Kerangka Berpikir KESIMPULAN DAN SARAN

3. Denotative sign tandaDenotatif 4. Conotative signifier 5.Conotative signified Penandakonotatif petandakonotatif 6. Conotative sign Tandakonotatif Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes Sobur, 2003: 69 Dari Barthes di atas terlihat bahwa tanda Denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2 akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Jadi dalam konsep Barhtes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makan tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatitve yang melandasi keberadaannya Sobur, 2004 : 66-69.

2.9 Kerangka Berpikir

Terpaan media massa terhadap definisi keindahan masa kini, bisa dibilang merupakan suatu momok yang tak terlihat di dalam kehidupan kaum perempuan, khususnya bagi mereka yang tinggal di kota besar. Meskipun pada dasarnya setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau objek tergantung latar belakang serta pengetahuannya, namun tidak bisa dipungkiri bahwa peran media massa dalam menciptakan sebuah persepsi sangatlah hebat. Terutama dengan adanya teori hiper-realitas media yang dengan kata lain menjadi peletak fondasi diciptakannya budaya populer seperti saat ini, termasuk jalnya dalam pencitraan keindahan perempuan masa kini. Hal ini lah yang kemudian mempegaruhi peneliti dalam memaknai pesan yang terdapat dalam teks novel yang akan dibahas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dalam penelitian, peneliti melakukan pemaknaan terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah” karya Wiwid Prasetyo. Dalam hubungannya dengan representasi kemiskinan dengan menggunakan metode semiologi Roland Barthes, dengan menggunakan leksia dan lima kode pembacaan. Representasi kemiskinan yang terdapat dalam novel ini akan diinterpresentasikan melalui dua tahap pemaknaan. Langkah pertama, novel “Orang Miskin Dilrang Sekolah” akan dipilah penanda-penandanya ke dalam serangkaian fragmen ringkas dan berurutan yang disebut leksia, yaitu kesatuan pembacaan units of reading dengan menggunakan kode-kode pembacaan yang terdiri dari lima kode. Kelima kode tersebut meliputi kode hermeutik, kode semik, kode simbolik, kode proetik dan kode cultural. Pada tahap kedua novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah” sebagai sebuah bahasa dalam tataran signifikasi akan dianalisa secara mitologi pada tataran bahasa atau system semiologi tingkat pertama sebagai landasannya. Dengan cara sebagai berikut: a. Dalam tataran linguistik, yaitu system semiologi tingkat pertama penanda-penanda hubungan dengan penanda-penanda sedemikian sehingga menghasilkan tanda. b. Selanjutnya, didalam tataran mitos, yakni semiologi lapis kedua tanda- tanda pada tataran pertama ini pada gilirannya hanya akan menjadi penanda-penanda yang berhubungan pula pada penanda-penanda pada tataran kedua. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dengan demikian pada akhirnya peneliti akan menghasilkan interpretasi yang mendalam dan tidak dangkal disertai dengan bukti-bukti dari pendekatan- pendekatan yang dilakukan secara ilmiah. Seperti yang tertera dalam gambar berikut ini. Novel “Orang Miskin Analisis menggunakan Hasil Interpresentasi Dilrang Sekolah” Semiologi data Karya Wiwid Prasetyo Roland Barhtes Gambar 2.9 Kerangka berfikir Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 MetodePenelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiologi Roland Barthes. Barthes adalah salah satu tokoh semiotika komunikasi yang menganut aliran semiotika komunikasi strukturalisme Ferdinad de Saussure. Semiotika stukturalisSaussure lebih menekankan pada linguistik. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui penggambaran kemiskinan dalam novel”Orang Miskin Dilarang Sekolah” karya Wiwid Praesetyo. Barthes bersama dengan Levi-strauss adalah tokoh awal yang mencetuskan paham struktural dan meneliti sistem tanda dalam budaya Putranto,2005 :117. Sastra adalah salah satu bentuk budaya yang ada dalam masyarakat yang dapat diteliti. Analisis teks berarti menganalisis tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem simbolik dan semantik dari peradapan manusia seluruhnya Purwanto, 2003 :239. Sedangkan Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah system tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu Sobur, 2004 :63. Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang memuat penanda. Sistem tanda kedua terbangun dengan menjadikan penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama kadang disebutnya dengan istilah denotasi atau sistem retoris atau metologi Kurniawan, 2001 :115 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.