Present value tax shield akan berkurang jika perusahaan tidak mempunyai
rencana untuk meminjam secara terus menerus, atau tidak menggunakan tax shield dimasa yang akan datang.
2.1.7. Pendekatan Arus Kas Atas Beban Pajak
Pendekatan arus kas atas beban pajak menunjukkan bahwa penggunaan pinjaman untuk membiayai investasi dapat mengurangi beban pajak dibanding
ekuitas. Sebagaimana contoh yang akan diuraikan di bawah ini sebagai berikut. A Corp suatu WP badan luar negeri yang memiliki seluruh saham dari PT B sebagai
WP badan dalam negeri. PT B membutuhkan modal besar satu juta untuk membiayai kegiatan usahanya, untuk memenuhi hal tersebut A Corp dapat menerbitkan
tambahan saham baru aau memberikan pinjaman kepada PT. B sebesar 1000.000. Jika PT B memperoleh penghasilan sebesar 100.000 sebelum dikurangi bunga,
dividen dan pajak. Tingkat bunga yang wajar untuk pembayaran pinjaman adalah 10, serta tarif withholding tax atas dividen 5 dan 10 untuk bunga. Sebagai
ilustrasi pendekatan arus kas beban pajak dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel II.3. Pendekatan Arus Kas atas Beban Pajak
Debt Equity
Coorporate income before payment of interest or dividens 100.000
100.000 Deductions of interest
100.000 -
Taxable income -
100.000 Corporate tax 40
- 40.000
Dividens -
60.000 Withoulding tax
10.000 3.000
Total tax 10.000
43.000
Sumber: Arnold, Brian J, et.al, 1995: 74
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan relatif atas penggunaan pembiayaan pinjaman dibanding ekuitas. Dari Tabel II.3 nampak bahwa membiayai WP badan dalam negeri dengan pinjaman
lebih tepat untuk mengurangi beban pajak di negara PT B berada, dibanding dengan ekuitas sebesar 33,000. Hal ini disebabkan karena bunga deductible, sedangkan
dividen non-deductible.
2.1.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan
1. Tingkat Pajak Tax rate
Faktor pajak tax factor merupakan faktor utama dalam menentukan kebijakan hutang perusahaan. Karena dengan adanya pembayaran bunga atas hutang akan
memberikan penghematan pajak tax saving dalam bentuk pengurangan penghasilan kena pajak melalui pembayaran bunga. Sehingga semakin besar
tarif pajak perusahaan maka penggunaan hutang akan memperbesar manfaat pajak dari penggunaan hutang. Mackie 1990 dan Graham 2000 yang
menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pajak marjinal yang tinggi cenderung menggunakan hutang daripada perusahaan yang tingkat pajak
marjinalnya rendah untuk memanfaatkan interest tax shield dari pembayaran hutang. Myers 2001 dalam temuannya mencatat bahwa terdapat hubungan
yang terbalik antara penggunaan hutang dan profitabilitas, hal ini timbul karena perusahaan yang memilik profitabilitas yang tinggi lebih memilih mendanai
aktivitas bisnisnya melalui dana internal berupa laba ditahan.
Universitas Sumatera Utara
2. Kesulitan Keuangan Financial Distress
Financial distress adalah kondisi di mana perusahaan mengalami kesulitan
keuangan dan terancam bangkrut. Apabila perusahaan mengalami bangkrut, maka akan timbul biaya kebangkrutan bankruptcy cost, yang disebabkan oleh
keterpaksaan menjual aktiva di bawah harga pasar, biaya likuidasi perusahaan, rusaknya aktiva tetap dimakan waktu sebelum terjual. Pada umumnya
kemungkinan financial distress semakin meningkat dengan adanya penggunaan hutang. Logikanya semakin besar penggunaan hutang, semakin besar pula
beban biaya bunga, semakin besar probabilitas bahwa penurunan penghasilan akan menyebabkan financial distress, Lukas 1996 dalam Arrayani 2003.
Teori Trade off menyatakan bahwa perusahaan menggunakan hutang lebih sedikit pada saat biaya yang diharapkan dari financial distress tinggi.
3. Kemampulabaan Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan memiliki taxable income to shield
yang tinggi sehingga perusahaan dapat menggunakan hutang lebih besar. Modal berdasarkan pajak tax-based model mengharapkan
bahwa perusahaan yang profitabel harus meminjam banyak, ceteris paribus, karena perusahaan mempunyai kebutuhan yang lebih besar untuk pengurangan
laba dari pajak penghasilan. Akan tetapi Chang 1999 dalam Nasruddin 2004 menunjukkan bahwa kontrak yang optimal antara pihak dalam perusahaan dan
investor luar yang dapat diinterprestasikan sebagai penggabungan hutang dan
Universitas Sumatera Utara
ekuitas, dan perusahaan yang profitable cenderung menggunakan hutang yang sedikit.
4. Ukuran Perusahaan Size
Beberapa studi yang menunjukkan suatu hubungan positif antara leverage dan ukuran perusahaan size . Marsh 1982 dalam Nasruddin 2004 menemukan
bahwa perusahaan besar lebih sering memilih hutang jangka panjang sedangkan perusahaan kecil memilih hutang jangka pendek. Perusahaan besar mungkin
dapat memperoleh keuntungan dalam skala ekonomi dengan melakukan emisi hutang jangka panjang, dan mungkin juga memiliki kekuatan barganing
terhadap kreditur. Secara umum, perusahaan yang lebih besar dengan sedikit masalah asymmetric information akan cenderung untuk memilih lebih banyak
ekuitas dari hutang dan demikian memiliki leverage yang lebih rendah. Titman dan Wessels 1998 berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan yang besar
cenderung lebih diversifikasi dibandingkan perusahaan yang lebih kecil sehingga jauh kemungkinan terjadi kebangkrutan. Perusahaan besar biasanya
dapat menjamin dengan biaya lebih murah. 5.
Likuiditas Perusahaan yang tidak likuid memiliki jumlah hutang yang relatif kecil karena
kreditur lebih memilih menginvestasikan dananya kepada perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik, sehingga tax benefit of debt dari penggunaan
hutang akan menjadi lebih kecil.
Universitas Sumatera Utara
6. Pembayaran Dividen Dividend Payout
Kebijakan mengenai struktur modal juga berkaitan dengan kebijakan dividen. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan
diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan. Pembayaran dividen yang dianut
perusahaan juga dapat mempengaruhi kebijakan hutang. Crutchley dan Hansen 1989 menyatakan pembayaran dividen akan mengurangi aliran kas bebas
perusahaan dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. Sharpe dan Nguyen 1995 dalam Siahaan 2003
berpendapat bahwa perusahaan yang tidak membayar dividen menghadapi informasi asymetri besar yang menyebabkan perusahaan lebih memilih
pendanaan melalui hutang daripada ekuitas. 7.
Struktur Aktiva Assets Structure Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar dapat
menggunakan hutang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber
dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan. Sartono 2001
dalam Arrayani 2003 mengemukakan apabila aktiva tetap perusahaan cocok
Universitas Sumatera Utara
untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan cenderung menggunakan hutang lebih besar. Williamson 1988 dan Harris dan Raviv
1990 dalam Nasruddin 2004 dalam paper-nya menyatakan bahwa leverage memiliki korelasi positif dengan struktur aktiva tangibility.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu