4. Penetapan kadar air pada serbuk kering biji P. americana
Serbuk kering biji P. americana yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak ± 5 g kemudian diratakan. Bobot serbuk
kering biji tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan bobot A, setelah itu dipanaskan pada suhu 105
C. Serbuk kering biji P. americana yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah
pemanasan bobot B. Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk biji P. americana.
5. Pembuatan dekok serbuk biji P. americana
Serbuk kering biji P. americana ditimbang 8,0 g dan dimasukkan ke dalam 16,0 ml pelarut aquadest dan kemudian ditambahkan lagi aquadest
sebanyak 100,0 ml, kemudian dipanaskan pada suhu 90 C dan dijaga tetap dalam
suhu tersebut selama 30 menit. Waktu 30 menit dihitung ketika suhu campuran mencapai 90
C. Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas menggunakan kain flanel kemudian tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume dekok biji P. americana yang dikehendaki.
6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50
Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan perbandingan karbon tetraklorida : pelarut adalah 1 : 1, sehingga konsentrasi larutan karbon tetraklorida
yang digunakan adalah 50 Janakat dan Al-Merie, 2002. Pelarut yang digunakan dalam pembuatan larutan ini adalah olive oil.
7. Uji Pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie 2002, dosis
karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hepar pada tikus jantan galur Wistar adalah 2 mlkg BB. Dosis ini
mampu merusak sel-sel hepar pada tikus jantan yang ditunjukkan melalui peningkatan aktivitas ALT-AST tetapi tidak menimbulkan
kematian pada hewan uji. b. Penetapan waktu pencuplikan darah
Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke
–0, 24, dan 48 setelah pemejanan karbon tertraklorida. Setiap kelompok perlakuan
terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata.
Aktivitas ALT tikus yang terinduksi karbon tetraklorida yang dilarutkan dalam olive oil 1:1 dengan dosis 2 mlkgBB mencapai
kadar maksimal pada jam ke –24 setelah pemberian dan mulai menurun
pada jam ke –48 Janakat dan Al-Merie, 2002. Hal ini juga mengacu
pada penelitian yang telah dilakukan oleh Martha 2009 bahwa waktu pencuplikan darah pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 mlkgBB
adalah pada jam ke-24 setelah pemberian hepatotoksin.
8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok sama banyak
. Kelompok I kelompok
kontrol hepatotoksin diberi karbon tertraklorida yang dilarutkan dalam olive oil 1:1 dengan dosis 2 mlkgBB secara intraperitonial. Kelompok II kelompok
kontrol negatif diberi olive oil dosis 2 mlkgBB secara intraperitonial. Kelompok III kelompok kontrol dekok diberi dekok biji P. americana dosis 360,71
mgkgBB, kemudian setelah 6 jam diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI kelompok perlakuan diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mgkgBB,
kemudian secara berturut-turut pada jam ke 1, 4 dan 6 setelah pemberian dekok dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkgBB. Pada jam ke-24 setelah
pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST.
9. Pembuatan serum