Asal Mula KESIMPULAN DAN SARAN

pengarang dan masyarakat. Di pihak lain, karya sastra menyediakan dunia rekaan bagi pembacanya. Dalam pengertian yang terakhir inilah sesungguhnya terletak gagasan-gagasan mengenai komunikasi sastra. Analisis strukur karya sastra selalu dalam kaitanya dengan struktur sosial. Artinya, semesta tokoh dan peristiwa dipahami dalam kerangka pemahaman bersama. Pemahaman tersebut bukan menemukan makna tunggal, bukan juga untuk menemukan makna yang sesuai dengan subjek kreator. Sebaliknya, pemahaman justru mengarahkan pada keragaman interprestasi, mosaik makna, yang diperboleh dengan cara mengungkapkan totalitas isi yang terkandung di dalamnya. Interaksi simbolik dalam karya sastra merupakan representasi kehidupan sehari-hari dengan cara yang sangat halus, tidak langsung, mengacu pada kualitas transcendental, konotatif, dan metaforis Ratna, 2003: 132-133.

2.6 Asal Mula

Kemiskinan Terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan asal mula kemiskinan, seperti 1 kemiskinan natural, 2 kemiskinan kultural, dan 3 kemiskinan struktural Kartasasmita, 1997:235. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah. kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini menurut Kartasasmita 1997:235 disebut sebagai “Persisten Poverty” yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Daerah seperti ini pada umumnya merupakan daerah yang kritis sumber daya alamnya atau daerah yang terisolir. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum. Bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti malas, tidak disiplin, boros, dan lain sebagainya. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu Baswir, 1997:21. Munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena adanya upaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula, sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Menurut Kartasasmita 1997:236 hal ini Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. disebut “accidental poverty”, yaitu kemiskinan karena dampak dari suatu kebijaksanaan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Lain halnya dengan pendapat Chambers yang mengatakan bahwa inti dari masalah kemiskinan dan kesenjangan sebenarnya, dimana “deprivation trap” atau jebakan kemiskinan ini terdiri dari lima unsur yaitu : kemiskinan, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Kelima unsur tersebut saling kait mengkait antara satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Kriteria kemiskinan ada 14 menurut Badan Pusat Statistik BPS : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah bambu kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu rumbia kayu berkualitas rendah atau tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumurmata air tidak terlindung sungai air hujan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakararangminyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging susu ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun. 10. Hanya sanggup makan sebanyak satudua kali dalam sehari. 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmaspoliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : Petani dengan luas lahan 0, 5 ha — Buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan 2005 — atau pendapatan perkapita Rp.166.697 per kapita per bulan 2007. 13. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak sekolah atau tidak tamat SD atau hanya SD. 14. Tidak memiliki tabunganbarang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti:sepeda motor kreditnon kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya. http:www.bps.go.id

2.7 Pendekatan Semiologi