yogyakarta pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa industri-industri yang berkembang di wilayah ini merupakan industri kecil yang hanya membutuhkan investasi sedikit namun dapat menggerakkan perekonomian sektor industri sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup banyak. Hal ini dibuktikan dengan adanya pertumbuhan industri pada tahun 2010 meskipun investasi yang ditanamkan sangat sedikit. Angka pengangguran kedua provinsi tersebut juga yang relatif rendah. Tingkat pengangguran DI Yogyakarta sebesar 6,02 persen dan Jawa Tengah sebesar 6,86 persen. Tabel 5. Jumlah PMA dan PMDN sektor industri menurut provinsi di Pulau Jawa tahun 2009 dan 2010 Provinsi 2009 2010 PMA US. Juta PMDN Rp. Milyar PMA US. Juta PMDN Rp. Milyar DKI Jakarta 363,0 501,4 759,3 280,8 Jawa Barat 1493,0 4233,3 1160,3 5555,6 Jawa Tengah 167,9 2642,6 138,2 391,7 DI Yogyakarta 1183,9 32,5 386,9 Jawa Timur 75,5 2830,5 29,2 7506,8 Banten 1,7 4373,8 0,4 4130,7 Total 3285,0 14614,1 2474,3 17865,6 Sumber: BKPM, diolah. Industri yang paling banyak mendapatkan modal dari dalam negeri dalam dua tahun terakhir adalah industri makanan. Pada tahun 2010, sebesar 63 persen PMDN sektor industri dialokasikan untuk industri makanan. Nilai PMDN untuk industri makanan meningkat cukup tajam dari 3304,20 milyar rupiah tahun 2009 menjadi 11409,20 milyar rupiah pada tahun 2010. Sedangkan industri yang lain, hampir seluruhnya mengalami penurunan nilai investasi antara lain industri tekstil, industri logam dasar, dan industri kimia dasar. Investor dalam negeri lebih memilih menanamkan investasi pada industri makanan. Industri lainnya yang cukup diminati investor domestik adalah industri kertas, kimia dasar dan farmasi, serta industri non logam mineral. Tabel 6. Jumlah PMDN menurut jenis industri di Pulau Jawa tahun 2009 dan 2010 Jenis industri 2009 2010 Rp. Milyar persen Rp. Milyar persen Industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik 1367,80 9,36 362,10 2,03 Industri instrumen kedokteran, Presisi, optik dan jam 0,00 0,00 0,00 0,00 Industri kayu 2,20 0,02 0,00 0,00 Industri kertas, barang dari kertas dan percetakan 968,80 6,63 1064,90 5,96 Industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi 3972,70 27,18 2312,20 12,94 Industri karet, barang dari karet dan plastik 1231,50 8,43 503,40 2,82 Industri non logam mineral 786,10 5,38 1522,80 8,52 Industri alat angkutan dan transportasi lainnya 66,50 0,46 278,40 1,56 Industri makanan 3304,20 22,61 11409,20 63,86 Industri tekstil 2645,70 18,10 396,40 2,22 Industri kulit, barang dari kulit, dan sepatu 4,00 0,03 12,50 0,07 Industri lainnya 264,60 1,81 3,70 0,02 Jumlah 14614,10 100,00 17865,60 100,00 Sumber: BKPM, diolah. Seperti halnya pada investasi domestik, investor asing juga lebih memilih menanamkan modalnya pada industri makanan. Industri makanan dinilai memiliki prospek yang cukup baik. Banyak investor tertarik pada industri makanan di Indonesia karena melihat peluang pasar domestik dan tingginya konsumsi masyarakat Indonesia. Industri yang juga menarik bagi investor asing adalah industri logam dasar, kimia dan farmasi, serta alat angkutan. Nilai investasi asing pada industri-industri tersebut cukup tinggi dibandingkan jenis industri lainnya. Tabel 7. Jumlah PMA menurut jenis industri di Pulau Jawa tahun 2009 dan 2010 Jenis industri 2009 2010 US. Juta persen US. Juta persen Industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik 507.9 16.03 507.9 20.75 Industri instrumen kedokteran, Presisi, optik dan jam 4.9 0.15 1.3 0.05 Industri kayu 29.8 0.94 6.3 0.26 Industri kertas, barang dari kertas dan percetakan 30.4 0.96 39.2 1.60 Industri kimia dasar, barang kimia, dan farmasi 1125.4 35.52 396.4 16.19 Industri karet, barang dari karet dan plastik 137.7 4.35 94.8 3.87 Industri non logam mineral 16.6 0.52 28.4 1.16 Industri alat angkutan dan transportasi lainnya 541.3 17.08 370.9 15.15 Industri makanan 403.2 12.72 705.2 28.80 Industri tekstil 249.7 7.88 153.8 6.28 Industri kulit, barang dari kulit, dan sepatu 121.8 3.84 144 5.88 Industri lainnya 116.3 3.67 26.1 1.07 Jumlah 3168.70 100.00 2448.20 100.00 Sumber: BKPM, diolah. Berdasarkan data investasi yang sudah disajikan, industri tekstil menunjukkan angka yang menurun baik pada investasi asing maupun investasi domestik. Industri tekstil yang pernah menjadi salah satu industri yang dapat menyerap tenaga kerja banyak, saat ini sudah mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan permasalahan penciptaan lapangan pekerjaan menjadi semakin penting. Pemerintah perlu mendorong industri ini agar tetap menjadi industri yang dapat diandalkan dengan melakukan strategi-strategi industri yang memanfaatkan bahan baku dalam negeri sehingga industri ini tahan terhadap krisis dan pada akhirnya akan menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas.

4.4 Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja