UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.3 Keefektifan Sediaan Tabir Surya Berdasarkan Nilai SPF
Wilkinson Moore, 1982
No Nilai SPF
Kategori Proteksi Tabir Surya
1. 2
– 4 Proteksi minimal
2. 4
– 6 Proteksi sedang
3. 6
– 8 Proteksi ekstra
4. 8
– 15 Proteksi maksimal
5. ≥ 15
Proteksi ultra
Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro. Metode pengukuran nilai SPF secara in vitro secara umum terbagi dalam
dua tipe yaitu: a.
Dengan mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui produk tabik surya pada plat kuarsa atau biomembran.
b. Dengan menentukkan karakteristik serapan tabir surya menggunakan
analisis secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji Fourneron et al., 1999.
Nilai SPF dihitung dengan terlebih dahulu menghitung luas daerah di bawah kurva serapan AUC dari nilai serapan pada panjang gelombang 290
– 400 nm dengan interval 2 nm. Nilai AUC dihitung menggunakan rumus berikut:
[AUC] = x dPa
–b
Ket: Aa = Absorbansi pada panjang gelombang a nm
Ab = Absorbansi pada panjang gelombang b nm dPa-b = Selisih panjang gelombang a dan b
Nilai total AUC dihitung dengan menjumlahkan semua nilai AUC pada tiap segmen panjang gelombang. Nilai SPF masing
– masing konsentrasi ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Log SPF = [ ] x FP
Ket: λn = Panjang gelombang terbesar
λ1 = Panjang gelombang terkecil β90 nm n-1 = interval aktivitas eritemogenik
FP = faktor pengenceran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penilaian SPF mengacu pada ketentuan FDA yang mengelompokkan keefektifan sediaan tabir surya berdasarkan SPF Wilkinson Moore, 1982.
2.10 Preformulasi Bahan Sediaan Krim
2.10.1 Asam Stearat Rowe, 2009
a. Struktur Molekul
Gambar 2.7 Struktur Molekul Asam Stearat
b. Rumus empiris dan Berat Molekul
C
18
H
36
O
2
BM : 284,47
c. Fungsional Kategori
Agen pengemulsi, agen pelarut.
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai agent pengemulsi dan pelarut. Asam stearat juga banyak digunakan dalam
produk kosmetik.
e. Deskripsi
Stearat adalah asam keras, putih atau agak berwarna kuning, agak glossy, kristal padat putih atau bubuk putih atau kekuningan. memiliki sedikit bau
dan rasa seperti lemak.
f. Sifat Khas
Nilai asam : 195-212
Titik didih : 383
o
C Titik lebur
: 69 – 70
o
C
g. Kelarutan
Terlarut bebas dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam etanol 95, heksana, dan propilen glikol; praktis tidak larut
dalam air.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
h. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Asam stearat merupakan bahan yang stabil; dan juga dapat ditambahkan antioksida; Disimpan wadah di tempat yang sejuk dan kering.
i. Inkompatibilitas
Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan juga mungkin dengan basa, zat pereduksi, dan oksidator.
2.10.2 Gliserin Rowe, 2009
a. Struktur Molekul
Gambar 2.8 Struktur Molekul Gliserin
b. Rumus Empiris dan Berat Molekul
C
3
H
8
O
3
BM: 92,09
c. Kategori Fungsional
Emollient; humektan.
d. Aplikasi dalam Formulasi dan Teknologi Farmasi
Dalam formulasi farmasi topikal dan kosmetik, gliserin digunakan terutama untuk humektan dan sifat emolien. Gliserin digunakan
sebagai pelarut atau cosolvent dalam krim dan emulsi.
e. Deskripsi
Gliserin adalah, tidak berwarna, tidak berbau, kental, cairan higroskopis jelas; memiliki rasa manis, kira-kira 0,6 kali semanis
sukrosa.
f. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan
Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi
terurai pada pemanasan. Campuran dari gliserin dengan air, etanol 95, dan propilen glikol stabil secara kimiawi. Gliserin dapat