Gambar 1. Penampang mikroskopik hati Ganong dan McPhee, 2011
B. Fungsi Hati
Pada awal kehidupan, fungsi hati pada neonatus masih kurang efektif Guyton dan Hall, 2006. Namun peran hati sesungguhnya dalam sistem
pencernaan adalah sekresi garam empedu. Hati juga memiliki fungsi lain, yaitu: 1. Memetabolisme nutrien utama: karbohidrat, protein, lemak
2. Mendetoksifikasi zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh, hormon, serta senyawa asing lain yang masuk ke dalam tubuh
3. Membentuk protein plasma 4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan vitamin
5. Bersama ginjal, mengaktifkan vitamin D Sherwood, 2007. Fungsi utama hepar adalah metabolisme. Hepar memiliki struktur
seragam yang memiliki kelompok sel yang dipersatukan oleh sinusoid. Sel-sel
hepar mendapat suplai darah dari vena portae hepatis yang kaya akan makanan dan tidak mengandung oksigen, namun terkadang bersifat toksik; serta dari arteri
hepatika yang mengandung oksigen. Karena sistem peredaran darah yang tidak biasa ini, sel-sel hepar mendapatkan suplai darah yang relatif kurang oksigen yang
mengakibatkan hepar memiliki potensi besar untuk mengalami kerusakan dan juga penyakit Wibowo dan Paryana, 2009.
Setelah hati mengalami kehilangan jaringannya, hati akan melakukan regenerasi atau mengembalikan dirinya sendiri. Proses regenerasi ini berlangsung
selama 5 hingga 7 hari pada tikus dimana pada saat ini hepatosit diperkirakan mengalami replikasi sebanyak satu atau dua kali, dan setelah mencapai ukuran
yang sebenarnya, hepatosit akan kembali lagi pada keadaan semula Guyton dan Hall, 2007.
C. Jenis Kerusakan Hati
Macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi sebagai akibat dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain:
1. Perlemakan Steatosis
Perlemakan hati Gambar 2. ditandai dengan adanya lipid pada hati dengan berat lebih dari 5. Lesi yang terbentuk dapat bersifat akut, seperti yang
ditimbulkan oleh etionin, fosfor, atau tertrasiklin. Tetrasiklin menyebabkan banyaknya butiran lemak kecil di dalam suatu sel, sementara etanol menyebabkan
terbentuknya butiran lemak kecil yang menggantikan inti, sedangkan karbon tetraklorida menyebabkan perlemakan hati melalui penghambatan sintesis satuan
protein dari lipoprotein dan penekanan konjugasi trigliserid dengan lipoprotein Lu, 1995.
Gambar 2. Struktur mikroskopik hepar yang mengalami steatosis Mercer University School of Medicine, 2012
2. Nekrosis hati
Nekrosis hati merupakan kematian dari hepatosit yang termasuk dalam kerusakan akut. Kematian sel ini ditandai dengan edema sitoplasma, dilatasi
retikulum endoplasma, dan disagregasi polisom Lu, 1995. Di daerah terjadinya nekrosis terjadi peningkatan eosinofil di sitoplasma dan juga neutrofil di daerah
terjadinya kerusakan tersebut Hodgson, 2010.
3. Kolestasis
Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati akut yang jarang ditemukan dibandingkan perlemakan hati dan nekrosis Lu, 1995. Kolestasis merupakan
penekanan atau penghentian aliran empedu yang disebabkan oleh faktor dalam atau pun luar hepar. Peradangan atau penyumbatan pada saluran empedu
mengakibatkan akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin, dan peristiwa yang mengarah jaundice Hodgson, 2010.
4. Sirosis
Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya kolagen di seluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Dalam banyak
kasus, hal ini terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang mengakibatkan terjadinya akumulasi di matriks ekstra seluler yang menghambat
aliran darah, metabolisme normal hepar, dan proses detoksifikasi Hodgson, 2010. Pada manusia, penyebab utama terjadinya sirosis hati adalah konsumsi
kronis dari minuman beralkohol Lu, 1995.
D. Hepatotoksin
Hepatotoksin diklasifikasi menjadi dua, yaitu:
1. Hepatotoksin teramalkan Tipe A
Hepatotoksin ini merupakan senyawa yang dapat merusak hepar jika diberikan dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Jadi jenis
hepatotoksin ini bergantung dari jumlah dosis pemberian senyawa. Parasetamol dan karbon tetraklorida merupakan contoh hepatotoksin teramalkan Forrest,
2006.
2. Hepatotoksin tak teramalkan Tipe B
Hepatotoksin tersebut tidak bersifat toksik, dan hanya memberikan efek toksik pada orang-orang tertentu, sehingga hepatotoksin jenis ini tidak bergantung
pada dosis pemberian. Contoh senyawa yang termasuk jenis ini adalah isoniazid dan clorpromazine Forrest, 2006.
E. ALT dan AST
ALT alanin aminotransferase dan AST aspartat aminotransferase serum sering digunakan dalam uji fungsi hati yang terletak normal di dalam
hepatosit. Maka jika kedua enzim tersebut ditemukan di dalam serum, hal ini mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati McPhee dan Ganong, 2007.
Kadar aminotransferase dalam level yang tinggi menunjukkan adanya infeksi virus, ischemic, atau keracunan pada hepar Dipiro, 2008.
ALT merupakan enzim yang konsentrasi terbesarnya terdapat pada hepar yang merupakan petunjuk spesifik adanya nekrosis hepar dibandingkan AST yang
terdapat pada hampir semua jaringan, hepar, dan otot rangka Zimmerman, 1999.
F. Karbon Tertaklorida