On the Job Learning ON

Kegiatan Pembelajaran 1 14 ajar peserta didik serta memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan perkembangan intektual peserta didik. Prinsip-prinsip PBM Prinsip utama PBM adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka open-ended problem, yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban benar atau memiliki banyak strategialgoritma penyelesaian, yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi- solusi tersebut. Masalah itu bersifat tidak terstruktur dengan baik ill-structured yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengombinasikan beberapa strategi atau bahkan menyusunstrategi sendiri untuk menyelesaikannya. Penyelesaian masalah seperti itu akan membuat siswa melakukan proses critical thinking. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah PBM Pada dasarnya, PBM diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru.Secara umum, tahapan-tahapan atau sintaks PBM sebagai berikut. Tabel 3. Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik Tahap 1 Mengorientasikan peserta didik  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Modul PKB Guru Matematika SMA 15 Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik terhadap masalah.  Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan. Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar.  Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya memahami masalahnya. Tahap 3 Membimbing penye- lidikan individual maupun kelompok.  Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah menemukan strategialgoritma sendiri. Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya  Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan melaksanakanatau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk presentasi, laporan, video, atau model. Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.  Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi, atau evaluasi terhadap proses, hasil, atau presentasi pemecahan masalah yang dilakukan.

b. Model Pembelajaran Berbasis Penemuan

Discovery diartikan sebagai penemuan. Discovery adalah proses mental dimana peserta didik mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut meliputi mengamati, mencerna, mengerti, mengelompokkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dalam konsep belajar, sesungguhnya Discovery Based LearningDBL merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sejalan denganteori Bruner tentang kategorisasi, dalam discovery tampak pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem- sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi similaritas difference yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian events. Ciri utama belajar menemukan adalah: 1 mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;