BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan perubahan dalam bidang perpajakan tax dan pengeluaran
pemerintah dengan tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian adapun dalam arti sempit, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang
berhubungan dengan penentuan siapa-siapa yang akan dikenakan pajak apa yang akan dijadikan dasar pengenaan pajak, bagaimana menghitung besarnya pajak yang
akan harus dibayar dan bagaimana tata cara pembayaran pajak yang terhutang. Kebijakan fiskal dalam arti sempit inilah yang disebut juga sebagai kebijakan
perpajakan. Jhingan 1983, dalam Suandy 2002: 14 mengatakan bahwa suatu kebijakan fiskal bertujuan:
1. Untuk meningkatkan laju investasi. 2. Untuk mendorong investasi yang optimal secara sosial.
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja. 4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan
internasional. 5. Sebagai upaya menanggulangi inflasi.
6. untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Perpajakan Badan Usaha Corporate Taxation
Pajak badan usaha merupakan sumber penerimaan penting bagi pemerintah di seluruh dunia dan menjadi pertimbangan utama dalam perencanaan aktivitas bisnis
perusahaan. Pajak badan usaha dikenakan atas laba yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Struktur tingkat pajak penghasilan badan usaha biasanya
progresif, yang berarti bahwa rata-rata tingkat pajak akan meningkat sesuai dengan penghasilan. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan,
menjelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel II.1. Tarif Pajak Penghasilan
No Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak Kenaikan Tarif
1. Sampai dengan Rp 50.000.000,-
10 -
2. Di atas Rp 50.000.000,-sd Rp 100.000.000,-
15 5
3. Di atas Rp 100.000.000,-
30 15
Sumber: Lembaga Manajemen Formasi, Undang-Undang Perpajakan Indonesia 2000, Jakarta, Semar Publishing, 2001.
Pengenaan pajak atas laba perusahaan mendorong pengusaha dan manajer untuk membuat struktur dan melakukan operasi bisnis mereka dengan mendisign
untuk mengurangi atau menghindari pajak yang akan mereka bayarkan. Perusahaan- perusahaan umumnya mengurangi kewajiban pajak mereka dan pemegang saham
dengan menggunakan hutang atau pinjaman dari pendanaan dengan ekuitas, menginvestasikan dalam asset yang dapat dengan cepat didepresikan untuk tujuan
pajak dan menghindari pembayaran dividen.
Universitas Sumatera Utara
Pertimbangan pajak utama dalam keuangan perusahaan corporate finance adalah pembayaran bunga kepada pemegang obligasi bondholder karena
pembayaran bunga pinjaman dapat dijadikan pengurang atas laba kena pajak, sementara pembayaran dividen kepada pemegang saham perusahaan tidak dapat
dijadikan pengurang atas laba kena pajak. Sebagai akibatnya, perusahaan umumnya memiliki insentif pajak tax insentives mengeluarkan surat hutang dari pada ekuitas
dan menurut Auerbach 2001 dalam Siahaan 2003 dibuktikan hasilnya dengan rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi.
Pajak badan usaha juga mempengaruhi waktu timing, besaran magnitude dan komposisi investasi perusahaan dalam pabrik dan peralatan, persediaan,
penelitian dan pengembangan dan asset bisnis lainnya. Tingkat pajak yang tinggi umumnya mengurangi investasi, tapi hal ini tergantung dari perlakuan pajak tax
treatment dari pengeluaran investasi. Investor umumnya tidak segera mengurangi
penghasilan dengan pengeluaran yang besar dalam investasi bisnis melainkan mengamortisasi biaya pengeluaran investasi selama periode tahun di mana
pengurangan diizinkan. Pemerintah sering memberikan kredit pajak tertentu special tax credits
bagi investasi dalam kategori asset tertentu seperti penelitian dan pengembangan misalnya negara Kanada, Jepang, Spanyol dan Amerika Serikat.
Menurut Hasset dan Hubbard 2001 dalam Siahaan 2003 tingkat investasi bisnis berhubungan terbalik dengan tingkat pajak efektif.
Universitas Sumatera Utara
Pajak badan juga mempengaruhi pemilihan bentuk dari suatu perusahaan. Seperti di Amerika Serikat, partnerships, soleproprietorships dan limited liability
company merupakan bentuk usaha yang penghasilannya tidak dikenakan pajak
penghasilan badan. Jadi penghasilan yang diperoleh dari bentuk-bentuk badan usaha tersebut hanya akan dikenakan pajak pada pemilik individual, dengan tidak ada
pengenaan pajak tambahan pada tingkat entitas. Jadi insentif pajak mempengaruhi pilihan status bentuk usaha Van Home Wachowicz, 2001: 24-27.
Hal ini menyerupai dalam pemilihan pendanaan perusahaan apakah dengan hutang atau ekuitas. Akan tetapi terdapat beberapa aspek lain yang membedakan
antara pemilihan bentuk badan usaha dan pemilihan pendanaan dengan hutang atau ekuitas. Pertama, pemilihan bentuk badan usaha tidak bersifat parsial atau sebagian,
sedangkan pada pemilihan bentuk pendanaan dapat seluruhnya atau sebagian dengan hutang atau sebaliknya melalui ekuitas. Kedua, biaya bukan pajak non tax cost
dalam pemilihan badan usaha berbeda dalam pemilihan pendanaan perusahaan. Dalam pemilihan pendanaan, biaya yang timbul adalah agency cost dan bankruptcy
cost sedangkan pada pemilihan bentuk badan usaha yang bukan perseroan mencakup
pembatasan kepemilikan dan ekuitas yang diperdagangkan sehingga ekuitas menjadi tidak likuid dan beragam.
Keharusan bagi perusahaan untuk membayar pajak tidak berarti bahwa pemilik perlu menanggung beban pajak, karena beban ini dapat sebagian atau
seluruhnya dialihkan shifted ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi, atau kepada para pekerja dalam bentuk upah yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Penghasilan kena pajak untuk wajib pajak badan sama dengan penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan dikurangi dengan pengurang yang
diperkenankan dan kompensasi kerugian sesuai Pasal 6 ayat 1 dan 2 UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan Penghasilan bruto dikurangi dengan biaya
yang diperkenankan desebut dengan penghasilan neto. Oleh karena itu, Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan sama dengan penghasilan neto dikurangi
dengan kompensasi kerugian. Walaupun Indonesia, pada umumnya menganut sistem unitary global world
wide income taxation , untuk kemudahan dan kesederhanaan administrasi, dan
memberikan kepastian hukum serta meningkatkan masyarakat pembayar pajak, maka diperlakukan pengenaan pajak tersendiri final atas beberapa kategori penghasilan.
Pada umumnya, penghasilan dikenakan pajak tarif progresif Tabel II.1. Berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat 2 UU No. 17 Tahun 2000 tentang PPh, dengan Peraturan
Pemerintah tarif marginal tertinggi tersebut dapat diturunkan bertahap menjadi serendah-rendahnya 25.
Beberapa penghasilan tertentu berdasarkan Pasal 4 ayat 2 UU PPh, dengan Peraturan Pemerintah dapat dikenakan pajak dengan tarif sepadan flat rate dan
bersifat final menyimpang dari system unitary. Hal demikian menyiratkan sepertinya Indonesia juga menerapkan pemajakan sekuler. Beberapa penghasilan
tersebut misalnya: bunga depositotabungan, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek.
Universitas Sumatera Utara
Pajak yang dapat dikreditkan terhadap pajak terutang diakhir tahun misalnya: pajak yang diangsur setiap bulan PPh Pasal 25, Pajak Penghasilan yang dipotong
dan dipungut PPh Pasal 22 dan 23, dan fiskal luar negeri.
2.1.3. Struktur Modal Capital Structure dan Pajak