Metode Semiologi Roland Barthes

ini berupa proses komunikatif yang tampak lebih alamiah dan spontan sampai pada sisitem budaya yang lebih komplek. Selama semiotik diterapkan untuk menganalisa gejala baru, tanda baru akan terbentuk bidang baru Sobur, 2004:109.

2.8 Metode Semiologi Roland Barthes

Menurut Roland barhtes, bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu Sobur, 2004:63. Dalam konsep Barthes, makna bersifat sekunder, terhalang oleh kekosongan tanda, ketidak-mampuannya untuk berada di luar system representasi konvensional dan karena itu bersifat arbiter yang memproduksi makna-makana itu berdasarkan logika kulturalnya sendiri. Bagi Barthes membaca adalah jalan untuk menyikirkan kekuasaan teks atas pembaca, mempertanyakan motivasinya, dan akhirnya menyelami maknanya. Dengan kata lain Barthes ingin menentang ideologi bentuk-bentuk representational yang dipaksakan pembaca yang terjerat di dalam struktur-struktur semiologi teks. Barhtes memfokuskan ulang lensa arsenal teoritisnya pada konsep-konsep yang berkaitan dengan pengolahan hasrat manusia. Jadi penekanan pembacaan diarahkan pada representasi tubuh, kenikmatan, cinta, nafsu, keterasingan, interobjektivitas, budaya perbedaan, memori, dan tulisan Trifonas, 2003:12. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Kode Hermeneutic atau kode teka-teki adalah satuan-satuan dengan berbagai cara berfungsi untuk mengartikulasi suatu persoalan, penyelesaiannya, serta aneka peristiwa yang dapat menformulasi persoalan tersebut, atau bahkan yang menyusun semacam teka-teki enigma dan sekedar memberi isyarat bagi penyelesaiannya. Pada dasarnya kode ini adalah sebuah kode “penceritaan”, yang dengannya sebuah narasi dapat mempertajam permasalah, menciptakan ketegangan dan misteri, sebelum memberikan pemecahan atau jawaban Budiman, 2004:55. 2. Kode Semikatau kode konotatif banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Barthes melihat bahwa dikelompokkan dengan konotasi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita. 3. Kode Simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas, karena bersifat struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan bak dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses wicara maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses ataupun pada taraf pemisahan dunia secara cultural dan primitive menjadi kekuatan dan mitologis dapat dikodekan Sobur, 2004:66. 4. Kode Proaretik atau kode tindakan. Kode ini didasarkan pada konsep proairesis , yakni kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. suatu tindakan secara rasional, yang mengimplikasikan suatu logika perilaku manusia: tindakan-tindakan membuahkan dampak-dampak dan masing-masing dampak memiliki tema generik tersendiri, semacam “judul” bagi sekuens yang bersangkutan. 5. Kode Gnomic atau kode cultural banyak jumlahnya. Kode ini terwujud sebagai suara kolektif yang anonim dan otoritatif : bersumber dari pengalaman manusia, yang mewakili atau berbicara tentang sesuatu yang hendak dikukuhkanya sebagai pengetahuan atau kebijaksanaan yang “diterima secara umum”. Kode ini yang bisa berupa kode-kode pengetahuan atau kearifan yang terus-menerus dirujuk oleh teks, atau yang menyediakan semacam dasar autoritas dan ilmiah bagi suatu wacana Budiman, 2004:56. Tujuan analisis Barthes ini, menurut Lechte 2001 : 196 bukan hanya untuk membangun suatu system klasifikasi unsur-unsur narasi yang sangat formal, namun lebih banyak untuk menunjukan bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian yang paling menarik, merupakan produk buatan dan bukan tiruan dari yang nyata. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca agar dapat berfungsi. Seperti yang digambarkan pada table di bawah ini: 1.Signifier 2. Signified penanda Petanda Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3. Denotative sign tandaDenotatif 4. Conotative signifier 5.Conotative signified Penandakonotatif petandakonotatif 6. Conotative sign Tandakonotatif Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes Sobur, 2003: 69 Dari Barthes di atas terlihat bahwa tanda Denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2 akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Jadi dalam konsep Barhtes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makan tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatitve yang melandasi keberadaannya Sobur, 2004 : 66-69.

2.9 Kerangka Berpikir