B. Pemanfaatan Ruang Publik Sebagai Tempat Diskusi Sosial
Kebudayaan sebagai
ruang publik
dapat diartikan
bahwa mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam sudut pandang umum.
Kajian budaya menegaskan bahwa budaya harus dipelajari terkait dengan hubungan sosial dan sistem dimana budaya di produksi dan dikonsumsi.
Dengan demikian studi mengenai budaya erat kaitnya dengan studi tentang masyarakat, politik dan ekonomi.
Kajian budaya
menunjukkan bagaimana
budaya media
mengartikulasikan nilai-nilai dominan, ideologi politik, perkembangan sosial dan hal baru pada zaman tersebut. Televisi, film, musik, dan bentuk-bentuk
budaya populer sering bersifat liberal atau konservatif, atau kadang-kadang mengepresikan pandangan yang lebih radikal atau oposisi.
Komunitas Kenduri Cinta KKC adalah ruang publik. Konsep “Ruang
publik” ingin mendorong partisipasi seluruh warga Negara untuk mengubah praktik-praktik sosio-politis mereka lewat reformasi hukum dan politik secara
komunikatif. Selanjutnya Jurgen Hebermas menjelaskan bahwa ruang publik merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi dan juga pandangan.
Sebagaimana yang tergambarkan di Inggris dan Prancis, masyarakat bertemu, berbincang, berdiskusi tentang buku baru yang terbit atau karya seni yang baru
di ciptakan. Dalam keadaan masyarakat bertemu dan berdebat akan sesuatu secara kritis maka akan terbentuk apa yang disebut dengan masyarakat
madani. Secara sederhana masyarakat madani bisa dipandang sebagai masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai tanpa paksaan yang dalam
teori dipertentangkan dengan konsep negara yang bersifat memaksa. “Pada kenyataannya kebudayaan sebagai alat politik. Suatu
kebudayaan yang baik seharusnya menjadi landasan dasar atau menjadi sebuah pakem yang kuat untuk mengontrol aktivitas politik yang ada, jadi
dunia kebudayaan tidak dapat menembus dunia politik. Kebudayaan yang
memiliki idealisme yang tinggi tidak seharusnya masuk ke dunia politik, kebudayaan-lah yang menjadi pondasi dasar
manusia untuk bertindak”. Komentar lain yang berbeda dengan Abraham dikatakan oleh informan Daniel
Adevi. “Budaya adalah sesuatu hal yang melekat dalam kehidupan masyarakat, sehingga budaya mempunyai pengaruh yang positif bila
dilaksanakan dengan bijak oleh penyelenggara orang-orang yang berada di dunia politik. Tanpa ada niatan untuk merusak budaya itu sendiri. Menurut
saya, lanjut Daniel budaya itu adalah jati diri, politik menjadi salah satu jalan untuk memperkenalkannya. Tetapi politik janganlah dimasukkan ke dalam
budaya”. Komentar selanjutnya tentang pertanyaan nomor lima dikemukakan
oleh informan A. Syahrul Fadhil, mengatakan bahwa kebudayaan sangatlah berpengaruh terhadap politik. Kebudayaanlah yang membentuk suatu rithme
jalannya politik disuatu negara, dalam suatu metode politik kebudayaan masyarakat, budaya menjadi unsur yang kuat dan menjadi sebuah kritik sosial
terhadap politik. Dan kebudayaan menjadi suatu ruang publik bagi masyarakat untuk mengkritik jalannya suatu politik.
Gabriel A. Almond 1998: Hal-15 menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, salah satunya yaitu kekuasaan politik. Michael Rush 1998:
hal-21 mengatakan ada 4 unsur pokok dari kebudayaan, yaitu sistem norma sosial, Organisasi ekonomi, Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-
petugas untuk pendidikan keluarga adalah lembaga pendidikan utama dan organisasi kekuatan politik.
C. Model Komunikasi Yang Di Dampaikan Sebagai Ekspresi Kritik Sosial KKC
1. Model Komunikasi Politik KKC
Model-model komunikasi politik yang digunakan oleh komunitas Kenduri Cinta yaitu komunikasi verbal-non verbal yaitu dialog interaktif dua arah.
Kiai Kanjeng adalah nama seperangkat gamelan Jawa yang mengalami modifikasi sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk bekerja pada
notasi-notasi nonjawa.
60
Kiai Kanjeng inilah yang menemani Emha Ainun Nadjib menemui masyarakat luas dibebagai kota dan desa. Boleh di bilang, Kiai Kanjeng adalah sahabat
paling dekat Emha. Kiai Kanjeng menemani Emha menerobos hutan, menghulu sungai, mengukur jalan, menemui masyarakat yang menghendaki
kehadirannya. Mereka saling membantu menguatkan dalam susah maupun gembira. Mereka berdua identic sehingga lahirlah sebuah akronim CNKK
Cak Nun Kiai Kanjeng.
Karena Kiai Kanjeng sahabat setia Emha, sedangkan Emha adalah sumber utama ilmu Jamaah Maiyah, maka Kiai Kanjeng juga menjadi sahabat Jamaah
Maiyah. Prayogi; “Spiritual Journey”, Hal-84. Jika persahabatan Cak Nun
dengan Kiai Kanjeng adalah persahabatan yang saling melayani, maka persahabatan Kiai Kanjeng dengan Jamaah Maiyah adalah persahabatan yang
tulus. Kiai Kanjeng membangun suasana dengan musiknya agar suasana pengajian
menjadi gembira. Kiai Kanjeng pula yang mengantarkan Jamaah Maiyah bershalawat meresapi relung-relung hati paling dalam mencapai puncak
kekhusyukan.. Di momen lain, Kiai Kanjeng tepekur mendengarkan sambil sesekali
menyelipkan humor saat terjadi diskusi antara para pemapar dengan Jamaah Maiyah. Mereka selalu belajar terhadap setiap hal. Saat terjadi diskusi tentang
sains, mereka mendengarkan dan mempelajarinya. Saat terjadi diskusi tentang lingkungan hidup, mereka belajar. Saat terjadi diskusi tentang tasawuf,
mereka juga belajar. Kiai Kanjeng adalah lambang kerendahan hati dan semangat belajar yang tidak pernah lekang.
60
“Spitual Journey” ,Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, Pemikiran Perenungan Emha, hlm. 84.
Komposisi karya Kiai Kanjeng: Pembuko I dan Pembuko II, sudah mengisi museum musik klasik dunia
– coservatorio di Napoli – di kota Napoli, Italia. Mereka juga meninggalkan Demung-nya untuk diabadikan di
sana. Bersanding dengan karya Guiseppe Verdi, Robert Wagner, Gieseppe Tartini, dan Antonio Vivaldi. Saat itu pula Kiai Kanjeng rengeng-rengeng di
Roma melantunkan puisi Hati Emas sebagai ucapan bela sungkawa atas kematian Paus Paulus II.
61
Salah seorang nagoyo Kiai Kanjeng mengutarakan, bahwa Kiai Kajeng yang menghembuskan angin sehingga shalawat tidak lagi menjadi barang asing di
negeri ini. Tapi ketika banyak orang ikut melantunkan shalawat dan shalawat mulai di komersilkan, maka mereka lantas mengundurkan diri.
Dalam perjalanannya mengunjungi masyarakat, Cak Nun Kiyai Kanjeng CNKK mendekati mereka dengan bahasa mereka. Cak Nun Kiyai Kanjeng
CNKK tidak hendak memisahkan masyarakat dari budayanya, tapi menggunakannya dan menyepuh budaya itu menjadi kebudayaan tauhid. Saat
manusia dalam dirinya sudah bertauhid maka makhluk apapun tidak akan mudah membuatnya “berselingkuh”. Baik makhluk itu berupa musik, lagu,
kenduri, pohon beringin, batu, mall, jabatan, karier, bahkan surga sekalipun tak akan sanggup memalingkan pandangan manusia yang sudah bertauhid
kepada Allah.
2. Musik dan Puisi Sebagai Alat Kritik Sosial
Dalam puisi, esai dan nyanyian yang di sajikan KKC kepada para jamaah maiah ialah kritikan terhadap kebijakan kebijakan pemerintah yang dianggap
tidak sesuai dengan jalu nya, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi yang mendorong orang tertarik dengan Komunitas Kenduri Cinta
KKC adalah sangat beraneka ragam, tetapi intinya mereka ingin
61
Prayogi; “Spiritual Journey”, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012 Hal-85.