Sektor Unggulan dan Pertumbuhan Ekonomi Penelitian Terdahulu

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah endowment factors. Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Dengan adanya sektor unggulan, maka akan mempermudah pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai. Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi Tarigan, 2005.

2.3. Sektor Unggulan dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Glasson 1977 semakin banyak sektor unggulan dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke daerah tersebut, menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume sektor non unggulannya. Dengan kata lain, sektor unggulan berhubungan langsung dengan permintaan dari luar, sedangkan sektor non unggulan berhubungan secara tidak langsung, yaitu melalui sektor unggulan terlebih dahulu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sektor unggulan merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tergantung pada pertumbuhan sektor-sektor perekonomian wilayah tersebut. Kemampuan daerah tersebut dalam mengelola kekayaan alam yang dimiliki sangat mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor perekonomiannya. Setiap daerah mempunyai kebebasan dalam mengelola sumberdaya lokal dan dituntut untuk bisa menemukan potensi pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulannya. Dengan ekonomi unggulan itu, daerah juga dituntut berupaya mengoptimalkan penggunaan input dan perbaikan proses agar ekonomi unggulan dapat dimanfaatkan potensinya secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan masyarakat. Dalam Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan terhadap barang dan jasa di luar daerah. Proses produksi di suatu sektor yang menggunakan sumber daya produksi lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku serta outputnya diekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut Richardson, 1977. 2.4. Metode Analisis Sektor Unggulan 2.4.1. Metode LQ Location Quotient Metode ini berguna untuk menentukan sektor unggulan dan sektor non unggulan dengan cara menghitung perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap pendapatan total semua sektor di daerah atasnya. Daerah bawah dan daerah atas yang dimaksud adalah daerah administratif Glasson, 1977. Misalnya dalam penelitian ini analisis dilakukan pada tingkat kabupaten, maka daerah bawahnya adalah kabupaten dan daerah atasnya adalah provinsi.

2.4.2. Analisis S-S Shift Share

Analisis SS ini pertama kali diperkenalkan oleh Perloff, et al. pada tahun 1960. Analisis Shift Share SS merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu, dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode waktu. Analisis ini dapat dilakukan pada tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Di tingkat kabupaten, analisis ini berguna untuk melihat kecamatan- kecamatan mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian kabupaten tersebut. Selain itu, melalui analisis ini juga dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di masing-masing wilayah kecamatan tersebut. Di tingkat provinsi, dapat diketahui kabupaten-kabupaten mana saja beserta sektor-sektornya yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan di tingkat provinsi. Secara umum terdapat 3 tiga komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis SS, yaitu: komponen Pertumbuhan Nasional, komponen Pertumbuhan Proporsional, dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Priyarsono, Sahara dan M. Firdaus, 2007. Komponen Pertumbuhan Nasional PN adalah perubahan produksi kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi kesempatan kerja nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang memengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Contohnya antara lain kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Apabila PP + PPW ≥ 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sementara itu, PP + PPW 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah ke j tergolong lambat. Sumber : Priyarsono, Sahara dan M. Firdaus. 2007 Gambar 2.2. Model Analisis Shift Share

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan pendekatan Location Quotient LQ dan analisis Shift Share S-S telah banyak dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyanti 2004 dengan judul ”Analisis Sektor Basis Perekonomian Kabupaten Tangerang serta Implikasinya Terhadap Rencana Tata Wilayah ke-j sektor ke- i Komponen Pertumbuhan Proporsional Wilayah ke-j sektor ke-i Maju PP + PPW ≥ Lambat Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komponen Pertumbuhan Nasional Ruang Wilayah dalam Otonomi Daerah” menggunakan Pendekatan Location Quotient LQ. Hasil penelitian menyatakan bahwa perekonomian Kabupaten Tangerang didominasi oleh sektor primer, yaitu pertanian dan pertambangan, kemudian sektor sekunder, yaitu industri pengolahan, listrik gas dan air bersih. sedangkan sektor tersier mengalami pergeseran ke arah peningkatan, yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah fenomena yang dikaji. Pada penelitian sebelumnya, pendekatan yang digunakan hanya pendekatan Location Quotient untuk menganalisis sektor basis di tiap kecamatan di Kabupaten Tangerang, sedangkan pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Location Quotient dan analisis Shift Share untuk melihat sektor-sektor unggulan serta pertumbuhan dan daya saingnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang sehingga dapat diketahui sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tangerang dalam kurun waktu 2003-2007 serta bagaimana pertumbuhan dan daya saing dari sektor-sektor unggulan tersebut. Suprapti 2001 menganalisis basis ekonomi terhadap penataan ruang Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan metode LQ. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa sektor basis pada Kabupaten Sumenep adalah sektor pertanian, akan tetapi peranan dan fungsi pusat petumbuhan dan pelayanan di Kabupaten Sumenep masih belum mencukupi kebutuhan pengembangan sektor basisnya. Johanda 2004 menganalisis sektor basis di Kabupaten Bekasi dengan menggunakan metode LQ dan menyimpulkan bahwa Kabupaten Bekasi memiliki satu sektor basis yaitu sektor industri. Sektor industri dianggap dapat menghasilkan barang dan jasa selain untuk memenuhi permintaan pasar domestik juga dapat memenuhi kebutuhan luar wilayah melalui perdagangan antar wilayah. Usya 2005 dengan judul ”Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang”. Menggunakan metode LQ dan analisis shift share menyimpulkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4 sektor basis, yaitu sektor pertanian, sektor bangunankontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Selain itu, Usya menyimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang, ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian Kabupaten Subang walaupun pertumbuhannya lambat. Wahyuni 2007 dengan judul ”Analisis Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kota Tangerang Pada Masa Otonomi Daerah” dengan menggunakn metode analisis shift share menyimpulkan bahwa secara sektoral, persentase pertumbuhan sektor perekonomian tertinggi ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 2073,91 persen. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Kota Tangerang tumbuh sangat pesat seiring dengan pertumbuhan kegiatan pemukiman baru dan perindustrian. Sondari 2007 dengan judul “Analisis Sektor Unggulan dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat Periode 2001- 2005” menggunakan metode analisis LQ dan hasilnya menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 2001-2005, sektor yang menjadi sektor basis dan merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Harisman 2007 dengan judul “Analisis Struktur Perekonomian dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung Periode 1993- 2003” menggunakan analisis Shift Share untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di Provinsi Lampung telah terjadi perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sekunder yang dilihat dari peranan sektor sekunder yang terus meningkat melalui besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Lampung. Hasil analisis dengan menggunakan metode Location Quotient LQ menunjukkan bahwa di Provinsi Lampung terdapat 3 sektor basis yang merupakan sektor unggulan, yaitu : sektor pertanian, bangunan konstruksi, serta pengangkutan dan komunikasi. Restivi ana 2008 dengan judul “Analisis Perekonomian Wilayah Kabupaten Banyuwangi 2003- 2006” menggunakan analisis Shift Share dan Location Quotient. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sektor perekonomian Kabupaten Banyuwangi yang menunjukkan pertumbuhan terbesar pada periode 2003-2006 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan komunikasi, sektor bangunan serta sektor listrik, gas dan air bersih. Sedangkan sektor perekonomian yang memiliki tingkat pertumbuhan terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini disebabkan karena mata pencaharian masyarakat Kabupaten Banyuwangi tidak didominasi oleh kegiatan produksi di sektor tersebut, melainkan di sektor pertanian. Berdasarkan analisis LQ, didapat bahwa di Kabupaten Banyuwangi terdapat 3 sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

2.6. Kerangka Pemikiran