10
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O Human Health Organization dalam penanggulangan HIVAIDS di Kota Medan. Dengan
mengambil setting arena dan konteks sebagai tugas-tugas pokok LSM H2O dalam pencegahan HIVAIDS melalui transmisi seksual di kota Medan khususnya wilayah
Kecamatan Medan Selayang dan Medan Tuntungan. Studi inisecara spesifik menjelaskan kinerja LSM H2O di Kota Medan dalam mengimplementasikan
program penjangkauan dan pendampingan kelompok pekerja seks sebagai program penanggulangan HIVAIDS di Kota Medan. Sekaligus beserta hambatan-hambatan
yang terjadi di lapangan. Kajian studi ini berawal dari latar belakang bahwa permasalahan sosial yang
terjadi di Kota Medan kian merambah pada keseriusan. Permasalahan sosial semakin diperparah dengan terus mewabahnya penyakit HIV AIDS di Kota Medan. Artinya
jumlah penderita HIVAIDS di Kota Medan cenderung meningkat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan dari Januari 2006 sampai Mei 2012, jumlah orang
penderita HIVAIDS ODHA telah mencapai 3.175 oranghttp:m.tribunnews.com20120924penderita-hivaids-di-medan-capai-3.175-
orang, diakses pada 2-jan-2014 Jika kita telusur lebih jauh lagi, menurut data UNAIDS United National
Joint Program on HIVAIDS, jumlah orang yang terinfeksi HIV tercatat 39,5 juta jiwa. jumlah ini meningkat lebih dari 2,9 juta jiwa dibandingkan pada tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
11
Negara berkembang merupakan tempat yang paling banyak terjadi masalah HIVAIDS. Ini terlihat bahwa dari seluruh kasus HIV, 90 terjadi pada negara
berkembang seperti Thailand, India, Myanmar, China bagian Selatan, Indonesia. Adapun negara-negara industri yang lebih maju telah menekan laju infeksi HIV di
negaranya Depkes RI, diakses pada 2 Januari 2014. Di negara Indonesia sendiri, berdasarkan Data Kementerian Kesehatan RI
pada Desembr 2013 kasus AIDS kelihatannya terus saja meningkat. Menurut jenis kelamin diketahui berjumlah 52.348 kasus, dan jumlah ini sebanyak 28.846 kasus
dialami oleh laki – laki, sementara 15.565 kasus sisanya dialami oleh perempuan. Menurut golongan umur, diketahui kasus AIDS paling banyak terjadi pada usia 20 –
29 tahun, yakni total sebanyak 17.892 kasus, lalu pada kelompok umur 30 – 39 tahun terjadi 15.204 kasus. Kemudian dari 33 Provinsi di Indonesia, Provinsi DKI Jakarta
menempati posisi pertama untuk kasus HIV dan AIDS terbanyak yakni 28.790 kasus HIV dan 7794 kasus AIDS dengan pravelensi 77 kasus per 100 ribu orang. Wilayah
Jawa Timur menempati posisi kedua, yakni 16.253 kasus HIV dan 8.752 kasus AIDS dengan pravelensi 22 kasus per 100 ribu orang. Berdasarkan jumlah kasus baru HIV
dan AIDS dan jumlah kematian, diketahui pada 2012 terdapat 21.511 kasus HIV dan 8.610 kasus AIDS baru dengan jumah kematian sebanyak 1.489 orang. Sementara
pada tahun 2013 lalu, jumlah kasus HIV baru cenderung naik menjadi 29.037 kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus AIDS dan kematian pada tahun itu menurun yakni
5.608 kasus AIDS dengan jumlah kematian 726 oranghttp:m.antaranews.comberita426480one-aids-day-kampanye-
sosialisasikan-hivaids, diakses pada 2 - Jan- 2014 Bagaimana dengan kondisi terkini kasus HIV AIDS di Kota Medan?
Berdasarkan data KPA Kota Medan yang sudah dipaparkan di atas juga sangat
Universitas Sumatera Utara
12
memprihatinkan. Alasannya, pertama faktor resiko yang semula dari kalangan penasun beralih ke heteroseksual. Berdasarkan data KPAD Kota Medan mengatakan
bahwa total penderita HIVAIDS yang tertinggi sejak tahun 2006 hingga 2012 diakibatkan oleh faktor resiko heteroseksual sebanyak 2.146 penderita data KPAD
Kota Medan 2014. Kedua, Penularan juga mulai memasuki populasi umum resiko rendah. Hal
tersebut terlihat bahwa bayi yang terinfeksi saat ini juga semakin meningkat sebanyak 50 orang dan Ibu Rumah Tangga sebanyak 434 orang sejak Tahun 2006
sampai Oktober 2012. Ketiga Rata-rata usia penderita terbesar 25 sd 34 tahun 1.901orang. Dan berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa total penderita
HIV AIDS sejak 2006 sampai oktober 2012 adalah 3.346 orang. Tentu saja masalah di atas sangat memprihatinkan. Apalagi sebagian
persentase jumlah penderita tersebut merupakan pelajar usia produktif. Sehingga masalah HIVAIDS sudah menjadi ancaman yang serius bagi generasi mendatang.
Karena tingginya proporsi kelompok usia produktif terkena penyakit yang membahayakan ini, dapat diperkirakan nantinya akan menurunkan angka harapan
hidup. Tentu ini akan menjadi salah satu barometer kemakmuran suatu negara. Karena semakin banyaknya orang yang diperkirakan hidup dalam jangka waktu yang
lebih pendek, kontribusi yang diharapkan dari mereka pada ekonomi nasional dan perkembangan sosial pun menjadi semakin kecil dan kurang dapat diandalkan. Hal
ini menjadi masalah yang penting karena hilangnya individu yang terlatih dalam jumlah besar tidak akan mudah dapat digantikan.
Bisa dikatakan dengan melihat kondisi di atas, Indonesia belum menemukan program yang tepat untuk menangani masalah HIVAIDS, yang ditandai dengan
Universitas Sumatera Utara
13
meluasnya kasus HIVAIDS ke seluruh wilayah Indonesia. Anggapan bahwa permasalahan penderita HIVAIDS dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan
juga ternyata bukan sekedar informasi tanpa bukti. Untuk mengatasi HIVAIDS, hingga saat ini belum ditemukan obat yang
efektif, sehingga upaya pencegahan terhadap resiko penularan merupakan hal yang sangat penting. Strategi pencegahan melalui kegiatan pendidikan kesehatan dan
peningkatan pengetahuan yang benar mengenai HIV dan cara penularannya menjadi sangat penting untuk diketahui oleh setiap orang. Terutama mengenai fakta
penyebaran penyakit pada kelompok resiko rendah dan perilaku yang dapat membantu mencegah penyebaran virus penyebab AIDS.
Pemerintah pusat maupun daerah pun terus giat berbenah untuk memutus mata rantai penyebaran HIVAIDS tersebut. Keseriusan pemerintah dalam hal
penanggulangan HIVAIDS tersebut dapat dilihat dari Peraturan Presiden RI Nomor 75 Tahun 2006 yang mengamanatkanpembentukan Komisi Penanggulangan AIDS
KPA Nasional, Propinsi, danKabupaten beserta Sekretariatnya dalam rangka meningkatkan upayapencegahan dan penanggulangan AIDS yang lebih intensif,
menyeluruh,terpadu, dan bertanggung jawab kepada kepala wilayah. Pemerintahtelah menugaskan Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat
administrasi untuk memimpin dan mengkoordinasikan upaya penanggulangan AIDS di tanah air dengan mengeluarkan berbagai peraturan yang melandasi kerja Komisi.
Pembentukan KPA di setiap Provinsi maupun Kabupaten Kota dan Sekretariat yang berfungsi penuh waktu dan dikelola oleh tenaga penuh waktu agar upaya
penanggulangan HIVAIDS di daerah semakin terarah dan terkoordinir dalam mengimplementasiannya. Selanjutnya KPA dan KPAD juga wajib melaporkan hasil
Universitas Sumatera Utara
14
kerja mereka kepada pemerintah pusat maupun daerah sekurang – kurangnya setiap triwulan.
Berbagai langkah-langkah strategis penanggulangan terus dilakukan begitu juga Kota Medan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah kota Medan No.1 Tahun
2012 tentang penanggulangan HIV AIDS. Pada tataran teknis, implementasi kebijakan penanggulangan HIVAIDS tidak hanya melibatkan instansi yang
bertanggungjawab untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial. Selain mengeluarkan regulasi
pencegahan dan penanggulangan HIVAIDS, pemerintah juga menjalin hubungan sinergis dengan masyarakat LSM dalam memecahkan permasalahan yang ada.
Sebab HIVAIDS bukan hanya masalah yang harus ditangani oleh pemerintah, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan pada pihak pemerintah saja.
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang memberikan kepedulian terhadap pembangunan baik di tingkat
nasional, kawasan internasional maupun pada tingkat lokal. LSM merupakan mitra pemerintah yang kegiatannya dapat bergerak dalam bidang keagamaan, politik,
ekonomi, sosial budaya dan lain-lain. Fenomena LSM memang pada awalnya dipandang negatif oleh pemerintah yang dianggap mencampuri secara “usil” terkait
kebijakan-kebijakan pemerintah serta senantiasa melakukan kritik tanpa solusi. Namun hal tersebut sudah mulai ditepis dengan terlibatnya LSM dalam menangani
berbagai persoalan yang timbul di tengah masyarakat. Begitu juga dengan LSM H2O.
Kolaborasi antara pemerintah dan juga berbagai LSM seperti LSM H2O dalam mengimplementasikan kebijakanprogram penanggulangan HIVAIDS
Universitas Sumatera Utara
15
memiliki peran yang penting dalam memerangi virus HIVAIDS. Melalui kolaborasi yang terjalin diharapkan dapat mengatasi atau setidaknya meminimalisir masalah
tersebut. Membaca fenomena sosial yang dipaparkan di atas, dengan mengambil
setting di wilayah Kota Medan, khususnya Kecamatan Selayang dan Tuntungan studi ini menjadi penting dan menarik untuk diteliti. Alasannya, pertama, bahwa
HIVAIDS merupakan penyakit menular yang mematikan dan menjadi tanggung jawab bersama dalam penanggulangannya namun sosialisasi terhadap masyarakat
masih sangat kurang dan terkesan booming sesaat yakni pada Hari AIDS sedunia, kedua, dalam konteks era otonomi daerah, kebijakan pemerintah pusat sangat
mempengaruhi keterlibatan pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat. Namun pemahaman pemerintah daerah tentang bahaya akan penyebaran HIV AIDS belum
optimal, sehingga kerjasama dengan berbagai elemen masyarakat cukup diperlukan mengingat kurang tersosialisasikannya KPA sebagai perpanjangan tangan
pemerintah dalam usaha penanggulangan HIVAIDS baik tingkat Nasional atau Propinsi dan Kabupaten Kota.
Permasalahan penderita HIVAIDS dari tahun ketahun terus mengalami kenaikan. Sehingga masalah HIVAIDS sudah menjadi ancaman yang serius bagi
generasi mendatang. Faktor resiko yang semula dari kalangan penasun beralih ke heteroseksual. Artinya kelompok pekerja seks juga turut andil dalam penyebaran
HIVAIDS. Sehingga penularan juga mulai memasuki populasi umum resiko rendah. Hal ini juga termasuk alasan yang ketigapenting dan ketertarikan penulis
untuk diteliti.
Universitas Sumatera Utara
16
1.2. RUMUSAN MASALAH