Agranulosit Sel Darah Putih

dan beredar kurang lebih 72 jam. Sel-sel ini kemudian bermigrasi dari pembuluh darah ke dalam jaringan dan akan mengalami perubahan menjadi makrofag yang merupakan bentuk matang dari monosit Tizard, 2009. Makrofag adalah sel besar yang mampu mencerna bakteri dan sisa sel dalam jumlah besar. Makrofag mencerna sel yang memiliki ukuran yang sama bahkan makrofag juga dapat mencerna sel yang ukurannya lebih besar. Makrofag dapat memfagositosis sel darah merah dan sel darah putih yang telah lisis. Makrofag bekerja lebih lambat tetapi mampu melakukan fagosit berulang-ulang kali Corwin, 2009. Gambar 5. Monosit Weiss dan Wardrop, 2010 b. Limfosit. Limfosit merupakan leukosit kedua terbanyak di darah perifer. Sel- sel ini merupakan komponen esensial pada sistem pertahanan imun terutama pada sistem imun spesifik. Fungsi utamanya adalah berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respons imun. Terdapat dua subtipe utama, limfosit-T dan limfosit-B, yang masing-masing melakukan fungsi imunologik tersendiri. Limfosit-T berperan dalam imunitas selular dan memodulasi responsivitas imun. Sel sasaran dari sel T mencakup sel tubuh yang dimasuki oleh virus dan sel kanker. Limfosit-B terutama bertanggung jawab untuk imunitas humoral dan pembentukan antibodi Sacher dan McPherson, 2004. Gambar 6. Limfosit Weiss dan Wardrop, 2010

E. Imunomodulator

Imunomodulator adalah substansi yang dapat mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun. Cara kerja imunomodulator meliputi 1 mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu imunorestorasi; 2 memperbaiki fungsi sistem imun imunostimulasi dan 3 menekan respons imun imunosupresan. Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun, seperti immunoglobulin dalam bentuk Immune Serum Globulin ISG, Hyperimmune Serum Globulin HSG, plasma, plasmapheresis, leukopheresis, transplantasi sumsum tulang, hati, dan timus Baratawidjaja dan Rengganis, 2010. Imunostimulator yaitu suatu senyawa yang dapat merangsang sistem imun Baratawidjaja dan Rengganis, 2010. Imunostimulator dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu imunostimulator spesifik dan non spesifik. Imunostimulator spesifik adalah senyawa yang dapat memberikan spesifitas antigenik dalam respon imun, seperti vaksin atau antigen lain. Imunostimulator non spesifik adalah suatu senyawa yang tidak memiliki spesifitas antigenik, tetapi dapat meningkatkan respon imun terhadap antigen lain atau menstimulasi komponen dari sistem imun tanpa sifat antigenik spesifik, seperti adjuvant dan imunostimulator non spesifik lainnya Saxena, Sharma, Bharti, dan Rathore, 2012. Imunosupresor adalah suatu senyawa yang dapat menekan sistem imun tubuh Saxena et al., 2012. Pemberian radiasi dan interferon dalam dosis tinggi merupakan contoh dari penggunaan imunosupresor yang telah digunakan secara eksperimental dalam klinik. Selain itu, imunosupresor juga merupakan pendekatan umum dalam usaha mencegah dan menangani reaksi penolakan dalam proses transplantasi Baratawidjaja Rengganis, 2010.

F. Landasan Teori

Sistem imun merupakan bentuk pertahanan yang diperlukan untuk melindungi tubuh terhadap bahaya yang ditimbulkan dari berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Bila sistem imun tidak berada dalam kondisi yang baik, maka zat asing yang berasal dari luar tubuh mudah menginfeksi dan menimbulkan penyakit. Usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga sistem imun dalam kondisi yang baik, salah satunya dengan penggunaan imunomodulator dari alam contohnya madu dan jahe.

Dokumen yang terkait

Formulasi Sediaan Gel dan Krim dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)”.

24 174 112

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP SEL KANK

1 2 16

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar.

0 2 93

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar.

0 3 74

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar.

0 2 88

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar

0 1 105

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar

4 12 91

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar

0 0 72

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar - USD Repository

0 0 86