1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian dalam pertanyaan berikut :
1. Bagaimana ketersediaan pancake durian di daerah penelitian?
2. Bagaimana sikap konsumen terhadap produk pancake durian ?
3. Bagaimana perilaku konsumen terhadap pancake durian?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis ketersediaan produk pancake durian selama setahun.
2. Untuk menjelaskan sikap konsumen terhadap produk olahan durianpancake durian.
3. Untuk menjelaskan perilaku konsumen terhadap produk olahan durianpancake durian.
1.4 Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan informasi bagi konsumen dalam memilih produk olahan durian yang ingin dikonsumsi.
2. Sebagai bahan penelitian lanjutan baik akademis maupun non akademis.
3. Sebagai bahan informasi bagi yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pancake Durian
Buah durian berbentuk bulat hingga lonjong atau tidak beraturan, dengan ukuran kecil sampai besar. Buah mempunyai duri yang rapat dan tajam, dan pada setiap buah terdiri dari 5-7
ruang dimana setiap ruang mengandung 2-5 biji. Buah yang sudah matang, daging buah rasanya manis atau manis kepahit-pahitan disertai aroma harum khas Barus dan Syukri, 2008.
Buah durian matang, atau tepatnya arilus daging buahnya, yang merupakan bagian yang dapat dimakan, umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar. Kini daging buah arilus
durian diciutkan dan dibungkus, lalu dibekukan untuk memperpanjang daya simpan. Dengan cara itu buah durian dapat diterima di pasaran ekspor. Rasa durian lebih disenangi dalam bentuk
produk olahan seperti pancake, es krim dan kue. Ciri-ciri buah durian yang benar-benar tua adalah sebagai berikut :
a Aroma buah sudah tercium tanpa dibelah; b Duri buah melebar dan agak tumpul; dan
c Pangsa buah terlihat jelas pada sisi-sisinya Soedarya, 2009. Lahirnya produk pancake sebagai olahan durian bermula dari hasrat untuk menikmati
durian tanpa perlu repot mengunjungi tukang durian, memilih-milih durian, membelah durian, mengotori tangan, sekaligus repot untuk mengupas daging dari biji durian sehingga terciptalah
pancake durian dan yang pasti untuk menjaga kualitas rasa dan tekstur, buah duriannya juga pilihan, serta dijamin dan dijaga kesegarannya Anonimous
d
, 2011. Pancake durian merupakan salah satu jenis pancake yang diminati banyak orang. Tidak
banyak perbedaan dengan jenis pancake lainnya hanya saja terdapat perbedaan dari bahan dasar
Universitas Sumatera Utara
isiannya yaitu daging buah durian yang segar dan harum. Daging buah durian dihaluskan sedikit dibuat menyerupai pasta, hanya dilembutkan sedikit tetapi tetap memiliki serat-serat khas buah
durian yang kemudian dibungkus dengan kulit pancake. Kulit pancake yang tipis dan lembut sehingga begitu dinikmati oleh konsumen langsung terasa daging buah durian yang khas dan
aroma durian pun masih tercium walaupun tidak sekuat aroma durian segar. Bentuk dan warna kulit pancake durian sangat variatif, ada beberapa produsen yang membentuknya seperti dadar
gulung sebagian lainnya membentuk pancake durian menyerupai roti kukus yang ditaruh di wadah kertas dengan berbagai warna kulit ada yang hijau, kuning, atau yang warna alami telur
semuanya semata-mata hanya ingin menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi pancake durian Anonimous
d
, 2011. A.
Manfaat Durian
Adapun manfaat dari buah durian adalah dapat mengatasi anemia karena durian kaya akan asam folat dan zat besi, dapat mengatasi sembelit karena durian banyak mengandung serat,
menghambat penuaan dini karena mengandung vitamin C sebagai antioksidan, meningkatkan tekanan darah yang rendah karena mengandung zat besi, baik untuk kesehatan tulang dan
persendian karena mengandung kalsium, potasium, dan berbagai vitamin B, memelihara kesehatan tiroid karena kandungan tembaganya, dapat mengurangi stres dan depresi karena
kandungan piridoksin B6, baik untuk kesehatan gigi karena mengandung fosfor Isa, 2011.
B. Komposisi Kimia Buah Durian
Buah durian mengandung gizi cukup tinggi dan komposisinya lengkap, seperti disajikan pada Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Kandungan Gizi Buah Durian per 100 gr Bahan Kandungan Gizi
Satuan Jumlah
Energi Protein
Lemak Karbohidrat
Kalsium Fosfor
Zat besi Fe Vitamin A
Vitamin B
1
Vitamin C Air
Bagian dapat dimakan Kal
gr gr
gr
mgr mgr
mgr
SI mgr
mgr gr
134,0 2,4
3,0 28,0
7,4 44,0
1,3 175,0
0,1 53,0
65,0 22,0
Sumber :Direktorat Gizi Depkes RI, 1996
2.2 Sikap
Sikap attitudes konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan kepercayaan believe dan perilaku behavior.
Mowen dan Minor 1998 menyebutkan bahwa istilah pembentukan sikap konsumen consumer attitude formation seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap dan perilaku.
Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk product attribute. Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. Konsumen biasanya memiliki
kepercayaan terhadap atribut suatu produk. Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu obyek, atributnya dan manfaatnya Sumarwan, 2002.
2.2.1 Definisi Sikap
Sikap adalah konsep penting dalam literatur psikologi lebih dari satu abad, lebih dari 100 definisi dan 500 pengukuran sikap telah dikemukakan oleh para ahli. Walaupun telah banyak
definisi mengenai sikap telah dikemukakan, namun semua definisi ini memiliki kesamaan yang
Universitas Sumatera Utara
umum yaitu bahwa sikap diartikan sebagai evaluasi dari seseorang. Sikap dapat diartikan sebagai evaluasi dari seseorang yang dipelajari dengan mengungkapkan perasaan konsumen tentang
suatu obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagi atribut dan manfaat dari obyek tersebut Sumarwan, 2002.
Sikap merupakan sesuatu yang mengarah pada tujuan yang dihadapi dalam bentuk tindakan, ucapan, perbuatan maupun emosi seseorang. Sikap konsumen merupakan suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah- masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen. Apabila seseorang mempunyai sikap
yang positif terhadap produk yang dijual, maka kita akan berusaha mempertahankan sikap mereka terhadap produk yang dijual. Dan sebaliknya, apabila seseorang mempunyai sikap yang
negatif terhadap produk yang dijual maka kita berusaha melakukan sesuatu agar sikap tersebut positif Sunyoto, 2012.
Sikap melibatkan tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya yaitu:
• Komponen kognitif yaitu berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan obyek;
• Komponen afektif yaitu menunjukkan pada dimensi emosional dari sikap yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek disini dirasakan sebagai perasaan
menyenangkan atau tidak menyenangkan dan; • Komponen perilaku melibatkan salah satu predisposisi bertindak sebagai obyek Sunyoto,
2012.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Karakteristik Sikap A.
Sikap Memiliki Obyek
Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan obyek, obyek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan,
harga, kemasan, penggunaan, media, dan sebagainya. Jika ingin diketahui sikap konsumen maka harus didefinisikan secara jelas sikap konsumen terhadap obyek apa? Sumarwan, 2002.
B. Konsistensi Sikap
Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu, sikap memiliki konsistensi dengan perilaku. Perilaku
seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya Sumarwan, 2002.
C. Sikap Positif, Negatif, dan Netral
Seorang mungkin menyukai makanan rendang sikap positif atau tidak menyukai sayuran sikap negatif atau bahkan ia tidak memiliki sikap sikap netral. Sikap yang memiliki
dimensi positif, negatif, dan netral disebut karakteristik valance dari sikap Sumarwan, 2002.
D. Intensitas Sikap
Sikap seseorang konsumen terhadap suatu merek atau produk akan bervariasi tingkatnya, ada yang sangat menyukainya atau bahkan ada yang begitu sangat tidak menyukainya. Ketika
konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka konsumen mengungkapkan intensitas sikapnya. Intensitas sikap disebut sebagai karakteristik ekstrimity dari
sikap Sumarwan, 2002.
Universitas Sumatera Utara
E. Resistensi Sikap
resistance
Resistensi adalah seberapa besar sikap seseorang konsumen bisa berubah. Sikap seorang konsumen dalam memilih sesuatu yang diinginkannya mungkin memiliki resistensi yang tinggi
untuk berubah yang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Pemasar penting memahami bagaimana resistensi konsumen agar dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Pemasar ofensif
dapat diterapkan untuk mengubah sikap konsumen yang sangat resisten atau merekrut konsumen baru Sumarwan, 2002.
F. Persistensi Sikap
persistence
Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu. Seorang konsumen tidak menyukai memakan durian sikap negatif,
namun dengan berlalunya waktu setelah beberapa bulan konsumen mungkin akan berubah dan menyukai makan durian Sumarwan, 2002.
G. Keyakinan Sikap
confidence
Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang dimilikinya. Sikap seorang konsumen terhadap agama yang dianutnya akan memiliki tingkat keyakinan yang
sangat tinggi, sebaliknya sikap seseorang terhadap adat kebiasaan mungkin akan memiliki tingkat keyakinan yang lebih kecil Sumarwan, 2002.
H. Sikap dan Situasi
Sikap seseorang terhadap suatu obyek seringkali muncul dalam konteks situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu obyek. Seseorang mungkin
tidak suka makan pancake durian pada pagi hari, tetapi menyukai makan pancake durian pada siang atau malam hari. Demikian pula, seseorang mungkin menyukai makan siang di restoran
Universitas Sumatera Utara
fast food, namun konsumen merasa restoran fast food bukanlah tempat yang cocok untuk makan malam bersama relasi bisnisnya Sumarwan, 2002.
2.2.3 Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya sikap dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap ia dapat berkembang manakala
dapat pengaruh baik dari dalam maupun luar dirinya yang dapat bersifat positif ataupun negatif. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan hal ini menyebabkan
perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan lingkungan yang diterima Sunyoto, 2012.
2.2.4 Pengukuran Sikap
Penelitian tentang sikap memerlukan ukuran-ukuran sikap. Keobyektifan hasil penelitian sikap tergantung kepada kepekaan dan kecermatan pengukurannya. Menurut Sunyoto 2012
secara garis besar pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan metode berikut:
A. Skala Perbedaan Semantik
Responden diminta untuk menentukan sikapnya terhadap obyek sikap pada ukuran yang sangat berbeda. Responden diminta untuk menentukan suatu ukuran skala yang bersifat
berlawanan yaitu positif-negatif, baik-buruk, aktif-pasif dan sebagainya.
B. Skala Staple
Skala staple merupakan versi sederhana dari perbedaan semantik. Skala nilai dipakai untuk menunjukkan berapa tepatnya satu sifat menjelaskan konsep dan pernyataan. Skala staple
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan hasil-hasil yang hampir sama dengan Skala perbedaan semantik dan diukur dengan cara yang sama.
C. Skala Likert
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi
pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Biasanya disediakan
lima pilihan skala dengan format seperti: 1Sangat tidak setuju
2Tidak setuju 3Netral
4Setuju 5Sangat setuju
Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk
kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan netral tak tersedia.
D. Skala Thurstone
Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavorabel hingga sangat favorabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan
memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajat favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap pernyataan sikap dan
penghitungan ukuran yang mencerminkan derajat favorabilitas dari masing-masing pernyataan.
Universitas Sumatera Utara
Derajat ukuran favorabilitas ini disebut nilai skala. Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap sekitar 100 buah atau
lebih. Pernyataan-pernyataan itu kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai judges. Penilai ini bertugas untuk menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan.
Favorabilitas penilai itu diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden. Responden
diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing- masing item sikap tersebut.
Teknik ini disusun oleh Thurstone didasarkan pada asumsi-asumsi: ukuran sikap seseorang itu dapat digambarkan dengan interval skala sama. Perbedaan yang sama pada suatu
skala mencerminkan perbedaan yang sama pula dalam sikapnya. Asumsi kedua adalah nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Penilai
melakukan rating terhadap item dalam sistem yang sama terhadap isu tersebut.
E. Skala Bogardus
Disebut juga dengan skala jarak sosial, yang secara kuantitatif mengukur tingkat jarak seseorang yang diharapkan untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok lain. Dengan
skala bogardus responden diminta untuk mengisi atau menjawab pertanyaan dari tujuh pertanyaan untuk melihat jarak sosial terhadap grup etnik lainnya, masing-masing pertanyaan
akan diberi skor dan angka yang lebih tinggi mencerminkan jarak sosial yang lebih besar.
F. Skala Bipolar
Metode ini dapat menentukan sikap seseorang terhadap sebuah produk melalui pertanyaan-pertanyaan tertentu untuk mengidentifikasikan lama kepercayaan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu konsumen diminta untuk menunjukkan penilaiannya mengenai sifat-sifat tiap produk dengan skala bipolar. Tingkat kepercayaan ditunjukkan mulai dari yang sangat baik
sampai pada yang tidak baik. Demikian para tingkat penilaian ditunjukkan dalam suatu pertanyaan mulai dari sangat penting sampai pada yang sangat baik untuk menentukan sikap
konsumen terhadap sebuah produk. Masing-masing pernyataan kepercayaan dan penilaian diberi skor dari +3 sampai -3 dimana nol relatif netral.
2.3 Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan itu. Istilah perilaku konsumen merujuk kepada perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk
barang dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam kegiatan tersebut bukan hanya sebatas mencari barang dan jasa yang akan digunakan saja melainkan juga
mencari informasi yang terkait dengan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan harga, kualiatas, ukuran, cara mendapatkannya, cara
penggunaannya, dan sebagainya Nitisusastro, 2011. Perilaku konsumen consumer behaviour dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan-
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barangjasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut Sunyoto, 2012. Perilaku konsumen sebenarnya merupakan tahapan-tahapan langkah yang ditempuh oleh
seseorangindividual atau kelompok orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
Universitas Sumatera Utara
keinginannya. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Nitisusastro 2011, tahapan-tahapan langkah yang dimaksud meliputi:
− Need Recognition mengenali kebutuhan, − Pre Purchase Search mencari informasi sebelum membeli,
− Evaluation of Alternative melakukan evaluasi terhadap beberapa pilihan, − Purchase melakukan pembelian dengan cara:
o Trial coba-coba,
o Repeat Purchase melakukan pembelian ulang,
− Post Purchase Evaluation melakukan evaluasi pasca beli. Sedangkan menurut Kotler dalam Nitisusastro 2011 menyatakan tahapan-tahapan yang
dilakukan konsumen dalam perilaku konsumen meliputi: − Problem Recognition mengenali permasalahan,
− Information Search mencari informasi, − Evaluation of Alternative mengevaluasi beberapa pilihan,
− Purchase Decision keputusan membeli, − Post Purchase Behavior perilaku pasca membeli.
Universitas Sumatera Utara
Umpan Balik bagi Konsumen Evaluasi Pasca Pembelian
Pembuatan Keputusan Konsumen
Tanggapan Konsumen
Umpan Balik Konsumen Konsumen Individu
Pengaruh Lingkungan
Strategi Pemasaran
2.3.1 Model Perilaku Konsumen
Model perilaku konsumen dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut:
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen
Dari Gambar 1 dapat menunjukkan adanya interaksi antara pemasar dan konsumennya. Pada model ini, terpusat kepada pembuatan keputusan konsumen yang terdiri atas proses
merasakan dan mengevaluasi informasi merek produk, mempertimbangkan bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan pada akhirnya memutuskan merek apa yang
akan dibeli. Pada model ini ada tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu: 1. konsumen individual
2. lingkungan yang mempengaruhi konsumen 3. stimuli pemasaran Sunyoto, 2012.
2.3.2 Teori-teori Perilaku Konsumen
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi mengapa seseorang membeli suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dimana kebutuhan bersifat naluriah. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
keinginan merupakan kebutuhan buatan yang dibentuk oleh lingkungan. Menurut Basu Swastha dan T. Hani Handoko dalam Sunyoto 2012, Beberapa teori-teori perilaku konsumen antara lain:
teori mikro, teori psikologis, teori sosiologis, dan teori antropologis.
A. Teori Mikro
Menurut teori ini keputusan untuk membeli merupakan hasil perhitungan ekonomis, rasional yang sadar. Pembeli individu berusaha menggunakan barang-barang yang memberikan
kegunaan kepuasan paling banyak, sesuai dengan selera dan harga yang relatif.
B. Teori Psikologis
Pada prinsipnya teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang selalu dipengaruhi lingkungannya.
C. Teori Sosiologis
Teori ini menitikberatkan pada hubungan dan pengaruh antara individu-individu yang dikaitkan dengan perilaku mereka. Jadi, lebih mengutamakan perilaku kelompok bukannya
individu.
D. Teori Antropologis
Teori ini menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas seperti kebudayaan, sub budaya, dan kelas sosial.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang
datangnya dari luar individu konsumen itu sendiri, antara lain: kebudayaan, kelas sosial, keluarga, kelompok referensi dan kelompok sosial. Faktor internal merupakan faktor yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi perilaku konsumen dari dalam diri invidu konsumen itu sendiri seperti: motivasi, persepsi, belajar, kepribadian dan konsep diri, serta kepercayaan dan sikap Sunyoto, 2012.
2.3.4 Model-model Perilaku Konsumen
Mempelajari perilaku konsumen adalah sesuatu yang sangat kompleks, karena banyaknya variabel yang mempengaruhi kecenderungannya untuk saling berinteraksi. Model dari perilaku
konsumen dikembangkan sebagai usaha mempermudahnya, karena model merupakan sebuah penyederhanaan gambaran dari kenyataan. Menurut Sunyoto 2012, berikut ini beberapa model-
model perilaku konsumen:
A. Model Howard Sneth
Model ini berisi empat elemen pokok, yaitu: 1 Input rangsanganstimuli
2 Susunan hipotesis hypothetical construct 3 Output respon variables
4 Variabel-variabel eksogen exogenous variables. Model ini lebih menitikberatkan pada pembelian ulang dan menggambarkan dinamika
perilaku pembelian selama satu periode. Menurut model ini seseorang mempunyai motif, pandangan, dan dapat mengambil keputusan melalui proses belajar. Dengan melakukan
pembelian ulang maka proses pengambilan keputusan menjadi lebih sederhana.
B. Model Engle, Kollat, dan Blackwell
Model ini menggambarkan dengan jelas bagaimana seseorang melakukan pembelian, mulai timbulnya kebutuhan sampai akhir pembelian yaitu penilaian setelah pembelian. Model ini
didasarkan pada proses pengambilan keputusan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Tahap dasar dari proses pembelian menurut model ini adalah: 1 motivasi, 2 pengamatan, 3 proses belajar. Kemudian diteruskan dengan pengaruh dari kepribadian, sikap
dan perubahan sikap bekerja bersama pengaruh aspek sosial dan kebudayaan setelah itu sampailah pada tahap proses pengambilan keputusan konsumen. Engel, Kollat dan Blackwell
mengatakan bahwa mempelajari perilaku konsumen adalah hampir sama dengan mempelajari perilaku manusia.
C. Model Nicosia
Model ini didasarkan pada teknik gambar aliran proses komputer dengan umpan baliknya. Ada empat komponen dasar pada perilaku konsumen, yaitu;
1 Bidang satu merupakan aliran misi dari perusahaan yang diterima dan dicerna oleh
konsumen. 2
Bidang dua pencarian data dan penilaiannya. 3
Bidang tiga merupakan perubahan bentuk yang mungkin terjadi dari motivasi kegiatan untuk membeli.
4 Bidang empat adalah kegiatan konsumen untuk menyimpan dan mempergunakan produk
tersebut.
D. Model Andreasen
Model Andreasen dibangun dari konsepsi-konsepsi tentang formasi sikap dan perubahannya dalam psikologi sosial. Kunci perubahan sikap ditentukan oleh berbagai macam
jenis informasi. Model ini menjelaskan seluruh proses dari rangsangan-rangsangan sampai dengan hasilnya yang berupa perilaku, semua itu terkandung dalam siklus pemerosesan
informasi yang terdiri empat tahap yaitu: input berupa rangsangan stimuli, pengamatan
Universitas Sumatera Utara
perception dan penyaringan, perubahan-perubahan sifat, serta macam hasil yang mungkin terjadi.
E. Model Gawson
Model ini didasarkan pada teori bentuk dan teori bidang. Perilaku konsumen dipengaruhi oleh hasil konflik psikologis dalam berbagai situasi. Konsumen individu mengumpulkan valensi-
valensi positif dan negatif dari suatu produk yang hendak dibeli. Terjadinya pembelian merupakan hasil bahwa valensi-valensi positif yang lebih besar daripada valensi negatif. Nilai
masing-masing valensi tersebut tidak tetap dan tidak bebas dari pengaruh ruang individu. Kebutuhan akan suatu produk timbul dan dipengaruhi oleh ruang hidup individu yaitu tempat,
waktu, dsb. Valensi adalah pengertian yang menggambarkan sifat dari pada lingkungan psikologis, yaitu nilai lingkungan psikologis itu bagi seseorang.
F. Model Hierarki kebutuhan dari Maslow
Ada lima hierarki kebutuhan yaitu; fisiologis, keselamatan, cinta, penghargaan dan aktualisasi diri. Maslow menekankan adanya suatu hierarki kebutuhan, dimana kebutuhan yang
lebih tinggi akan dipenuhi setelah kebutuhan yang lebih rendah dipenuhi terlebih dahulu. Hierarkhi kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut :
1 Kebutuhan fisiologis makan, minum, perumahan dan sebagainya, 2 Kebutuhan akan keselamatan,
3 Kebutuhan milik dan kecintaan, 4 Kebutuhan akan penghargaan,
5 Kebutuhan akan kenyataan diri. Maslow menggunakan hierarki kebutuhan ini sebagai dasar penelitian untuk menentukan
bagaimana tingkatan kebutuhan ini berkaitan dengan perilaku manusia. Intinya seseorang akan
Universitas Sumatera Utara
melakukan pembelian untuk memenuhi suatu kebutuhannya kalau kebutuhannya yang lebih rendah telah terpenuhi. Dengan kata lain orang tidak akan membeli produk untuk pemenuhan
kebutuhan akan keselamatan kalau kebutuhan fisiologiskebutuhan pokoknya terpenuhi.
G. Model Markov
Model Markov meneliti perilaku pemilihan merek suatu produk. Model ini menyebutkan bahwa hanya pemilihan merek pada pembelian terakhir yang mempengaruhi pemilihan merek
pembelian sekarang. Untuk memberi gambaran model Markov, kita ambil contoh ada tiga merek disuatu pasar merek A, B, dan C dan ketiga merek tersebut adalah merek-merek yang dibeli
pada pembelian yang terakhir.
H. Model Perilaku Pembeli Industri
Perusahaan yang menghasilkan barang industri perlu mengetahui bagaimana perilaku pembelian industri. Keberhasilan kegiatan pemasaran industrial sering kali tergantung pada
masalah seberapa jauh pemasar dapat memahami proses pembelian, termasuk didalamnya adalah a Identifikasi wewenang dalam pembelian
b Penyusunan kriteria keputusan c Penyusunan prosedur untuk evaluasi dan pemilihan supplier
Proses pembelian barang industri jauh lebih kompleks dari pada barang konsumsi, hal ini disebabkan karena banyaknya aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan pembelian
maupun sifat dari barang industri itu sendiri yang biasanya secara teknis lebih kompleks.
I. Model Maksud Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen yang merupakan reaksi terhadap faktor eksternal dan faktor internal. Dalam model ini dikatakan maksud perilaku dihasilkan dari sikap terhadap perilaku dan norma
Universitas Sumatera Utara
subyektif. Misalnya, Robin berniat kuliah di Australia. Ini maksud perilaku. Munculnya maksud perilaku ini ditimbulkan oleh sikapnya yang positif tentang kuliah di Australia. Selain itu,
keluarga dan teman-temannya juga memberikan dukungan positif. Ini norma subyektif. Model maksud perilaku ini dapat dilihat dalam model berikut ini:
�� = � �� . ��
� �=1
Dimana, Ao
: Sikap terhadap perilaku tertentu bi
: Tingkat kepercayaan bahwa suatu perilaku akan suatu produk ei
: Evaluasi terhadap hasil yang diperoleh, misalnya senang tidaknya seseorang dengan rasa makanan
n : Jumlah hasil outcome, pada kombinasi bi dan ei dihitung.
2.4 Karakteristik Konsumen
Perbedaan dan kesamaan relatif yang melekat pada konsumen disebabkan oleh beberapa hal meliputi demografi, geografi, dan psikografi. Demografi terkait dengan masalah
kependudukan dengan unsur-unsur yang sangat luas dan beragam. Geografi terkait dengan penyebaran lokasi pemukiman penduduk, dan psikografi terkait masalah hobi, kesenangan dan
kebiasaan lainnya. Masalah demografi dan elemen-elemen karakteristik di dalamnya meliputi, jender, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan. Dalam kaitannya dengan
goegrafi, terkait dengan penyebaran penduduk dan lokasi pemukiman. Selanjutnya dengan psikografi terkait di dalamnya hobi, kesenangan, kebiasaan, kepercayaankeyakinan, selera,
orientasi dalam kehidupan Nitisusastro, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Pemikiran
Salah satu produk agroindustri durian adalah pancake durian. Dari satu sisi hasil dari agroindustri durian ini yaitu pancake durian, merupakan salah satu produk agroindustri yang
dapat memberikan keuntungan finansial kepada produsen, akan tetapi di sisi lain durian merupakan tanaman musiman. Ketersediaan buah durian sebagai bahan baku pancake terbatas.
Bagaimana ketersediaan pancake durian produksi Mei Cin Pancake. Harga pancake durian yang relatif mahal cukup menjadi pertimbangan konsumen untuk
memutuskan membeli atau tidak membeli pancake durian. Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, akhirnya konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli pancake durian,
maka pancake durian tersebut dapat dikonsumsi untuk memenuhi keinginannya. Sehingga dari keputusan membeli tersebut dapat dilihat sikap konsumen.
Sikap yang datang dari konsumen pancake durian ini tentunya akan berbeda-beda. Sikap yang muncul ialah sikap yang mungkin menolak, menerima atau tidak tertarik terhadap produk
pancake durian tersebut. Sikap yang muncul dari konsumen akan membentuk perilaku konsumen.
Konsumen pancake durian di Kota Medan adalah konsumen yang mengkonsumsi pancake durian untuk konsumsi pribadikonsumsi rumah tangga dan konsumsi untuk dijadikan
oleh-oleh untuk relasi maupun sanak keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Positif Perilaku
Sikap Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Ketersediaan pancake durian
Produsen
Konsumen
Ketrangan:
: menyatakan mempengaruhi : menyatakan saluran
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Sikap dan Perilaku Konsumen Terhadap Produk Olahan Durian.
2.6 Hipotesis Penelitian