Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

5. Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut muka memelas. hal 91 6. Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2 adalah anak orang kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui. hal 95 7. Rata-rata murid di SD Kartini berasal dari golongan ekonomi menegah, satu dua murid justru berasal dari golongan high class. hal 95 8. Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu. Kepala sekolah yang memberitahukannya sendiri melalui sosialisasi di kelas atau ditempel di papan pengumuman. Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan. hal 83

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Data Primer, yaitu teks novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah”, penelitian-penelitian sebelumnya, buku-buku, website internet yang berkaitan dengan semiologi dan penggambaran kemiskinan. Data primer ini membantu peneliti dalam menjawab penelitian ini. 2. Data Sekunder, yaitu pernyataan dari penulis novel serta berbagai pengertian mengenai semiotik dan penggambaran kemiskinan yang di dapat dari berbagai sumber. Data sekunder tersebut membantu peneliti dalam memahami latar belakang penulisan novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah” dalam permasalahannya.

3.6 Teknik Analisis Data

Seluruh temuan data yang terdapat dalam teks novel “Orang Miskin Dilrang Sekolah” telah dibagi oleh peneliti dalam beberapa langkah teknis. Langkah ini bertujuan untuk memudahkan penganalisaan secara semiotik dan merupakan pengembangan dari Barthes dalam membaca semiotik teks tertulis. 1. Menggunakan semiologi Barthes, dengan mengumpulkan seluruh unit analisis yang berupa leksia-leksia, yaitu satuan bacaan tertentu berdasarkan pemilihan atas teks “Orang Miskin Dilarang Sekolah” yang sesuai untuk dijadikan subyek penelitian. 2. Peneliti kemudian membagi semua leksia yang terkumpul tersebut dalam aspek semiologi, yaitu aspek material dan aspek konseptual. Leksia-leksia tersebut dalam semiologi Barthes dianggap sebagai tanda Sign. Yang bermaksud aspek-aspek material adalah teks tertulis dalam novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah” karya Wiwid Prasetyo, sedangkan aspek Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. konseptual adalah gambaran yang muncul pada peneliti ketika membaca aspek material pada leksia tersebut. 3. Setelah itu peneliti telah menganalisa secara semiologi teks Roland Barthes dengan menemukan kode-kode pokok Kode hermuetik, semik, simbolik, proaretik dan kultural di dalam leksia tersebut. Melalui kode- kode pembacaan ini kita akan menemukan tanda-tanda dan kode-kode yang menghasilkan makana. 4. Langkah-langkah diatas telah memberikan kesimpulan akhir bagaimana representasi kemiskinan dalam “Orang Miskin Dilarang Sekolah” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian Wiwid Prasetyo adalah seorang redaktur maupun reporter di salah satu Majalah FURQON, Pesantrend, Si Dul majalah anak-anak, serta tabloid Info Plus Semarang. Di kesibukannya menjalani rutinitas sehari-hari Wiwid Prasetyo juga menyempatkan menulis sebuah buku berjudul “Orang Miskin Dilarang Sekolah” yang menceritakan tentang kemiskinan dan pahitnya memperoleh pendidikan sekolah, Seakan-akan sekolah hanya untuk orang-orang yang mampu dan kaya saja, dimana orang-orang miskin tidak dikehendaki untuk bersekolah hanya karna faktor ekonomi. Inti dari novel dan tokoh yaitu sosok tokoh utama Faisal dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah serasa tidak sepaham akan adanya alasan-alasan tersebut, oleh karena itu Faisal akan membuktikan bahwa untuk meraih pendidikan sekolah tidak hanya memprioritaskan materi biaya saja namun sesungguhnya yang diprioritaskan ialah niat berusaha keras dan bersungguh- sungguh dalam mengejar cita-cita. Seperti halnya Pambudi, Pepeng, dan Yudi, mereka tidak bisa sekolah karena terhalang oleh faktor ekonomi. Pambudi, Pepeng, dan Yudi adalah teman bermain Faisal di kampung Genteng. Mereka sangat sering menghabiskan waktu untuk bermain seperti halnya bermain layang-layang dan beragam permainan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. lainnya sampai-sampai Faisal paham dan sedikit banyak mengetahui karakter atau sifat-sifat, serta latar belakang mereka. Dari peristiwa itu Faisal menemukan kejanggalan dalam diri ketiga temannya itu yakni, dari awal sampai sekarang Pambudi, Pepeng, dan Yudi belum bisa merasakan fasilitas duduk di bangku sekolah, bermain dihalaman sekolah serta mendapatkan ilmu pengetahuan dari sekolah. mereka hanya bisa memagut dagu ketika melihat anak-anak pergi bersekolah. Kejadian itu membuat munculnya suatu kecemasan dalam diri tokoh utama, ialah tokoh utama Faisal dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo. Orang yang merasa terancam umumnya adalah orang yang penakut, kalau das Ich id atau ego mengontrol soal ini, maka orang lalu menjadi dikejar oleh kecemasan atau ketakutan. Oleh sebab itu fungsi kecemasan itu sendiri ialah sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan.

4.2 Penyajian dan Analisis Data