Sistem imun nonspesifik Sistem Imun

replikasi virus. 3 perangkat seluler, yang mempunyai fungsi utama fagositosis. Ini diperankan oleh sel fagositik seperti monosit, makrofag, dan netrofil. Fagosit ini merupakan komponen utama dalam imunitas alamiah umumnya terhadap bakteri Baratawidjaja, 2000; Marsetyawan 2000. Respon imun nonspesifik dalam mempertahankan diri terhadap masuknya molekul asing dengan cara fagositosis. Antigen harus melekat pada sel fagosit terlebih dahulu supaya dapat terjadi fagositosis. Terdapat mediator tertentu yang disebut faktor leukotaktis atau kemotaktis yang berasal dari antigen maupun dilepaskan oleh neutrofil atau makrofag yang sebelumnya berada di lokasi tersebut. Pelepasan mediator tersebut yang menyebabkan sel fagosit dapat bergerak ke sel sasaran Benjamini, Coico, dan Sunshine, 2003. 2. Sistem imun spesifik Sistem imun spesifik atau yang disebut sistem imun adaptif memiliki spesifisitas yang jelas terhadap molekul dan mempunyai kemampuan untuk “mengingat” dan merespon lebih dahsyat terhadap pemaparan yang berulang dari mikroba yang sama Abbas and Litchmann, 2005. Sistem imun ini membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responsnya sehingga dikatakan berperan di garis belakang the second line of defense Marsetyawan, 2000. Sistem imun adaptif dapat mengenali dan bereaksi dengan mikrobial dan substansi nonmikrobial dalam jumlah besar. Sistem imun adaptif memiliki kapasitas yang luar biasa untuk membedakan antara mikrobia dan molekul dan karena alasan itulah disebut imunitas spesifik Abbas dan Litchmann, 2005. Ciri utama sistem imun spesifik adalah spesifitas, diversitas, memori, spesialisasi membatasi diri self limition dan membedakan self dari non-self Marsetyawan, 2000. Komponen utama dari imunitas adaptif adalah limfosit dan produk yang dihasilkan seperti antibodi. Substansi dari luar yang menginduksi respon imun spesifik disebut antigen Abbas and Litchmann, 2005. Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem selular. Pada sistem imunitas humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraseluler. Pada imunitas selular, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTCTc sebagai efektor yang menghancurkan sel terinfeksi Baratawidjaja, 2010.

D. Sel Darah Putih

Sel darah putih tidak berwarna yaitu, “putih” kecuali jika secara spesifik diwarnai agar dapat dilihat dengan mikroskop. Sel darah putih memiliki bentuk lebih besar daripada sel darah merah. Setiap milimeter kubik terdapat rerata 7000 sel darah putih Sherwood, 2011. Sel darah putih merupakan unit mobil dari sistem pertahanan tubuh. Sel darah putih dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu granulosit dan agranulosit Fischbach, 2004. Dalam keadaan normal, sekitar dua pertiga sel darah putih adalah granulosit, terutama neutrofil, sementara sepertiga adalah agranulosit terutama limfosit. 1. Granulosit Granulosit terdiri dari neutrofil, basofil, dan eosinofil. Disebut granulosit karena adanya granula khusus yang terbungkus membran pada sitoplasma netrofil, basofil, dan eosinofil. Namun, setiap sel juga memiliki sebuah nukleus yang berbelah banyak dengan bentuk variasi, yang mana membuat sel darah putih bergranula ini juga disebut polimorfonuklear leukosit Fischbach, 2004. a. Neutrofil. Neutrofil merupakan garis pertahanan penting dalam sistem fagositik. Granula neutrofil memiliki sifat kimia yang netral sehingga susah untuk diwarnai dengan pewarna asam atau basa. Fungsi utama neutrofil adalah pertahanan tubuh berupa migrasi ke tempat-tempat infeksi dan peradangan, pengenalan dan pengolahan antigen asing, fagositosis dan pemusnahan, dan pencernaan debris jaringan dan mikroorganisme Sacher dan McPherson, 2004. Neutrofil menjadi komponen leukosit pertama yang tiba di tempat terjadinya luka. Neutrofil bekerja dengan cepat tetapi tidak mampu bertahan lama. Neutrofil tidak mampu bertahan lama karena cadangan energi yang terbatas dan tidak dapat diisi kembali sehingga kemampuan fagositosisnya terbatas. Pada manusia dan karnivora, neutrofil merupakan bagian terbesar dari populasi sel darah putih Tizard, 2009.

Dokumen yang terkait

Formulasi Sediaan Gel dan Krim dari Ekstrak Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe)”.

24 174 112

Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) Plasma dan Otot Gastroknemius Mencit Sebelum Latihan Fisik Maksimal

1 39 73

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE (Zingiber officinale Roscoe) DAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP SEL KANK

1 2 16

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar.

0 2 93

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar.

0 3 74

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar.

0 2 88

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiber officinale Roscoe)terhadap jumlah sel darah putih pada tikus putih jantan galur wistar

0 1 105

Pengaruh pemberian campuran madu kelengkeng (Nephelium longata L.) dan ekstrak etanolik jahe emprit (Zingiler officinale Roscoe) terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat tikus putih jantan galur wistar

4 12 91

Pengaruh pemberian madu klengkeng (Nephelium longata L). terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat pada tikus putih jantan galur wistar

0 0 72

Pengaruh pemberian madu kelengkeng (Nephelium longata L.) terhadap jumlah sel darah putih pada hewan uji tikus putih jantan galus wistar - USD Repository

0 0 86