Model Komunikasi Yang Di Dampaikan Sebagai Ekspresi Kritik Sosial KKC

mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang berguna, baik, bermanfaat, dan punya fungsi sosial yang positif. Pandangan mereka Jamaah Maiah terhadap Komunitas Kenduri Cinta KKC selama ini tidak ada yang negatif, semuanya diterima dengan sangat baik. Tanpa ada batas feodalisme tanpa ada batas golongan. Bahasan- bahasan yang dibahas adalah bahasan-bahasan yang jujur atau verbal. Dan ini sangat sulit ditemukan ditempat dan acara lain. Acara Kenduri Cinta yang dilaksanakan tiap Jumat malam, minggu kedua dalam setiap bulannya berupa dialog interaktif dua arah ada penceramah atau aktor dan audiens dan disertai dengan pementasan kesenian nyanyian, pembacaan puisi, pembacaan cerita, dan lain sebagainya. Dialog interaktif dan kesenian merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipilah. Konsep atau settingnya berupa panggung yang tidak terlalu tinggi agar lebih humanis, dan audiens berhadapan dengan penceramah aktor. Kenduri Cinta tidak pernah membuat orang yang datang merasa jenuh. Ini terbukti pada setiap pelaksanaan acara yang dilakukan dari tahun 2000 sampai 2006 ini bisa berlangsung selama 6 enam jam. Dan pukul 20.00 WIB sampai pukul 02.00 WIB. Proses Transformasi nilai yang terjadi di Komunitas Kenduri Cinta adalah dari media yang mencakup orang-orang aktor yang berperan memberikan materi dan alat-alat, memberikan nilai-nilai kepada audiens, dan audiens menerima nilai dan melalukan definisi situasi, kemudian ada hasil dari transmisi nilai itu, jadi dua arah dan tidak ada unsur intervensi kepada audiens untuk menerima nilai yang disosialisasikan. Penghargaan terhadap pluralitas dengan media panggung dan aktor sebagai sarana tranmisi nilai, dengan menggunakan konsep setting panggung, setting aktor dan setting audiens. Nilai-nilai yang disosialisasikan pads komunitas Kenduri Cinta semuanya tidak ada yang baru, semuanya adalah yang sudah pernah diomong- omongkan di mimbar akademisi atau dipidato-pidato kebudayaan, politik, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya, yaitu bagaimana semua manusia dengan golongan, agama, maupun setingnya yang berbeda itu mampu menemukan titik temu yang baik untuk kemanusiaan, kesejahteraan, dan cinta. Yaitu nilai-nilai; data kasih, kemanusiaan, kemuliaan, kepemimpinan, kejujuran, demokrasi, egaliter, anisme, pluralisme, toleransi, nurani, dan lain- lain. 58 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kenduri Cinta adalah sanggar seni kebudayaan rakyat yang biasa diadakan setiap sebulan sekali di Taman Marzuki. Kenduri Cinta berdiri dan di prakarsai oleh seorang Budayawan, EMHA Ainun Nadjib pada 12 Februari Tahun 2000, yang merupakan terobosan militan seorang budayawan dan seniman revolusioner dalam mengibarkan panji “Politik yang cerdas”, sebagai panglima di kancah pertarungan idiologi dan politik kebudayaan ketika itu. Langkah EMHA Ainun Nadjib dalam bidang Seni Gamelan yang dinamakan dengan ”Kyai Kanjeng” merupakan gebrakan tersendiri dimana pesan- pesan dakwah dan kritik sosial dalam essai, puisi-puisi, serta syair-syair nyanyian yang disampaikannya. Dialog interaktif dua arah ada penceramah atau aktor dan audiens dan disertai dengan pementasan kesenian nyanyian, pembacaan puisi, pembacaan cerita, dan lain sebagainya. Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Model dan Media yang di Gunakan Kenduri Cinta dalam kritik sosial; 1. Model-model komunikasi politik yang digunakan oleh komunitas Kenduri Cinta yaitu komunikasi verbal non verbal yakni dialog interaktif dengan saling menghargai setiap pandangan yang berbeda dan meluruskan pandangan pandangan yang keliru pada masarakat umum, dengan menggunakan kebudayaan sebagai cara penyampaiannya semisal, pentas kesenian, pembacaan puisi, salawatan, essai, wayang dan lain sebagai nya. 2. Media-media komunikasi politik yang digunakan sebagai alat ekspresi kritik sosial di komunitas Kenduri Cinta, yaitu komunitas Kenduri Cinta itu sendiri adalah media komunikasi yaitu sebagai ruang publik bagi masyarakat dalam menyampaikan komunikasi politiknya untuk melakukan kritik sosial. Selain itu ada “Kiai Kanjeng” yang merupakan media politik bagi Emha Ainun Nadjib dalam mengekspresikan perasaan dalam hati yang dikeluarkan melalui syair-syair dan nyanyian dengan bantuan Kiai Kanjeng.

B. Saran Saran

Dari Komunitas Kenduri Cinta, penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki proses transformasi makna untuk menjaga militansi semangat atau ruh pembaca dan masyarakat secara umum dalam melakukan proses nilai. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan masukan bagaimana sebenarnya proses definisi situasi yang harus dihadapi dan pengelolaan kesan yang harus dilakukan ketika terjadi transfer nilai, diharapkan pembaca juga tahu bahwa media pangung juga efektif untuk terjadinya proses transmisi nilai, bahwa nilai-nilai yang didapatkan di Komunitas Kenduri Cinta dapat bermanfaat bagi kelangsungan interaksi di masyarakat yang lebih luas. Jadi acara seperti Komunitas Kenduri Cinta ini harus bisa menjadi ikon untuk munculnya komunitas-komunitas bermartabat lain, agar bisa terjadi perubahan di Indonesia. Terutama dalam penerapan nilai-nilai Pancasila secara baik dan benar. 60 DAFTAR PUSTAKA Ahkmad Zaini Akbar, Kritik Sosial, Pres dan Politik Indonesia , 1997, UII Press. Yogyakarta Abc Human Communication: Konteks-kontenks Komunikasi Bambang Ruditio Pranata Sosial, Dosen Antropologi fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universita Andalas, Padang; Dosen Sekolah Bisnis Menejemen Institut teknologi bandung. Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahkmat,Komunikasi Antar Budaya,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006 Douglas Kellner, Cultural Studies, Multiculturalism, and Media Culture C. Budi Hardiman, Ruang Publik; Melacak Partisipasi Demokratis” dari polis sampai Cyberspace, Yogyakarta: Kanisius 2010, cet. 1 Griffin, Emory A. First Look at Communication Theory, 5th edition, new York: McGraw-hill, 2003 Gun-gun Heryanto,Komunikasi Politik di Era Industri Citra. Jakarta:Lasswel, 2010 Gabriel A. Almond dan Sydney Verba, Budaya Politik, Jakarta: Rajawali Press. 1998. Jalaludin Rachmat, Metode Penenelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005 Juergen Habermas, Sara Lennox, Pfrang Lennox, Public sphare: An Encyclopedia Articke,1966. Lincoln Y. Vona S, dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, Baverly Hills: Sage Publication, 1995 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 1993, cet. Ke-10 Lincoln Y. Vona S, dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry, Baverly Hills: Sage Publication, 1995 Masri Singarimbun dan Soffian Efendi, Metodologi Penenlitian Surve Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali Press. 1998. Mary Hawkesworth and Maurice Kogan, Encyclopedia of Government and Politics, London: Routledge, 1992. Morrisan Andy Corry Wardhany, Teory Komunikasi: Komunikasi, Pesan Percakapan dan Hubungan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, cet.1 Moh. Mahfud MD, Perspektif Politik dan Hukum tentang Kebebasan Akademik dan Kritik Sosial Peter Dahlegren, the Internet, Public sphere and Political Communication: Dispersion and deliberation, Routledge, 2005 Taylor Francis Inc. Pratogi. R. Saputra, 2012. “Spiritual Journey” – Pemikiran dan Perenungan Emha Ainun Nadjib, Penerbit Buku Kompas, Jakarta. Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: 2007, Cet. Ke2 Rustam Hakim Hardi Utomo, Komponen perancangan Arsitektur Lansekap Jakarta: 2003 Richard west Lynn H. Turner, Pengantar Teory Komunikasi: Analisi dan Aplikasi diterjemahkan oleh Maria Natalia Damayantu Maer, Penerbit Salemba Humanika, Jakarta: 2008, edisi ke-3 Susetiawan, :Harmoni Stabilitas Politik, dan kritik Sosial ”, Yogyakarta 1997, UII Press Sindung Tjahyadi, Teory kritis Jurgen Hebermas: Asumsi-Asumsi dasar Menuju Metodologi Kritik Sosial Totok Djuroto, Managemen Penerbitan Pers, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008