Level kedua, ketika memandang sesuatu sebagai realitas, penyataan berikutnya adalah bagaimana realiats itu digambarkan. Disini menggunakan
perangkat secara teknis. Dalam bahasa tulis yang disebut alat teknis adalah kata, kalimat atau prososisi, grafik dan sebagainya. Pemakaian kata, kalimat atau
proposisi tertentu, misalnya membawa makna tertentu ketika kita melakukan representasi tidak bisa dihindari kemungkinan menggunakan ideologi tersebut
Eriyanto, 2005:114.
2.3 Elemen-elemen Literatur Fiksi
2.3.1 Setting
“...the physical, and sometimes spiritual background aganist which the action of narrative takes place
”, salah satu definisi setting tersebut berasal dari Hugh H. Holman. Hal penting dari definisi Holman tersebut adalah adanya dua
keywords , latar belakang fisik dan spritual. Latar belakang fisik adalh segala
benda-benda material yang digambarkan dalam cerita, misalnya sebuah rumah, gedung, tempat, lingkungan dan lain-lain. Sedangkan latar belakang spritual
adalah kondisi moral atau spritual dari karakter yang berkaitan dengan jalannya cerita. Holman juga berpendapat bahwa terdapat empat elemen untuk membangun
sebuah setting cerita: a.
Lokasi geografis, misal : topografi, pemandangan dan pengaturan letak benda-benda dalam suatu ruangan.
b. Pekerjaan dan kelakuan sehari-hari dalam kehidupan karakter cerita.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. Periode masa yang dipilih sebagai latar belakang dalam cerita, misal:
film laskar pelangi yang dibuat dengan latar belakang alam bebas. d.
Lingkungan umum dan karakter, misal: agama yang dianut, kondisi mental, moral, sosial dan emosional.
2.3.2 Tema
Komentar pengarang tentang kehidupan sedikit banyak tergambar dalam cerita yang dibuatnya. Meskipun kadang-kadang tema cerita hanya singkat, tetapi
tema tersebut membawa pengertian yang lebih jauh tentang kehidupan. Tema cerita mengandung ringkasan cerita mengenai sifat dasar dan hubungan antar
manusia, yang dibuat berdasarkan sudut pandang pengarang. Setiap pengarang mempunyai kecenderungan untuk memilih tema cerita yang sesuai dengan
pandangannya tentang kehidupan, yang diformulasikan sesuai dengan pemikiran, pengalaman, dan sudut pandang pengarang tersebut.
Tema merupakan konsep inti yang menyatukan suatu cerita. Tema cerita menjadi suatu bingkai outline yang dibuat pengarang berdasarkan sudut pandang
dan pengalamanya dalam kehidupan, yang berfungsi untuk mengontrol jalannya cerita Kennedi, 1983: 103 dalam gayyu, 2005:22. Seperti elemen lainnya dalam
fiksi, tema memegang peranan penting dalam penulisan cerita. Sebuah tema merupakan ringkasan dari subyek-subyek tertentu dalam beberapa aspek
Robbert,1997:4 dalam Gayyu, 2005:23. Tema dalam karya fiksi dibentuk untuk memberikan nilai literature, karena tema merupakan elemen yang memberikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
nilai literature terhadap suatu karya fiksi.selain itu, tema memberikan suatu tujuan dalam membuat suatu cerita.
Tujuan tersebut bisa hanya berupa untuk menyampaikan kebenaran umum tentang kehidupan atau hanya untuk mengenalkan konsep baru tentang kehidupan
kepada pembacanya. Lebih jauh lagi, dengan adanya sebuah tema maka pengarang lebih terfokus pada pembangunan cerita dan pengembangan plot-plot
yang dibuat. Fungsi penting yang lain adalah sebuah tema memberikan suatu nilai kesatuan dalam literature. Tema mengontrol ide-ide yang timul dari karya fiksi.
Dengan adanya tema, jalan cerita yang timbul dapat tersusun secara sistematis sesuai dengan maksud yang ingin ditampilkan pengarang Perrine, 1974:102
dalam Gayyu, 2005:22.
2.3.3 Karakterisasi