2 1
N α
f α
1 2
0,2N
− +
=
t
C =
1.t t
α α
f +
dimana 1
N C
N 1
t t
=
∑
=
5. Melakukan peramalan dengan metode terbaik yang dipilih.
2.3.5 Verifikasi dan Pengendalian Peramalan Moving Range Chart
Langkah penting setelah peramalan dibuat adalah melakukan verifikasi peramalan sehingga hasil peramalan tersebut benar-benar mencerminkan data
masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan tersebut. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dipercaya, hasil peramalan akan terus digunakan.
Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan, harus dicari metode lain yang lebih cocok. Ariyani,
2008; 49.
2.3.5.1 Peta Moving Range
Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan aktual dengan nilai peramalan. Setelah metode peramalan digunakan, maka peta
Moving Range digunakan untuk menguji kestabilan sistem sebab akibat yang mempengaruhi permintaan. Moving Range dapat didefinisikan sebagai Ariyani,
2006; 49-50
y y
y y
MR
1 t
1 t
t t
− −
− −
− =
Di mana : MR
= Moving Range
t
y
= Hasil peramalan permintaan pada periode t
t
y
= Permintaan pada periode t
1 −
t
y
= Hasil peramalan permintaan pada periode t-1
1 −
t
y = Permintaan pada periode t-1.
Adapun rata-rata Moving Range didefinisikan sebagai Ariyani, 2006; 49-50 :
1 n
MR MR
n 1
t
− =
∑
=
Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol. Batas kontrol atas dan bawah pada peta Moving Range adalah :
BKA = +2,66
MR
BKB = -2,66 MR
Kebutuhan jumlah data bila kita ingin membuat peta Moving Range sekurang-kurangnya adalah 10. Batas ini ditetapkan dengan harapan hanya akan
ada tiga dari 1000 titik yang berada di luar batas kendali. Jika ditemukan satu titik yang berada di luar batas kendali, maka harus diselidiki penyebabnya.
Jika semua titik berada dalam batas kendali, diasumsikan peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika terdapat titik yang berada di
luar batas kendali maka jelas bahwa peramalan yang didapat kurang baik dan harus direvisi.
2.3.5.2 Uji Kondisi di Luar Kendali
Uji yang paling tepat bagi kondisi di luar kendali adalah adanya titik di luar batas kendali. Selain dari pada itu, terdapat pula uji lainnya. Uji ini dilakukan
dengan cara membagi peta kendali ke dalam enam bagian dengan selang yang sama. Daerah A adalah daerah di luar
± 23 2,66
MR =
± 1,77
MR di atas
+1,77 dan di bawah -1,77
MR
. Daerah B adalah daerah di luar ±
13 2,66
MR
= ±
0,89
MR
di atas + 0,89
MR
dan di bawah -0,89
MR
. Daerah C adalah daerah di atas atau di bawah garis tengah.
Gambar 2.4 Kriteria di Luar Kendali Sumber : Arman hakim, 2008; 66 Uji kondisi di luar kendali kendali, adalah :
a. Dari titik-titik berturut-turut, ada dua atau lebih titik yang berada di daerah A. b. Dari lima titik-titik berturut-turut ada empat atau lebih titik yang berada di
titik yang berada di daerah B. c. Ada delapan titik berturut-turut titik yang berada di salah satu sisi di atas
atau di bawah garis tengah.
A B
C
A B
C Out of Control
E R
R O
R UCL = 2,66
MR
A = 2 3 UCL B= 1 3 UCL
C= Sent ral B= 1 3 LCL
A = 2 3 LCL LCL = -2,66
MR
Out of Control PERIODE
2.4 Peneliti Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu dengan menggunakan metode Savings Matrix, antara lain :
1. Fita Sari 2012
Judul : “Penentuan Jalur Distribusi Filter Rokok Dengan Metode Saving Matrix
Untuk Meminimumkan Biaya Distribusi Di PT. Filtrona Indonesia,
Sidoarjo”
Ringkasan : PT. Filtrona Indonesia merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak
dalam bidang industri Cigarette Filters dan Tear Tapes. Sasaran distribusi PT. Filtrona Indonesia adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat,
biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik, sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut ada beberapa keterbatasan dari perusahaan yaitu kurangnya
perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat untuk menentukan jalur distribusi ke pelanggan. Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut,
maka dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Savings Matrix. Dari pengolahan data dan pembahasan permasalahan pada bab 4 dapat disimpulkan
bahwa rute atau jalur distribusi yang harus ditempuh kendaraan berdasarkan kapasitasnya untuk mengoptimalkan total jarak tempuh pada tahun 2012 yaitu
untuk rute A yang dipilih adalah alternatif IV Pabrik Ponorogo
Blitar Malang
Pabrik atau alternatif V Pabrik Malang
Blitar Ponorogo
Pabrik karena kedua alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 482,89 km dengan beban rute A sebanyak 2.343.910 batang filter rokok. Untuk
rute B yang dipilih adalah alternatif IV Pabrik Probolinggo
Pasuruan