Pembuatan suspensi sel darah merah domba SDMD 1
bawah yang berupa endapan sel darah merah, ditambahkan larutan PBS pH 7,2 sebanyak 3 kali volume SDMD yang tersisa. Tabung kemudian dibolak-balik
dengan perlahan-lahan sampai SDMD tersuspensi secara homogen, kemudian disentrifugasi lagi. Pencucian paling sedikit dilakukan tiga kali. Setelah
disentrifugasi, PBS dikeluarkan sehingga yang tertinggal adalah SDMD 100. Ambil 0,5 mL suspensi SDMD 100, tambahkan PBS dengan volume sama
sehingga didapat suspensi SDMD 50. Untuk mendapatkan suspensi SDMD
1, maka dari 1 mL suspensi SDMD 50 ditambahkan PBS ad 50 mL. 6. Tahap penentuan dosis campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik
jahe emprit
Penentuan dosis campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik rimpang jahe emprit didasarkan pada Suranto 2007 dan penelitian Mellawati
2008. Suranto menyatakan bahwa dosis madu yang dianjurkan pada manusia adalah 1-2 kalihari 1 sendok makan 15 mL. Konversi dosis pada manusia
yang berat badannya 70 kg ke tikus yang berat badannya 200 g adalah 0,018 Ngatidjan, 1991. Dosis madu untuk tikus 200 g adalah :
Faktor konversi x dosis penggunaan 2 kalihari = 0,018 x 30 mL = 0,54 mL ≈ 0,6 mL
Untuk dosis ekstrak etanolik jahe emprit didasarkan pada penelitian Mellawati 2008. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mellawati dosis 25
mgkgBB volume pemberian 0,2 mL20 g BB memberikan efek yang optimal dan sama dengan imunostimulator sintetik Levamisol hidroklorida dan
imunostimulator alami ekstrak echinacea.
Dosis ekstrak rimpang jahe emprit untuk tikus 200 g adalah : Volume pemberian x berat badan tikus = 0,2 mL20 g BB x 200 g
= 2 mL Untuk dosis campuran madu kelengkeng dan ekstrak etanolik jahe emprit
dibuat menjadi 5 komposisi sebagai berikut dengan dasar perhitungan seperti pada lampiran 10 :
Komposisi 1 : jahe 100 = 2 mL
Komposisi 2 : jahe 75 ; madu 25 = 1,5 mL ; 0,2 mL Komposisi 3 : jahe 50 ; madu 50 = 1 mL ; 0,3 mL
Komposisi 4 : jahe 25 ; madu 75 = 0,5 mL ; 0,5 mL Komposisi 5 : madu 100
= 0,6 mL