Kebudayaan Model Komunikasi Politik Dalam Penyampaian Kritik Sosisal Melalui Kebudayaan Kenduri Cint

serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. 3 Artefak karya Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan aktivitas dan karya artefak manusia. d. Komponen Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu : 1 Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi. 2 Kebudayaan nonmaterial Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional. 3 Lembaga sosial Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem sosial yang terbantuk dalam suatu negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan sosial masyarakat. Contoh, Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota –kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier 4 Sistem kepercayaan Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi. 5 Estetika Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari-tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. 6 Bahasa Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap wilayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain. e. Kebudayaan sebagai Ruang publik. Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan tidak alami yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. 1 Kebudayaan sebagai sudut pandang umum Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam sudut pandang umum. Kajian budaya menegaskan bahwa budaya harus dipelajari terkait dengan hubungan sosial dan sistem dimana budaya di produksi dan dikonsumsi. Dengan demikian studi mengenai budaya erat kaitnya dengan studi tentang masyarakat, politik dan ekonomi. Kajian budaya menunjukkan bagaimana budaya media mengartikulasikan nilai-nilai dominan, ideologi politik, perkembangan sosial dan hal baru pada zaman tersebut. Ini merupakan konsep budaya dan masarakat AS sebagai medan yang diperebutkan oleh berbagai kelompok dan ideologi perjugan melawan dominasi. Televisi, film, musik, dan bentuk-bentuk budaya populer sering bersifat liberal atau konservatif, atau kadang-kadang mengepresikan pandangan yang lebih radikal atau oposisi. 21 Budaya menjadi bahasan cultural Studies dijelaskan oleh Stuar Hall sebagai berikut: cultural studies merupakan wacara yang 21 Douglas Kellner, Cultural Studies, Multiculturalism, and Media Culture, hlm.2 membentang yang merespon kondisi politik dan historis yang berubah dan selalu ditandai dengan perdebatan, ketidak setujuan dan intervensi. Budaya dalam cultural studies lebih didefinisikan secara politis dibandingkan pada secara estetis. Cultural studies tidak melihat budaya sebagai suatu yang sempit, sebagaimana yang menjadikan jajian dalam antropologi atau ilmu kebudayaan konvensional. Budaya disini lebih dipandang sebagai teks dan praktik dan praktik hidup sehari-hari, budaya dilihat bersipat politik dikarenakan cultural studies mencoba memandang sebagai sebuah arena konflik wacana. Diskursus tentang budaya dalam persperktif cultural studies berupaya untuk mencoba membaca konteks budaya secara terkoinstruksi. Lebih dari itu budaya tidak dipandang suatu yang netral atau bersifat apa adanya, melainkan sebagai praktik pertarungan wacana. Untuk itu cultural studies mengajak untuk mengingkap ada apa dibalik suatu budaya yang temanifestasikan di dalam masyarakat. Pengaruh Maxisme terhadap cultural studies disini sangat kuat. Melihat pula bahwa budaya tidak dimaknai sebagai sebuah wilayah netral dan artinya kritik terhadap budaya yang lebih dikedepankan. 22 Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara berkebudayaan dengan tidak berkebudayaan atau kebudayaan primitif. 23 2 Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa suatu kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat 22 Year Panji, Komunikasi dan Konstruksi masyarakat Konsumen Suatu perspektif Cultural Studies, Jakarta: Kencana, ed.1, cet.1 . hlm. 463 23 Iij, Farid Hamid hery Budianto, Ilmu Komunikasi : Sekarang dan tangtangan Masa Depan, Jakarta: Kencana, ed.1, cet.1. hlm. 123 dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.

C. Kritik Sosial

1. Pengertian Kritik Sosial Dalam Kamus besar bahasa Indonesia kata kritik memiliki arti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Sementara kata sosial memiliki arti yang berkenaan dengan masyarakat, orang yang suka memperhatikan kepentingan umum suka menderma, menolong dan lain sebagainnya. 24 Istilah kritik memiliki arti harfiah yang dapat dipoeroleh dari kamus besar bahasa Indonesia adalah kecaman atau tanggapan yang sering disertai oleh argumentasi baik maupun buruk tentang suatu karya, pendapat, situasi maupun tindakan seseorang atau kelompok. 25 istilah sosial sering dikatikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. 26 Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses masyarakat. 27 Menurut Setiawan, kritik sosial itu ada karena terdapat ketimpangan sosial, kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, korupsi dan berbagai konflik yang lain di masyarakat. Konflik dan kritik sosial tidak perlu dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintegrasi, tetapi dapa 24 Artikel dia akses dari www.http.kamusbesar.com37738kritiksosial pada oktobtober 2012 pukul 21.52 25 Susetiawan, :Harmoni Stabilitas Politik, dan kritik Sosial ”, Yogyakarta 1997, UII Press, hlm.4 26 Bambang Ruditio Pranata Sosial. 27 Ahkmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pres dan Politik Indonesia , Yogyakarta 1997, UII Press, hlm.27 member kontribusi terhadap harmonisasi sosial. Harmoni sosial maksudnya terdapat keseimbangan-keseimbangan kepentingan dimasyarakat walaupun esensinya berbeda-beda. 28 Menurut Zaini, kritik sosial juga berarti juga dapat berarti sebuah inovasi sosial. Dalam arti bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan- gagasan baru sembari menilai gagasan-gagasan lama untuk perubahan sosial. Kritik sosial dalam kerangka yang demikian berfungsi untuk membongkar berbagai sikap konservatif, Status quo dan Vested Inters dalam amsarakat untuk perubahan sosial. Dengan adanya kritik sosial diharapkan terjadi perubahan sosial kearah yang lebih baik. Kritik sosial sebaiknya bersifat kritik membangun sehingga tidak hanya berisi kecaman dan celaan atau tanggapan terhadap situasi, tindakan seseorang atau kelompok. Hal ini diperlukan agar kritik sosial tidak menimbulkan permusuhan dan konflik sosial. 29 Walau terdapat berbagai variasi pemikiran dalam kelompok teori kritis, namun kesemuanya mengemukakan tiga hal penting yang sama, yaitu sebagai berikut: 30 a. Teori Kritis menunjukan ketertarikan untuk mengemukakan adanya suatu bentuk penindasan sosial dan mengusulkan suatu pengaturan kekuasaan power agreements dalam mendukung emansipasi dan mendukung terwujudnya masyarakat yang lebih bebas dan lebih terpenuhi kebutuhannya a feer and fulfilling sosiety. Memahami adanya adanya penindasan menjadi langkah pertama untuk menghapus ilusi dan janji manis yang diberikan suatu idiologi atau kepercayaan dan mengambil tindakan untuk mengatasi kekuasaan uang menindas. b. Para pendukung teori kritis berusaha untuk memadukan antara teori 28 Susetiawan, Harmoni, Stabilitas Politik, dan kritik Sosial, Yogyakarta 1997, UII Press, hlm.27 29 Akhmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pers dan Politik Indonesia, Yogyakarta: UII Press 1999, cet2, hlm.48-49 30 Morrisan Andy Corry Wardhany, Teory Komunikasi: Komunikasi, Pesan Percakapan dan Hubungan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, cet.1 hlm.40 dan tindakan. Teori yang bersifat normatif harus bisa di implementasikan untuk mendorong perubahan ditengah masyarakat. Hubungan antara teori dan tidandakan ini digambarkan dalam ungkapan “to read the wold with and eye toward shaping it” membaca dunia dengan mata tertuju pada upaya untuk mengubahnya. Penelitian yang dilakukan dalam teori kritis berupaya menunjukan bagaimana berbagi kepentinga yuang saling bersaing berbenturan dan menunjukkan cara bagaimana mengatasi berbenturan konflik kepentingan itu dengan lebih mengutamakan kepentingan kelompok tertentu khususnya kelompok marginal. 31 c. Kritik sosial sendiri merupakan suatu yang juga penting dalam kehidupan masyarakat sebab masyarakat itu senantiasa berubah, berkembang sehingga diperlukan semacam situasi dan prilaku ideal idela conduct sejalan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat itu. 32 Jurgen Hebermas yang lahir pada tahun 1929 adalah pemikir kontemporer yang mencurahkan usahanya untuk mencurahkan usahanya untuk menjawab persoalan kontemporer yang mencurahkan usahanya untuk menjawan persoalan persoalan dasar diatas melalui dan berpijak dari suatu tradisi yang disebut teori kritis. Teori kritis yang dipahami sebagai “teori sosial yang dikonsepkan dengan intens praktis” merupakan buah pemikiran yang muncul dari refleksi yang luas dari hakikat pengetahuan, struktur penelitian sosial, dasar normatif interaksi sosial, dan tendensi tendensi politis, ekonomis, ekonomis, dan sosio-kultural dari jaman ini. 33 31 Morrisan Andy Corry Wardhany, Teory Komunikasi: Komunikasi, Pesan Percakapan dan Hubungan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, hlm.41 32 Moh. Mahfud MD, Perspektif Politik dan Hukum tentang Kebebasan Akademik dan Kritik Sosial, hlm.64 33 Sindung Tjahyadi, Teory kritis Jurgen Hebermas: Asumsi-Asumsi dasar Menuju Metodologi Kritik Sosial, hlm.181

D. Cultural Studies

Istilah Cultural Studies pertamakali dipopulerkan oleh Stuart Hall professor sosiologi di Open University, Milton Keynes, Inggris. Hall mengkritik para ilmuan komunikasi yang mayoritas menggunakan pendekatan empiris, kuantitatif dan cenderung hanya melihat hubungan kausalitas dalam praktek komunikasi massa. Menurutnya mereka gagal untuk melihat apa yang seharusnya menjadi penting didalam pengaruh media massa terhadap masyarakat. Pengaruh media massa tidak dapat dilihat hanya melalui survei terhadap pembaca surat kabar, pendengar radio atau penonton televisi, karena persoalannya ternyata lebih dari itu. Hall sendiri banyak dipengaruhi oleh pemikiran Maxis yang melihat bahwa banyak terdapat hubungan kekuatan atau kekuasaan dibalik praktek masyarakat, terutama dalam praktek komunikasi massa dan media massa. Hall juga mengkritik para ilmuan yang hanya sekedar mampu menggambarkan tentang dunia, akan tetapi tidak berusaha untuk mengubah dunia tersebut kearah yang lebih baik. Tujuan Hall dan para ilmuan dari Teori kritis adalah memberdayakan dan memberikan kekuatan kepada masyarakat yang termarjinalkan dan memberikan kekuatan kepada masyarakat yang termarjinalkan atau terpinggirkan terutama dalam ranah komunikasi massa. Hall yakin bahwa fungsi media massa pada dasarnya adalah untuk menjaga kelanggengan kekuasan yang dominan. Media penyiaran maupun media cetak hanya dimiliki oleh sekelimpok orang. Media juga dianggap mengekploitasi pihak pihak yang miskin dan lemah. Hall mengklaim bahwa banyak penelitian komunikasi gagal untuk mengungkapkan pertarungan kekuasan dibalik praktek media massa tersebut. Menurutnya adalah kesalahan jika memisahkan komunikasi dari disiplin ilmu- ilmu lainnya. Jika hal tersebut dilakukan maka kita telah memisahkan pesan komunikasi dengan ranah budaya dimana seharusnya mereka berada. Oleh karena itu karya Hall lebih disebut sebagai cultural studies dari pada Media Studies.