lainnya sampai-sampai Faisal paham dan sedikit banyak mengetahui karakter atau sifat-sifat, serta latar belakang mereka.
Dari peristiwa itu Faisal menemukan kejanggalan dalam diri ketiga temannya itu yakni, dari awal sampai sekarang Pambudi, Pepeng, dan Yudi belum
bisa merasakan fasilitas duduk di bangku sekolah, bermain dihalaman sekolah serta mendapatkan ilmu pengetahuan dari sekolah. mereka hanya bisa memagut
dagu ketika melihat anak-anak pergi bersekolah. Kejadian itu membuat munculnya suatu kecemasan dalam diri tokoh
utama, ialah tokoh utama Faisal dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo. Orang yang merasa terancam umumnya adalah orang yang
penakut, kalau das Ich id atau ego mengontrol soal ini, maka orang lalu menjadi dikejar oleh kecemasan atau ketakutan. Oleh sebab itu fungsi kecemasan itu
sendiri ialah sebagai tanda adanya bahaya yang akan terjadi, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan.
4.2 Penyajian dan Analisis Data
4.2.1 Penyajian Data
Penelitian ini menggunakan obyek sebuah novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah” karya Wiwid Prasetyo, pada teksnya terhadap leksia. Berdasarkan sifat
representatifnya tanda pada teks novel tersebut diterjemahkan ke dalam struktur dasar elemen literature fisik. Elemen tersebut adalah elemen yang digunakan
mengindetifikasi hal yang akan dicari, sebelum melangkah ke tahap interpretasi. Elemen-elemen dasar itu adalah latar belakang novel Orang Miskin Dilarang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Sekolah yaitu kemiskinan dan kecemasan yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini.
Corpus pada penelitian ini adalh teks novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo berupa leksia-leksia yang mengandung unsur
kemiskinan. Dalam teks novel Orang Miskin Dilarang Sekolah terdapat 8 leksia yang menunjukkan adanya unsur kemiskinan :
1. Mau miskin, mau kaya, tiap orang punya kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan.hal 97 2.
Tetapi meskipun begitu, penampilan mereka lain dari biasanya. Mereka memakai celana pendek sepaha berwarna merah, tanpa sabuk,
dan baju putih yang telah kusam, di pundaknya melingkar tas cangklong berwarna putih, rupanya tas karung gandum itulah penanda
kalau mereka kini telah sekolah. hal 86 3.
Kok, kelasnya cuma seperti ini, aku kira mewah, kata Yudi memandang ruang sekolah dari luar. Huss, yang penting belajarnya,
bukan ruangannya, Aku mencoba menyadarkan mereka dengan tujuan semula. hal 87
4. Iya Pak, maaf Pak kalau pakaian kami seperti ini, karena kami
memang tak punya uang untuk membeli seragam baru dan tas seperti murid-murid disini.hal 91
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Tabungan kami tak cukup untuk membeli sepatu , sepatu paling
rombeng sekalipun harganya diatas dua puluh ribu, itu uangku menyambit rumput selama sepuluh hari, kata Pambudi dengan raut
muka memelas. hal 91 6.
Meskipun satu dua orang murid-murid di I-2 adalah anak orang kaya, tetapi mereka tak dapat mempengaruhi murid-murid lainnya yang
berekonomi sedang, mereka tenggelam dalam alam demokrasi yang tanpa sadar mereka lakukan, hanya saja untuk menguji mental anak
baru, agaknya satu pelajaran untuk menguji mereka harus mereka lalui. hal 95
7. Rata-rata murid di SD Kartini berasal dari golongan ekonomi
menegah, satu dua murid justru berasal dari golongan high class. hal 95
8. Aku tahu, sekolah ini punya banyak keringanan biaya untuk murid
berprestasi termasuk untuk orang yang tidak mampu. Kepala sekolah yang memberitahukannya sendiri melalui sosialisasi di kelas atau
ditempel di papan pengumuman. Aku tak ingin hanya gara-gara biaya, semangat mereka pupus di tengah jalan. hal 83
2.2 Hasil Analisis Data