PERIHAL HIVAIDS Implementasi Program Penjangkauan dan Pendampingan Kelompok Pekerja Seks oleh Lembaga H2O dalam pencegahan HIV Aids di Kota Medan

39

2.4. PERIHAL HIVAIDS

HIV Human Immunodeficiency Virus atau biasa disebut virus pelemah kekebalan tubuh manusia. HIV adalah sebuah organisme kecil yang menyerang makhluk hidup dengan berkembang biak Reuben, Granich, 2003:6. HIV menyebabkan AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah sekumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat bukan keturunan dan disebabkan oleh virus HIV. Seseorang baru disebut terkena AIDS apabila sudah menampakkan berbagai gejala penyakit yang menyerang tubuh karena hilangnya daya tahan tubuh Clara, Ajisuksmo dkk, 2004: 84. Pada dasarnya HIV adalah jenis parasitobligate yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau mediahidup. Virus ini ”senang” hidup dan berkembang biak pada sel darahputih manusia. HIV akan ada pada cairan tubuh yang mengandung seldarah putih, seperti darah, cairan plasenta, air mani atau cairan sperma,cairan sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak. HIVmenyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugasmenangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut”sel T – 4” atau disebut pula ”sel CD-4.

2.4.1. Potensi Penularan HIVAIDS

Cara penyebaran HIV sangat bervariasi. Menurut Dep Kes RI 2006, sejak ditemukannya kasus AIDS pertama kali di Indonesia pada tahun 1987Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI. 1987-2006berdasarkan analisis situasi di Indonesia terdapat beberapakondisi potensial yang dapat memicu penyebaran HIVAIDS, yaitu : Universitas Sumatera Utara 40 Pertama, Distribusi penyakit HIVAIDS mengena pada Laki-laki dan Perempuan. Dari kasus AIDS yang dilaporkan perempuan lebih rentan tertular dan lebih menderita akibat infeksi ini. Beberapa studi menunjukkan bahwa penularan HIV pada laki-laki ke perempuan melalui hubungan seks dua kali lipat dibandingkan dari perempuan kepada laki-laki. Penularan pada perempuan dapat berlanjut dengan penularan pada bayi jika terjadi kehamilan. Resiko penularan HIV dari ibu pengidap HIV ke bayinya berkisar 15 – 40. Bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap HIV mungkin akan terinfeksi HIV sebelum, selama , atau sesudah proses kelahirannya. Penularan juga dapat terjadi melalui Air Susu Ibu ASI. Kedua, Penular AIDS tergolong usia produktif. Menurut umur, proporsi kasus AIDS terbanyak dilaporkanpada kelompok umur 20 – 29 tahun 54,76 disusul kelompokumur 30 - 39 tahun 27,17 dan kelompok umur 40 – 49 tahun7,9. Ketiga kelompok tersebut termasuk dalam kelompok usiaproduktif. Diserangnya kelompok usia produktif ini merupakan satuhal yang perlu diperhatikan mengingat kelompok penduduk inimerupakan aset pembangunan bangsa. Ketiga, Kasus AIDS pada bayi dan anakDijumpainya kasus HIVAIDS pada bayi dan anak kurangdari 15 tahun disebabkan oleh karena tertular dari ibunya saatkehamilan, persalinan maupun ASI, transfusi darahkomponendarah atau penularan seksual oleh orang-orang yang tidakbertanggung jawab. Anak-anak juga mempunyai resiko besarterinfeksi HIV karena pengetahuan mereka tentang cara penularandan melindungi diri dari penularan HIV sangat terbatas. Disampingitu mereka juba bisa menjadi yatim piatu karena orangtuanyameninggal akibat AIDS dan membutuhkan perhatian khusus darikeluarga dan masyarakat.termasuk pemerintah pusat maupundaerah. Universitas Sumatera Utara 41 Keempat, Penularan HIVAIDS melalui jarum suntik dan kontak seks.Penularan HIVAIDS melalui jarum suntik dan kontak seks.Dari kasus AIDS yang dilaporkan ternyata penularan dapat terjadi melalui penggunaan jarum suntikbersamatercemar virus HIV pada penyalah guna NAPZA suntikIDU. Cara penularan lain yang dilaporkan adalahmelalui hubungan homoseksual, tranfusi darahkomponendarah termasuk pada hemophilia, melalui perinatal juga dapat menularkan HIVAIDS kepada siapa saja dan kapanpun. Penjelasan tersebut dapat dipersempit bahwa ada empat penyebab utama terjadinya infeksi virus HIVAIDS. Penyebab pertama adalah hubungan seksual secara langsung antara penderita dan yang tertular. Penyebab kedua adalah melalui transfuse darah yang berasal dari orang yang terinfeksi virus HIV sehingga HIV dapat masuk ke dalam tubuh. Penyebab ketiga adalah melalui pemakaian jarum suntik tidak steril secara bergantian yang digunakan oleh penderita infeksi virus HIV dengan rekannya sesama pengguna narkoba. Penyebab keempat adalah melalui ibu hamil dan menyusui yang terinfeksi virus HIVAIDS, kemudian menularkannya pada anak yang masih ada di dalam kandungan Rusmiyati, 2007:76.Transmisi HIVAIDS tersebut dapat kita bagi menjadi sebagai berikut: a. Transmisi melalui kontak seksual Kontak seksual merupakan salah satu cara utama transmisi HIV di berbagai negara. Hubungan seksual secaravagina, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindunganbisa menularkan HIV. Virus HIV dapat ditemukan dalam cairansemen, cairan vagina dan cairan serviks Nursalam, 2009.Virus akan terkonsentrasi dalam cairan semen, terutama bila terjadipeningkatan jumlah limfosit dalam cairan, seperti pada keadaanperadangan genitalia misalnya uretritis, epididimitis, dankelainan lain Universitas Sumatera Utara 42 yang berkaitan dengan penyakit menular seksual Nasronudin, 2007. Selama hubungan seksual berlangsung,cairan semen, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaputlendir vagina, penis, dubur atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke dalam darah Nasronudin, 2007. b. Transmisi melalui darah atau produk darah HIV dapat ditransmisikan melalui darah dan produk darah. Terutama pada individu pengguna narkotika intravena dengan pemakaian jarum suntik secara bersama dalam satukelompok Nasronudin, 2007. Dapat juga pada individu yangmenerima transfusi darah atau produk darah yang mengabaikan tes penapisan HIV. c. Transmisi secara vertical Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yangterinfeksi HIV kepada janinnya sewaktu hamil, sewaktupersalinan, dan setelah melahirkan melalui pemberian Air SusuIbu ASI Nasronudin, 2007. Angka penularan selamakehamilan sekitar 5-10, melalui persalinan 10-20, dan saatpemberian ASI 10-20 Nasronudin, 2007. Penularan selamapersalinan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontakantara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atausekresi maternal saat melahirkan Lily V, 2004 dalam Nursalam, 2009. d. Transmisi melalui alat kesehatan yang tidak steril. Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum,tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairanvagina atau cairan semen yang terinfeksi HIV dan langsungdigunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bias menularkan HIV Nursalam, 2009. Universitas Sumatera Utara 43 e. Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium. Risiko penularan HIV terdapat pada kelompok pekerjayang terpapar HIV seperti petugas kesehatan, petugas laboratorium, dan orang yang bekerja dengan spesimen ataubahan yang terinfeksi HIV, terutama bila menggunakan bendatajam Nasronudin, 2007. Berbagai penelitian multi institusimenyatakan bahwa risiko penularan HIV setelah kulit tertusukjarum atau benda tajam lainnya yang tercemar oleh darahseseorang yang terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3 sedangkanrisiko penularan HIV akibat paparan bahan yang tercemar HIVke membran mukosa atau kulit yang mengalami luka adalahsekitar 0,09 Nasronudin, 2007. Dari kasus AIDS yang dilaporkan ternyata penularanterbanyak terjadi melalui penggunaan jarum suntikbersamatercemar virus HIV pada penyalah guna NAPZA suntikIDU yaitu sebesar 50,3 dan penularan melalui hubunganheteroseksual 40,3. Cara penularan lain yang dilaporkan adalahmelalui hubungan homoseksual 4,2, tranfusi darahkomponendarah termasuk pada hemofilia 0,1, melalui perinatal 1,5 dan3,6 tidak diketahui. Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkanorang dengan HIVAIDS ODHA amat rentan dan mudah terjangkitbermacam-macam penyakit. . Serangan penyakit yang biasanyayang tidak berbahayapun lama kelamaan akan menyebabkanpasien sakit parah, bahkan meninggal. Tidak ada pentunjukbuktibahwa HIV dapat menular melalui kontak sosial, alat makan, toilet,kolam renang, udara ruangan, maupun oleh nyamukserangga.

2.4.2. Manifestasi Klinis HIV AIDS

Manifestasi Klinis HIV AIDSSeseorang yang terinfeksi HIV, 2-6 minggu kemudian rata-rata 2minggu terjadilah sindrom retroviral akut. Lebih dari separuh Universitas Sumatera Utara 44 orang yangterinfeksi HIV akan menunjukkan gejala infeksi primer ini yang dapatberupa gejala umum demam, nyeri otot, nyeri sendi, rasa lemah,kelainan mukokutan ruam kulit, ulkus di mulut, pembengkakan kelenjarlimfe, gejala neurologi nyeri kepala, nyeri belakang kepala, fotofobia, depresi, maupun gangguan saluran cerna anoreksia, nausea, diare,jamur di mulut. Gejala ini dapat berlangsung 2-6 minggu gejalamenghilang disertai serokonversi. Selanjutnya merupakan faseasimtomatik, tidak ada gejala, selama rata-rata 8 tahun 5-10 tahun, dinegara berkembang lebih cepat. Sebagian besar pengidap HIV saat iniberada pada fase ini. Penderita tampak sehat, dapat melakukan akfivitasnormal tetapi dapat menularkan kepada orang lain. Setelah masa tanpagejala, memasuki fase simtomatik, akan timbul gejala-gejalapendahuluan seperti demam, pembesaran kelenjar limfa, yang kemudiandiikuti oleh infeksi oportunistik. Dengan adanya infeksi oportunistik makaperjalanan penyakit telah memasuki stadium AIDS. Fase simptomatikberlangsung rata-rata 1,3 tahun yang berakhir dengan kematian. Setelahterjadi infeksi HIV ada masa dimana pemeriksaan serologis antibodi HIVmasih menunjukkan hasil negatif, sementara virus sebenarnya telah adadalam jumlah banyak. Pada masa ini, yang disebut window periodperiode jendela, orang yang telah terinfeksi ini sudah dapat menularkankepada orang lain walaupun pemeriksaan antibodi HIV hasilnya negatif Periode ini berlangsung 3-12 minggu. Terdapat beberapa klasifikasi klinisHIVAIDS antara lain menurut CDC dan WHO. Klasifikasi dari CDCberdasarkan gejala klinis dan jumlah CD4sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 45 a. Katagori Klinis A, meliputi infeksi HIV tanpa gejala asimptomatik,Persistent Generalized Lymphdinopathy, dan infeksi HIV akut primerdengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi HIV akut. b. Katagori Klinis B, terdiri atas kondisi dengan gejala simptomatik padaremaja atau dewasa yang terinfeksi HIV yang tidak termasuk dalamkatagori C dan memenuhi paling sedikit satu dari beberapa kriteriaberikut; 1. Keadaan yang dihubungkan dengan infeksi HIV atau adanyakerusakan kekebalan. 2. Kondisi yang dianggap oleh dokter telah memerlukan penangananklinis atau membutuhkan penatalaksanaan akibat komplikasi infeksiHIV, misalnya Kandidiasis Osofaringeal, Orall Hairy Leukoplakia,Herpes Zoster,dan lain-lain. c. Katagori Klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDSmisalnya Sarkoma Kaposi, Pneumonia Pneumocystis carinii,Kandidiasis Esofagus, dan lain-lain.

2.4.3. Implikasi HIVAIDS

Meluasnya HIVAIDS tidak hanya berpengaruh terhadap bidang kesehatan tetapi juga mempengaruhi sosio ekonomi. Bagi sektor kesehatan HIVAIDS menambah beban sistem kesehatan yang selama ini telah berat. HIVAIDS membuat penderitanya lebih rentan terhadap infeksi oportunistik. Perawatan terhadap penderita HIVAIDS membutuhkan perhatian dan pelayanan khusus. Hal ini akan Universitas Sumatera Utara 46 meningkatkan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan maupun sistem kesehatan publik. Penderita HIVAIDS sebagian besar berada pada usia produktif 15 – 49 tahun. Dalam umur ini termasuk orang tua ibu dan bapak yang bertanggungjawab dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Awal berupa kehilangan pekerjaan dan biaya perawatan dan pengobatan yang cukup besar. Selanjutnya efeknya akan meluas karena keluarga kehilangan pencari nafkah dan akan menggunakan dana mereka yang mungkin terbatas untuk pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Maka akan terjadi kemiskinan yang lebih berat baik bagi keluarga dan dapat menambah beban negara. Kematian karena AIDS menyebabkan umur harapan hidup menjadi lebih pendek. Maka secara umum, HIVAIDS dapat menyebabkan penurunan sumber daya manusia secara signifikan, karena menyebabkan kematian penduduk usia muda dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Bagi penderita dan keluarganya, selain dampak terhadap kesehatan dan ekonomi, ada beban berat lain yaitu adanya diskriminasi dan stigmatisasi bagi yang bersangkutan maupun keluarganya. Diskriminasi dan stigmatisasi dapat menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan, pengobatan, dan interaksi sosial keluarga di masyarakat.

2.4.4. HIVAIDS dan Pencegahannya

Nasronudin 2007 menyebutkan faktor risikoepidemiologis infeksi HIV yaitu perilaku berisiko tinggi antara lainhubungan seksual dengan pasangan tanpa menggunakan kondom, pengguna narkotika intravena terutama bila pemakaian jarum secarabersama tanpa sterilisasi yang memadai, hubungan seksual yangtidak aman meliputi multipartner, pasangan seks individu yangdiketahui terinfeksi HIV dan Universitas Sumatera Utara 47 kontak seks peranal. Selain itu riwayatinfeksi menular seksual dan riwayat menerima transfusi darahberulang tanpa tes penapisan, riwayat perlukaan kulit, tato, tindikatau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril juga merupakan faktor risiko terkena infeksi HIV Nasronudin, 2007. Pencegahan penularan HIVolehAdhi 2006, menjelaskan pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Menghindari kontak seksual dengan orang yang diketahui menderita AIDS dan menggunakan obat bius secara intravena b. Hubungan seksual dengan multipartner memberikankemungkinan lebih besar mendapat AIDS c. Melakukan hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rectal d. Tidak menggunakan jarum suntik intravena secara bersama e. Tidak melakukan donor darah bagi orang berisiko tinggi AIDS Pencegahan HIV dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi pencegahan penularan HIV antara lain pengetahuan, sikap, dan lingkungan keluarga Hasanudin, 2008

2.5. Kerangka Pemikiran